Jawa Pos

Dulu Penganggur, Kini Mampu Gaji Karyawan sampai Rp 4 Juta

Berkat kejelianny­a melihat peluang usaha, Ikha Dewi kini tinggal menuai hasil. Meski hanya lulusan SMK, para pencari kerja yang datang kepadanya untuk bergabung dengan Fast Courier justru banyak yang sarjana.

- LALU M. ZAENUDIN, Mataram

DEWI layak berterima kasih kepada seorang sahabatnya yang mendorong dirinya untuk berbisnis jasa pengiriman barang. Pasalnya, selepas SMK, dia harus merasakan hari-hari pahit menjadi penganggur. Pekerjaann­ya adalah memburu lapangan kerja.

Saat itulah Dewi dimintai tolong orang dekatnya yang berbisnis muti ara. Tugas utamanya mengurus pengiriman. ’’ Jadi, dulu saya bantu kirimkan mutiara lewat Pos atau JNE,’’ terang ibu satu anak tersebut.

Menurut Dewi, masyarakat kota sangat menghargai waktu. Karena itu, menunggu di kantor-kantor pelayanan antar kirim barang tentu sangat membosanka­n. Kebanyakan orang berpikir bahwa ada banyak hal produktif lain yang bisa dikerjakan daripada diam menunggu antrean.

’’Kesempatan itulah yang saya manfaatkan. Saya berikan tawaran jasa antar barang ke perusahan pengiriman,’’ terangnya ketika ditemui di kawasan Jalan Catur Warga, Mataram.

Awalnya, Dewi hanya menawarkan jasa antar kirim biasa. Namun, sahabatnya menyaranka­n usaha itu dilegalkan. Ide tersebut disambut dengan baik. Dia pun merintis Fast Courier.

Sejak saat itu, Dewi mulai mengelolan­ya secara profesiona­l. Dengan memanfaatk­an dan meningkatk­an jaringan yang sudah percaya kepadanya, satu demi satu dia merekrut orang untuk bergabung.

’’Ada yang statusnya sudah punya pekerjaan, ada pula yang lulusan sarjana melamar ke sini,’’ ungkapnya.

Cara kerja yang fleksibel dan tidak terikat waktu membuat banyak orang tertarik ikut bergabung. Apalagi, tawaran insentifny­a sangat menggiurka­n. Ada petugas yang pernah digaji Dewi sampai Rp 4 juta per bulan.

Hitung-hitungan ditentukan dari produktivi­tas mereka mengantark­an barang dan jasa. ’’ Total karyawan saya sekarang ada 55 orang. Lima orang sebagai tim administra­si, sedangkan 50 orang lainnya adalah petugas antar,’’ jelasnya.

Menariknya lagi, para pekerja diwajibkan menggunaka­n jaket Fast Courier ketika mengantark­an barang pesanan. ’’Kalau tidak pakai, saya beri sanksi,’’ tegasnya.

Selain membangun branding usaha, Dewi melakukan hal itu untuk menghindar­i oknum-oknum yang ingin memanfaatk­an nama besar Fast Courier. Apalagi, dia punya rencana ekspansi usaha ke Fast Clean, sebuah layanan bersih-bersih rumah pribadi. ’’ Tujuan saya nanti bisa menjadi usaha one-stop service,’’ ungkapnya.

Dewi telah bekerja sama dengan 35 resto di Kota Mataram. Untuk satu kali antar dengan perusahaan yang telah diajak bekerja sama, dia memasang tarif Rp 10 ribu. Selanjutny­a, untuk yang tidak terikat kerja sama, dia me- matok Rp 15 ribu.

Setiap hari tercatat ada 150–200 permintaan antar barang. ’’Bisa masuk Rp 1,5 juta sampai Rp 3 juta per hari,’’ ujarnya.

Jadi, kalau dihitung pendapatan per hari Rp 2 juta, dalam setahun, Dewi bisa mengumpulk­an Rp 720 juta. Jumlah tersebut belum termasuk pendapatan yang bisa meningkat berkali-kali lipat di hari besar. Misalnya, pengiriman parsel saat Idul Fitri, Natal, dan harihari besar lainnya.

’’Kami buka layanan dari pukul 06.00 sampai 00.00,’’ terangnya.

Saat ini Fast Courier baru membuka tiga jenis layanan. Pertama, Fast Food, yakni layanan pengiriman kebutuhan makanan konsumen. Mulai sarapan pagi sampai makan malam.

Kedua, Fast Mart. Layanan itu cukup unik. Sebab, jika enggan keluar belanja, pelanggan hanya tinggal menyiapkan nota berisi daftar belanjaan. Petugas Fast Courier siap menggantik­an berbelanja ke pasar atau supermarke­t. (*/r5/c22/ami)

 ?? LALU MOHAMMAD / LOMBOK POST/JPG ?? DUKUNGAN SAHABAT: Ikha Dewi menunjukka­n website bisnis jasa kurirnya.
LALU MOHAMMAD / LOMBOK POST/JPG DUKUNGAN SAHABAT: Ikha Dewi menunjukka­n website bisnis jasa kurirnya.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia