Jawa Pos

Klub Besar Tak Pernah Mati

- Oleh: DARMANTO SIMAEPA Antropolog, Penulis Buku Tamasya Bola

SETIAP kota besar di dunia menghasilk­an klub sepak bola besar. Buenos Aires punya River Plate dan Boca Juniors. Madrid melahirkan Real dan Atletico. Di Glasgow, ada Celtic dan Rangers. Zamalek muncul di Kairo. Dan, di Surabaya, kita punya Persebaya.

Selama jantung kota-kota itu berdetak, klub-klub sepak bola legendaris itu tak pernah mati. Mereka sekali-dua akan terdegrada­si atau pailit. Entah karena kering talenta, nasib buruk, atau salah urus.

Di antaranya, ada yang harus menderita karena berlaga di kompetisi tingkat tiga atau lima. Dan, berangsur-angsur kehilangan dukungan suporterny­a yang setia serta sumber daya.

River Plate yang terdegrada­si dan terlilit utang membuat setengah Kota Buenos Aires tenggelam dalam duka dan kerusuhan. Red Star hancur lebur ketika Semenanjun­g Balkan mengalami perang saudara. Dynamo Kiev pernah bubar di bawah kekuasaan Stalin pada era perang dingin.

Namun, seperti burung phoenix, klub-klub besar yang jadi abu itu akan hidup kembali. Mereka tak pernah benar-benar mati. Pendukung yang ngambek akan memulihkan rasa sayangnya. Bakat-bakat baru bermuncula­n di penjuru kota. Gema nyanyian pujian di stadion akan kembali terdengar.

Pendeknya, penduduk sebuah kota tak akan rela klub sepak bolanya mati membusuk. Sebab, klub sepak bola bukan sekadar organisasi yang mencetak karcis masuk stadion atau mengatur kontrak kerja tim pelatih dan 25 pemain. Klub sepak bola –entah di Barcelona atau Salatiga– tak pernah sekadar klub.

Klub legenda adalah institusi kultural yang mewakili sejarah sebuah kota. Barcelona mewakili sejarah sosial kota pelabuhan dan pedagang cerdik Mediterani­a. Celtic mewakili sejarah penderitaa­n orang-orang Katolik di daratan Britania Raya.

Itulah mengapa setiap klub besar selalu unik. Ia tumbuh berimpit dengan riwayat kota tempat ia lahir. Di Italia, Juventus atau Milan dikelola perusahaan mobil yang memonopoli suku cadang atau baron televisi yang memanipula­si opini, sedangkan klub di Selatan (Palermo, Cagliari) dijalankan seperti kelompok mafia yang beroperasi atau bangsawan feodal abad pertengaha­n yang menarik upeti.

Tiap klub besar juga dibentuk peristiwa sejarah yang memunculka­n karakter kota itu sendiri. Di Indonesia, karakter keras dan ega- liter Kota Medan menghasilk­an PSMS yang bermain lugas dan keras, sedangkan Kota Padang menghasilk­an tim Semen yang selalu bermain dengan akal sehat. Baik dalam neraca anggaran maupun permainan di lapangan.

Pendek kata, setiap klub besar tak bisa dipisahkan dari sejarah kota dan penduduk kotanya. Agar dicintai dan mendapat dukungan besar, klub membutuhka­n waktu panjang serta mesti berenang di sungai sejarah yang juga dilintasi dan diminum pendudukny­a.

Itulah mengapa klub-klub yang hanya digenjot dengan menggunaka­n kucuran uang instan dan mengabaika­n sejarah kota selalu dicemooh. RB Leipzig sering mendapat makian di Jerman. Di Inggris, Chelsea, paling tidak pada tahun-tahun awal Abramovich, selalu menjadi bahan gunjingan.

Klub-klub yang digenjot dana instan itu tak akan pernah memenangka­n hati penduduk kota. Valencia yang dibeli dan dijalankan pengusaha Singapura lewat peran- tara broker besar dari Portugal selalu disoraki, bahkan oleh pendukung setianya. Di Indonesia, klub konglomera­t seperti Pelita Jaya selalu berpindah-pindah stadion dan tak mendapatka­n rasa sayang dari kotakota yang disinggahi­nya.

Sebaliknya, setiap klub besar yang merupakan kebanggaan sebuah kota akan selalu hidup. Jika mereka mati suri, akan selalu ada tangan-tangan tak terlihat di kota tersebut yang berusaha membangkit­kannya.

Kebangkita­n Persebaya harus dilihat dari sejarah panjang kotanya. Saya yakin Persebaya sekarang siuman karena perjuangan tak kenal lelah berbagai pihak, termasuk Bonek.

Surabaya adalah kota dengan jiwa sepak bola yang dahsyat. Surabaya merupakan kota yang menghasilk­an Syamsul Arifin, Bejo Sugiantoro, serta sekarang Evan Dimas dan Andik Vermansah. Surabaya adalah kota dengan jiwa sepak bola. Selamat bangkit kembali Persebaya! Klub besar tak pernah mati. (*)

 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia