Joget, Senggolan, Ngamuk, lalu Menusuk
SURABAYA – Khalid Algasy benar-benar tidak bisa menguasai emosinya. Dini hari kemarin (30/1), dia bersenggolan dengan Mustofa saat berjoget di diskotek areal Tunjungan Plaza 2 lantai 6. Ujungnya, nyawa Mustofa melayang.
Awal pembunuhan itu adalah cekcok dan saling pukul di dalam diskotek. Sekitar pukul 03.30, Khalid datang bersama seorang temannya yang bernama Abdul Hadi. Mustofa sudah ada di dalam dan berpesta bersama sekitar enam temannya.
Asyik berjoget, Khalid dan Mustofa bersenggolan. Dalam pengaruh alkohol, mereka berantem. Keributan berlanjut di kawasan parkir sebelah timur. Bahkan, Khalid sempat kewalahan dihajar Mustofa dan kawan-kawannya. Lelaki 22 tahun asal Jalan Arimbi itu lalu menusuk Mustofa dengan pisau penghabisan yang sudah dimodifikasi menjadi sabuk. Mustofa pun terkapar dengan dua tusukan di dada dan perut sebelah kanan
Dalam kesakitan, Mustofa berteriak meminta tolong. Pengunjung dan petugas keamanan diskotek segera membawa pria asal Jalan Sidodadi tersebut ke rumah sakit. Sayang, saat tiba di UGD Rumah Sakit Adi Husada, Mustofa tewas. ’’Paru-parunya penuh darah karena pembuluh arteri di dada sebelah kanan pecah kena tusuk. Darah di paru-parunya sempat disedot oleh dokter, tapi nyawanya tidak tertolong,’’ jelas Kapolsek Tegalsari Kompol Noerijanto.
Setelah menusuk Mustofa, Khalid yang sopir travel itu menyerahkan diri. Dia langsung dibawa pihak keamanan diskotek ke Polsek Tegalsari. Barang bukti ikat pinggang dengan gesper modifikasi berisi pisau kecil juga diamankan.
Noerijanto menjelaskan, sampai saat ini pelaku belum berbicara banyak kepada polisi. Saat ditanya, pelaku sama sekali tidak menjawab. Karena itu, polisi masih kesulitan untuk membongkar motif penusukan dan kronologi yang sebenarnya.
’’Kami coba tanya saksi-saksi yang ada,’’ ujar Noerijanto. Hasilnya, dugaan awal, penusukan itu memang terjadi karena senggolan saat berjoget. Lalu, pelaku dan korban cekcok. ’’Saling pukul sampai parkiran, dieksekusi di sana,’’ sambungnya.
Mantan Kapolsek Sukolilo tersebut belum bisa berbicara banyak tentang informasi bahwa pelaku sempat dikeroyok temanteman korban. Sampai saat ini, dia menelusuri kebenaran itu. Rekaman closed circuit television (CCTV) di lokasi parkir juga tidak ada. ’’Adanya di dalam diskotek saja rekamannya, kami masih meminta itu untuk keperluan penyelidikan,’’ ucapnya.
Noerijanto belum bisa memastikan ada motif dendam dalam pembunuhan itu. Dilihat dari ikat pinggang yang sudah dimodifikasi untuk menyimpan pisau penghabisan, memang muncul dugaan Mustofa telah diincar Khalid. ’’Ini pelaku masih tidak mau berbicara. Kami terus tekan dia agar mau menceritakan semuanya. Untuk itu, saya tidak bisa berkata apaapa,’’ tegasnya.
Noerijanto juga sudah melakukan tes urine guna mengantisipasi hal lain. Sebab, ada beberapa bukti bahwa pelaku sempat minum alkohol di diskotek. ’’ Ya untuk melengkapi berkas. Kemungkinan dia memakai narkoba atau minum alkohol bisa terlihat dari hasil tes itu,’’ bebernya.
Sementara itu, pukul 15.17 kemarin, Khalid dikeler ke lokasi penusukan. Bersama Tim Inafis Polrestabes Surabaya, Khalid menunjukkan lokasi penusukan. Khalid juga sedikit menceritakan proses dirinya menusuk korban. ’’Dipukul, saya ingat bawa pisau di sabuk, langsung saya tusuk,’’ ungkapnya.
Ditanya lebih lanjut tentang perkenalannya dengan Mustofa, Khalid kembali terdiam. Dia tidak berkata apa pun.
Iptu Handa Wicaksana, Kanitreskrim Polsek Tegalsari yang baru dilantik kemarin, mengungkapkan bahwa pisau yang dimodifikasi menjadi ikat pinggang seperti milik Khalid baru kali ini ditemukan. Dia juga masih mencari buktibukti lain. ’’Kalau dilihat, pisau seperti ini memang sengaja dicustom. Dibuat kejahatan atau tidak, kami masih menunggu keterangan pelaku,’’ bebernya. (rid/c7/dos)