Jawa Pos

BPBD Terus Kirim Bantuan untuk Korban Banjir

-

Pohon-pohon jenis itu sangat cepat menyerap air hujan. Namun, sapuan angin kencang membuat pepohonan tersebut tumbang.

Berdasar data dinas lingkungan hidup dan kebersihan (LHK), sejak Kamis lalu hingga kemarin, total ada delapan pohon yang roboh. Yakni, di Desa Sumorame, Kecamatan Candi; Lebo, Sidoarjo Kota; Desa Siwalanpan­ji, Buduran; Desa Banjarkema­ntren, dekat Pabrik Comfeed; serta kawasan Sedati Agung.

Selain itu, depan Mapolsek Jabon; Jalan Raya Jenggolo, Sidoarjo Kota; dan kawasan Lingkar Timur. ’’Kalau ada laporan, pasti tim pertamanan dan pasukan penebang langsung berangkat ke lokasi,’’ tegas Kepala Seksi Pertamanan DLHK Sidoarjo Moch. Rochjadi Hafiluddin.

Menurut Roy, sapaan akrab Rochjadi Hafiluddin, pihaknya tentu tidak langsung mengetahui kalau ada pohon tumbang. Karena itu, dia berharap masyarakat aktif berpartisi­pasi untuk melapor. Baik ketika pohon hendak roboh maupun sudah tumbang. Kadang, karena keterlamba­tan informasi itu, timbul kerugian harta benda atau bahkan jiwa.

Pohon tumbang di wilayah Kota Delta memang menelan korban. Misalnya, pohon yang ambruk di ruas Jalan Jenggolo. Sebuah Toyota Yaris ringsek di bagian kaca depan setelah tertimpa pohon Minggu (29/1). Bahkan, di Desa Sumorame, Kecamatan Candi, pohon tumbang menelan korban jiwa. ’’Betul, yang meninggal bernama Sukarjono. Kejadianny­a Kamis lalu,’’ tutur Roy.

Menurut informasi, saat itu Sukarjono bergegas mengambil jemuran di halaman rumah begitu hujan akan turun. Tiba-tiba pohon mangga di depan sebuah rumah yang tidak berpenghun­i di samping rumah korban roboh. Pohon itu lantas menimpa pagar tembok samping yang berbatasan langsung dengan tembok rumah korban dan langsung menimpanya. ’’Pohon mangga di lokasi itu memang sudah tua dan sebetulnya sudah layak tebang,’’ ujar Roy.

Mengantisi­pasi pohon-pohon tumbang susulan itu, Kepala Bi dang Pertamanan DLHK Sidoarjo Heksa Widagdo langsung menggelar rapat koordinasi kemarin (30/1). Agendanya, antisipasi hujan yang dibarengi angin kencang. Sebab, sebagaiman­a prediksi BMKG, hujan disertai angin kencang masih berpotensi datang pada mingguming­gu ini.

Menurut dia, dari rapat, akhirnya disepakati untuk membentuk tim penanganan cepat di empat wilayah. Yakni, Krian, Porong, Taman, dan Sidoarjo. Selain itu, disetujui pengadaan sarana dan prasarana penunjang seperti berang atau parang dan mesin gergaji pangkas. Juga, inventaris­asi pohon-pohon yang perlu diwaspadai. Terutama di jalanjalan umum.

’’Kami berusaha sebaik-baiknya dan setanggap mungkin. Namun, kami juga berharap masyarakat ikut sadar dan segera melapor jika ada pohon yang dianggap membahayak­an,’’ tegas Heksa.

Banjir Wilayah Jabon Sementara itu, cuaca buruk membuat banjir di sejumlah desa di wilayah Kecamatan Jabon belum surut. Yakni, di Desa Kupang, Desa Semambung, Desa Kedungpand­an, Desa Tambakkali­sogo, dan Desa Kedungrejo. Sudah 20 hari ini kampung di ujung selatan itu tergenang air.

Kepala Desa Semambung Jainuri menyatakan, tiga hari lalu air sempat surut, hanya tinggal semata kaki. Namun, hujan susulan kembali menerjang. Areal persawahan seluas 130 hektare pun kini tidak bisa berproduks­i. Roda perekonomi­an para petani mandek. ’’Satu-satunya yang saya pikirkan setelah kondisi normal ya mencari bantuan ke dinas pertanian untuk meminta bibit padi,” ujarnya.

Jainuri berharap solusi banjir di wilayah Jabon itu secepatnya dilaksanak­an. Misalnya, rencana mengaktifk­an kembali Kali Mati. ’’Segera saja agar masyarakat, terutama petani, tak lagi resah ketika kejadian seperti saat ini terulang,’’ ungkapnya.

Kepiluan serupa terlihat di Desa Kedungrejo. Tepatnya di Dusun Kaliwaru. Selain 37 hektare sawah gagal panen, sentra industri usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) kerupuk gigit jari. Hujan disertai angin kencang yang belum kunjung usai membuat produksi kerupuk terengah-engah.

Menurut Kepala Desa Kedungrejo Nawawi, pihaknya ikut prihatin dengan kondisi Kampung Kerupuk yang menjadi salah satu andalan di Kecamatan Jabon tersebut. ’’Meski nggak tergenang, cuaca buruk sama akses jalan terkena banjir pasti berpengaru­h dengan usaha warga,’’ ungkapnya.

Kini Nawawi berharap ada bantuan sembako dan makanan instan. Sebab, mereka hampir sebulan tidak bisa bekerja dengan baik.

Di sini 200 KK yang terdampak. Kemarin (Minggu 29/1) sempat dapat bantuan 200 tikar sama selimut dari dinas sosial,’’ katanya saat berpatroli di kawasan Kaliwaru. Selain itu, bantuan obat-obatan dinilai penting. Sebab, mulai banyak warga yang terserang diare.

Camat Jabon Agus Sujoko juga berharap proyek pembanguna­n tanggul bisa segera digarap.

Kalau secara awam saja, Lapindo dibangunka­n tanggul bisa membendung. Jabon juga mungkin perlu tanggul karena aliran dari Pasuruan dan Kali Kedunglara­ngan sudah nggak teratasi,’’ tegasnya.

Meski demikian, Agus sadar bahwa proyek itu menjadi kewenangan pemkab dan pemprov, bahkan pusat melalui balai besar.

Desa yang terdampak banjir itu memang area cekungan. Kalau cuaca begini, pasti yang jadi korban,’’ tuturnya. Agus juga khawatir melihat kondisi di Kali Porong. Karena cuaca buruk, air di kali itu belakangan terus meninggi.

Kalau Kali Porong meluber, ya tenggelam sudah wilayah Jabon ini,’’ ungkapnya gelisah.

Meski sudah hampir sebulan dikepung banjir, warga desa-desa yang terdampak pantang mengungsi. Alasannya keamanan harta benda. Apalagi, dua hari lalu sempat ada peristiwa begal di Desa Kedungpand­an. Dua pembegal menjadi bulan-bulanan massa hingga tewas. Kan kebangetan sekali. Sudah tahu kami lagi berduka lantaran dilanda bencana banjir, masih saja ada yang kena musibah kehilangan,’’ kata Agus sembari mengelus dada.

Dia pun telah menginstru­ksikan penjagaan ekstra di wilayah banjir. Agus sendiri setiap hari turun ke lapangan untuk berpatroli.

Di luar itu tentu ada jadwal lagi yang patroli, baik dari satpol PP, anggota koramil, maupun Polsek Jabon,’’ tuturnya.

Kepala Badan Penanggula­ngan Bencana Daerah (BPBD) Sidoarjo Dwijo Prawito mengatakan sudah menawarkan tempat mengungsi di balai desa. Sayang, warga tetap memilih tinggal di rumahnya masing-masing. Meski ditolak, pihaknya tetap mendirikan posko penanggula­ngan banjir di kantor desa. Di posko itu terdapat sejumlah fasilitas seperti air bersih, toilet, obat-batan, serta makanan. ’’Petugas kami sudah siap di posko,’’ paparnya.

Soal bantuan, mantan kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) Cipta Karya Sidoarjo itu menyebut sudah disalurkan kepada korban. Misalnya, bantuan sembako. Bantuan itu diberikan kepada 2.600 kepala keluarga (KK). Perinciann­ya, 660 KK di Desa Kedungpand­an, Semambung (600 KK), Kupang (790 KK), Kedungrejo (200 KK), dan Tambak Kalisogo (350 KK). Selain itu, BPBD menyiapkan air bersih dan selimut.

Sementara itu, kemarin Komisi C DPRD Sidoarjo, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Sidoarjo, serta Balai Besar Wilayah Sungai Brantas (BBWS) melangsung­kan rapat. Pertemuan itu membahas penanganan banjir di Sidoarjo. Termasuk wilayah Jabon.

Menurut Kepala Dinas PUPR Sigit Setyawan, rapat perdana itu akan ditindakla­njuti dengan pertemuan berikutnya. Rencananya, BBWS mempertemu­kan Pemkab Sidoarjo dan Pemkab Pasuruan. ’’Penanganan banjir akan dibahas bersama,’’ ungkapnya.

Ketua Komisi C DPRD Sidoarjo Achmad Amir Aslichin menjelaska­n, ada sejumlah titik kemajuan dalam rapat kemarin. BBWS akan membantu menormalis­asi Sungai Kedunglara­ngan. Anggaranny­a sekitar Rp 7 miliar. ’’Secepatnya dinormalis­asi,’’ jelas politikus PKB itu. (via/aph/c5/c15/hud)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia