Bikin Relief di Pot dan Pagar
SISWA kelas XII IPS 1 SMA Kemala Bhayangkari 3 Porong sibuk menggambar kemarin (30/1). Mereka mendapat pelajaran tentang konsep dasar menggambar. ’’Ada tiga bentuk, yakni kotak, lingkaran, dan segi tiga,’’ ujar Novi Kurniawati, guru seni budaya dan keterampilan (SBK) sekolah yang berlokasi di Jalan Bhayangkari 36C itu.
Dengan ’’modal’’ tiga bentuk tersebut, siswa diminta membuat improvisasi. Mengolah tiga bentuk itu menjadi gambar yang menarik. Harus orisinal dan berbeda dengan gambargambar yang sudah ada. Proses itu ditujukan untuk melatih kreativitas mereka sekaligus membuat mereka terbiasa dengan berbagai macam bentuk.
’’Bisa menambahkan garis lurus atau garis melengkung. Kami ajarkan, jangan sampai garisnya putus-putus,’’ lanjut Novi.
Pelajaran itu dikenal dengan teori nirmana yang menjadi unsur dasar seni rupa. Nirmana diartikan sebagai penyusunan elemen-elemen visual seperti titik, garis, warna, ruang, dan tekstur menjadi satu kesatuan harmonis. Biasanya hasil penggalian imajinasi. Bermanfaat untuk melatih insting menggambar.
’’Ini jadi dasarnya. Kalau sudah paham ini, membuat karya lain seperti menggambar candi, wayang, dan seni peninggalan sejarah (Sidoarjo, Red) lainnya akan lebih mudah,’’ terang Novi.
Pelajar SMA Kemala Bhayangkari 3 Porong memang mendapat pengetahuan tentang peninggalan sejarah lokal. Salah satunya melalui pelajaran SBK. Mereka diajari membuat gambar bertema sejarah seperti candi. Selain itu, membuat miniatur, membatik di berbagai media, hingga membuat relief.
Para siswa juga pernah diajari membuat miniatur candi dari stik es krim. Tidak hanya tampak artisitik, hasilnya bisa difungsikan sebagai kap lampu. Di lain waktu, mereka membuat miniatur Candi Pari. ’’Dulu membuat candi dari bahan styrofoam,’’ ungkap Novi yang merupakan alumnus Desain Komunikasi Visual Universitas Negeri Malang.
Dengan membuat karya kerajinan yang terinspirasi jejak masa lalu tersebut, siswa sekalian belajar sejarah. Tidak hanya mencermati detail karya mereka, para siswa juga belajar asal muasal atau kisah di baliknya.
Menurut Novi, siswa juga pernah belajar membuat patung. Salah satu inspirasinya adalah patung dan arca di sejumlah situs di Kota Delta. Ada yang menggunakan gips, semen, dan bahkan tepung. ’’Bahan apa saja (boleh dipakai, Red). Yang penting bisa digunakan untuk membuat karya seni,’’ ujar Novi. Mereka juga mendapatkan pelajaran membuat relief. Biasanya mereka langsung menerapkan ilmu itu di sekolah. Mulai pagar sekolah, pot, tempat duduk, hingga papan nama.
’’Biasanya anak-anak juga belajar membatik di kanvas dan boneka. Belajar dari karya dua dimensi dan tiga dimensi,’’ ujar Fani Agus, guru SBK lainnya. Saat pelajaran teater, tidak jarang mereka mengusung cerita rakyat di Sidoarjo. (uzi/c5/pri)