Jawa Pos

Misteri Syuting Siti Aisyah

Selain ke Malaysia, Sering ke Thailand dan Kamboja

-

JAKARTA – Pagi masih buta saat Siti Aisyah harus meninggalk­an rumah mantan mertuanya di kawasan Jakarta Barat pada 29 Januari lalu. Dia harus segera menuju bandara karena pesawat yang akan membawa dia ke Batam dijadwalka­n terbang pukul 08.00 WIB. Itulah pertemuan terakhir Aisyah dengan kerabatnya sebelum ditangkap Polisi Diraja Malaysia Kamis lalu (16/2)

Perempuan 25 tahun asal Serang tersebut dituduh ikut membunuh Kim Jong-nam, kakak pemimpin Korea Utara Kim Jong-un.

”Sebelum bertolak ke Batam, Aisyah datang ke sini untuk ikut merayakan Imlek pada 28 Januari lalu,” kata Liang Kiong, mantan mertua Aisyah, kepada Jawa Pos kemarin (17/2). ”Setiap kali hendak ke luar negeri dan lewat Jakarta, dia selalu mampir untuk mengunjung­i putranya,” lanjut dia.

Aisyah dulu adalah karyawan Liang Kiong. Kemudian dipersunti­ng putra Liang Kiong yang bernama Gunawan. Karena suatu hal, mereka bercerai setelah dikaruniai seorang putra. ”Saya tidak tahu aktivitas Aisyah sekarang seperti apa. Meski kami sering bertemu,” ucap Liang Kiong.

Sampai kemarin, tidak ada satu pun perwakilan pemerintah Indonesia yang bisa menemui Aisyah. Termasuk Kedutaan Besar Republik Indonesia di Kuala Lumpur. Aisyah ditahan sejak Kamis lalu untuk dimintai keterangan oleh polisi Malaysia terkait dengan dugaan keterlibat­annya dalam pembunuhan Kim Jong-nam.

Catatan buruk hubungan Jongnam dengan Jong-un yang diktator membuat banyak pihak menyebut kematian Jong-nam didalangi adiknya itu. Aisyah dianggap sebagai agen intelijen atau kepanjanga­n tangan intelijen Korea Utara yang ditugasi membunuh Jong-nam. Selain Aisyah, seorang perempuan Vietnam dan laki-laki Malaysia juga ditangkap dengan tuduhan yang sama. Jong-nam meninggal karena racun yang disemprotk­an ke wajahnya ketika menunggu penerbanga­n dari Malaysia menuju Makau pada Senin lalu (13/2) di Bandara Internasio­nal Kuala Lumpur.

Orang tua Aisyah di Kampung Ranca Sumur, Pabuaran, Ciomas, Serang, Banten, sangat shock atas kasus yang membelit janda beranak satu itu. Orang tua Aisyah, Asria, 56, dan Benah, 50, masih belum percaya anak bungsunya tersebut terlibat kasus pembunuhan sebesar itu.

” Sirahku ngelu (kepalaku pusing), Mas. Dari kemarin belum tidur tahu anakku ketangkep,” ujar Benah sambil selonjoran di ruang tamu kemarin.

Pikiran Benah kacau balau mendengar kabar Aisyah seolah-olah penjahat besar yang dipekerjak­an pemerintah Korea Utara. Padahal, setahunya Aisyah adalah anak yang pendiam dan patuh.

Aisyah adalah anak terakhir di antara tiga bersaudara. Nasrudin, 28, dan Wahidin, 27, adalah kakak Aisyah. Aisyah adalah tulang punggung bagi orang tuanya. Setiap bulan dia mengirim uang Rp 1 juta untuk tambahan kebutuhan makan. Benah mengisahka­n, putrinya yang hanya lulusan SD itu bekerja sejak usia belasan tahun. ”Dulu kan akhirnya dijadikan mantu sama majikannya. Tapi sekarang sudah cerai dan katanya jualan pakaian di Batam sana,” paparnya.

Benah sebenarnya ingin pergi ke Malaysia untuk menemui Aisyah. Namun, dia tidak punya cukup uang untuk itu. Asria, sang suami, hanya berjualan rempah-rempah bahan jamu. ”Kami ini bukan keluarga yang mampu,” ujarnya.

Benah semakin sedih ketika ada yang bilang Aisyah pernah selingkuh. Dia menyebut Aisyah bercerai dari suaminya lebih karena Gunawan suka berjudi. Itu terjadi ketika Aisyah diajak sang suami merantau ke Malaysia pada 2009. Waktu itu baru tiga bulan dia melahirkan Rio Hasyim. Di Malaysia, Gunawan senang berjudi dan menghabisk­an uang keluarga. Akhirnya, Aisyah pun meminta cerai.

Mala, 25, kakak ipar Aisyah, juga melihat dia perempuan baik. Menurut dia, Aisyah sebenarnya menetap di Batam untuk berjualan pakaian. Namun, dia juga punya pekerjaan sampingan sebagai talent acara televisi prank (semacam acara menjahili orang). Orang yang mempekerja­kan dia diceritaka­n sebagai orang Jepang.

”Dia sering curhat ke saya. Dalam syuting acara itu, dia harus megang pipi orang, terus berlalu gitu aja. Dandananny­a juga kayak orang gila. Makanya sering diteriakin orang gila,” ujarnya.

Anehnya, Aisyah sampai saat ini belum pernah menunjukka­n video rekaman programnya itu kepada anggota keluargany­a. Dia menceritak­an, sang produser asal Jepang tak mau menunjukka­n video hasil rekaman program prank ke Aisyah. ”Kalau bayarannya, saya juga tidak tahu. Pokoknya tahu kalau dia memang kerja itu dan cerita kalau mau ke Malaysia untuk syuting acara seperti itu lagi,” jelasnya.

Mala juga menegaskan, Aisyah tak pernah menceritak­an pasangan barunya. Dia percaya Aisyah memang masih berstatus janda tanpa ada suami baru. Hal itu juga tegas dipercaya Benah. ”Pokoknya, saya minta pemerintah selametin anak saya. Dia itu korban, bukan penjahat,” ujar Benah.

Saat malam berlanjut, perwakilan Kementeria­n Luar Negeri Rahmat Indiarta pun datang ke rumah. Namun, dia cuma berkomenta­r sedikit. ” Ya, sudah sesuai prosedur kalau ada WNI yang mengalami masalah di luar negeri, kami tentu berbicara dengan keluarga,” ungkapnya.

Program televisi prank juga menjadi alasan Doan Thi Huong ketika diperiksa Polisi Diraja Malaysia. Dia bersama Aisyah mengaku disuruh empat pria untuk menyiramka­n cairan ke wajah Jong-nam. Ternyata siraman itu berujung kematian sang kakak Kim Jong-un.

Sementara itu, Kabaghumas dan Umum Direktorat Jenderal Imigrasi Agung Sampurno mengungkap­kan, Aisyah sering bepergian ke luar negeri. Itu didapati dari paspor atas nama Siti Aisyah yang telah diserahkan Polisi Diraja Malaysia ke atase imigrasi KBRI Kuala Lumpur kemarin (17/2). Otoritas keamanan yang menangani kasus itu ingin memastikan keaslian paspor tersebut dengan meminta bantuan pemerintah Indonesia. ”Setelah salat Jumat (waktu Malaysia), polisi Malaysia datang ke KBRI KL untuk validasi paspor,” ujarnya.

Agung membeberka­n, dari fisik paspor yang dilaporkan atase imigrasi KBRI KL, Aisyah aktif melakukan perjalanan ke luar negeri sejak 2014. Hal itu diketahui dari stempel di paspor Aisyah. ”Jika benar (paspor) itu asli, Siti Aisyah aktif traveling dan selalu menggunaka­n jalur Batam,” terang mantan kepala Kantor Imigrasi Bengkalis, Riau, tersebut.

Dari stempel history perjalanan itu, diketahui bahwa Aisyah berkali-kali keluar masuk Indonesia– Malaysia dengan menggunaka­n feri via jalur Batam pada 2014– 2017. Saat di Malaysia, dia juga sering berkunjung ke Thailand pada 2016. Bahkan, pada 21–22 Januari lalu, Aisyah tercatat baru saja berkunjung ke Kamboja. ”Kebanyakan kunjungan singkat. Paling singkat sehari,” bebernya.

Bukan hanya itu. Salah satu cap paspor juga menunjukka­n bahwa Aisyah pernah tersangkut masalah keimigrasi­an di Malaysia pada 17 Maret 2016. Dia disangka melanggar pasal 15 ayat (1) UU Keimigrasi­an Malaysia. Akibat pelanggara­n itu, dia didenda RM 100 atau setara dengan Rp 270 ribu. ”Biasanya karena overstay atau dicurigai (pemerintah Malaysia, Red) bukan turis,” ungkap Agung.

Dia berharap proses validasi paspor segera selesai. Bila sudah dipastikan paspor asli, pemerintah bisa segera mengambil langkah perlindung­an dengan menemui Aisyah. Saat ini pemerintah belum mendapat akses untuk bertemu dengan tersangka pembunuhan saudara petinggi Korea Utara tersebut. ”Kalau untuk memastikan 100 persen, perlu dilakukan finger print juga,” jelas pria asal Malang itu.

Ketika dicek ke Badan Nasional Penempatan dan Perlindung­an Tenaga Kerja Indonesia (BNP2 TKI), Aisyah juga tidak terdaftar sebagai TKI resmi. Kepastian itu disampaika­n Kepala BNP2TKI Nusron Wahid di Jakarta kemarin (17/2). ”Kalau dia TKI ilegal, sulit dideteksi dan lemah perlindung­annya,” ujarnya.

Meski begitu, Nusron memastikan bahwa BNP2TKI tetap berupaya melakukan pendamping­an hukum kepada Aisyah. Selama Aisyah berstatus warga negara Indonesia (WNI), BNP2TKI tidak boleh melepaskan­nya tanpa perlindung­an.

” Standing point kami adalah dia WNI. Kalau sampai dia membunuh, pasti ada sesuatu yang buat dia terpaksa atau faktum baru yang harus kita buktikan bahwa dia dalam rangka pertahanan diri, bukan niat membunuh,” ungkapnya. Sempat ”Dilatih” di Tiongkok?

Dari Malaysia, spekulasi mengenai posisi Doan Thi Huong dan Aisyah menjadi agen Korea Utara terus berkembang. China Press bahkan melaporkan bahwa Aisyah sempat tinggal di Tiongkok sebelum pembunuhan Senin lalu. China Press menyebutka­n, dua perempuan itu tinggal di Tiongkok selama 1–3 bulan untuk mempelajar­i sosok seorang laki-laki.

Selama tinggal di Tiongkok itu juga, mereka diduga berkenalan dengan empat lelaki misterius yang meminta mereka mengerjai seseorang di bandara sebagai lelucon. Di sana juga mereka diketahui berlatih berkali-kali untuk mengejutka­n seorang lelaki hingga mahir.

Berdasar laporan China Press, Aisyah maupun Doan mungkin bukan agen intelijen Korea Utara. Mungkin mereka diperdaya jaringan intelijen untuk melakukan pembunuhan tersebut.

Doan ditangkap Polisi Diraja Malaysia pada Rabu (15/2). Dikutip dari Malay Mail Online, sebelum ditangkap, Doan ternyata sempat menginap di tiga hotel berbeda di kawasan Sepang. Dari staf di tiga hotel tersebut diketahui, pemegang paspor Vietnam itu kerap melakukan komplain atas pelayanan hotel.

Terkait dengan jenazah Jongnam, sampai saat ini, jenazah masih ditahan pihak Malaysia. Jenazah Jong-nam masih akan ditahan pihak Malayisa sampai keluarga Jong- nam datang membawa sample DNA. Selama syarat tersebut belum dipenuhi, Malaysia tidak akan menggubris permintaan Korea Utara.

Kepada AFP, Kepala Polisi Selangor Datuk Abdul Samah Mat menjelaska­n bahwa hingga saat ini belum ada anggota keluarga atau keturunan Jongnam yang datang untuk mengidenti­fikasi jenazah kakak pemimpin Korea Utara itu. ”Kami membutuhka­n sample DNA dari keluargany­a untuk dicocokkan dengan profil jenazah tersebut,” katanya kemarin (17/2). ”Korea Utara memang sudah mengajukan permintaan. Tapi, sebelum kami mengeluark­an jenazahnya, kami harus mengidenti­fikasi dulu siapa sebenarnya jenazah tersebut,” terangnya. (byu/bay/bil/ang)

 ?? IMAM HUSEIN/JAWA POS ?? BERDUKA: Ibu Siti Aisyah, Benah, menunjukka­n foto Siti Aisyah di rumahnya di Pabuaran, Serang, Banten, kemarin. Setiap bulan Aisyah mengirim uang kepadanya.
IMAM HUSEIN/JAWA POS BERDUKA: Ibu Siti Aisyah, Benah, menunjukka­n foto Siti Aisyah di rumahnya di Pabuaran, Serang, Banten, kemarin. Setiap bulan Aisyah mengirim uang kepadanya.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia