Gran Fondo Jawa Pos Pertama di Luar Jawa
SURABAYA – Satu lagi event cycling seru bakal hadir. Yakni, Gran Fondo Jawa Pos Tondano 2017. Ini kali pertama Gran Fondo Jawa Pos digelar di luar Jawa. Dan, yang dipilih adalah Manado, Sulawesi Utara (Sulut).
’’Ini adalah permintaan event di luar Pulau Jawa untuk pertama kalinya. Hal ini menunjukkan bahwa brand Jawa Pos Cycling diakui punya standar dan kualitas terbaik,’’ kata Senior Manager PT Jawa Pos Koran Rensi Dewi Bulan kemarin (17/2)
Kedua pertemuan terjadi pada 2015. Menurut penilaian TKI itu, Aisyah adalah sosok yang sombong dan seperti tidak mau bergaul dengan TKI lain. ”Saat bertemu di KL Sentral, saya sudah mau sapa karena saya tahu dia orang Indonesia. Dia juga melihat saya dan sepertinya tahu saya juga dari Indonesia. Bukannya menyapa, dia malah mengalihkan pandangan,” tuturnya.
Bagi perempuan yang bekerja di Malaysia sejak 2006 itu, kejadian seperti itu sangat jarang terjadi. Menurut dia, rata-rata TKI di Malaysia, jika bertemu dengan sesama TKI, akan saling menyapa. Kehangatan sebagai orang dari negara yang sama di negara perantauan masih sangat terasa. Namun, tidak demikian dengan Aisyah. ”Dia seperti memandang remeh TKI-TKI seperti kami,” tambahnya.
Sambil terus berbincang, TKI itu berupaya mengontak beberapa temannya. Siapa tahu ada yang mengenal dengan baik sosok Siti Aisyah. Dia pun mengirim foto paspor tersebut ke beberapa temannya via smartphone. Beberapa saat kemudian beberapa temannya merespons. Ada yang mengaku sering bertemu dengan perempuan pemilik paspor itu, tapi tidak mengenal sosok Aisyah secara detail.
”Mereka bilang sering bertemu dengan Aisyah. Tapi, itu dia, tidak pernah kenal dengan detail, karena dia sombong,” terangnya.
TKI yang masih kental logat Jawa-nya itu menambahkan bahwa penampilan Aisyah tidak seperti kebanyakan TKI. Aisyah selalu tampil cantik dengan polesan make-up di atas kulit mulus hasil perawatan. Rambutnya yang tertata rapi terlihat seperti hasil rebonding.
Cara berpakaian Aisyah juga terbilang seksi. Paduan jins, kaus ketat, dan high heels menjadi gaya andalannya. ”Bodinya memang bagus sih,” ucapnya.
Selain terkesan sombong, sumber Jawa Pos itu mengungkapkan, Aisyah adalah perempuan yang centil dan suka gonta-ganti pasangan. Dari dua kali pertemuan dia dengan Aisyah, perempuan asal Serang, Banten, itu didampingi dua pria berbeda. Saat bertemu di KL Sentral, Aisyah terlihat sedang menikmati hidangan berdua dengan seorang pria berwajah blasteran Melayu dan bule.
Sementara itu, saat pertemuan di Central Market, Aisyah menggandeng pria berkebangsaan Pakistan atau Nepal. ” Yang jelas bukan orang Indonesia. Hidungnya mancung. Dia juga berkumis,” terangnya.
Menurut TKI yang lain, selain penampilan yang tidak seperti TKI pada umumnya, Aisyah mahir berbahasa Inggris dan sedikit Korea. ”Mungkin karena itulah dia bisa bergaul dengan banyak pria asing. Tapi tidak dengan para TKI seperti kami,” tutur TKI yang juga enggan diketahui identitasnya itu.
Perangai dan sikap Aisyah yang senang gonta-ganti pasangan itulah yang akhirnya mengandaskan perkawinan dia dengan Gunawan Hasyim, anak majikannya saat masih di Tambora, Jakarta Barat. Seperti diberitakan kemarin, setelah menikah dengan Gunawan pada 2007, Aisyah merantau ke Batam dan lanjut ke Malaysia pada 2009. Saat itu dia sudah memiliki seorang anak.
Namun, pada 2010 Aisyah dicerai Gunawan karena telah memiliki pria idaman lain di Malaysia. Sejak itu hidup Aisyah semakin bebas.
Sementara itu, mantan mertua Aisyah, Liang Kiong, yang dihubungi kemarin kaget mengetahui Aisyah dituduh sebagai salah satu pelaku pembunuhan di Malaysia itu. Sepengetahuan pria 55 tahun yang biasa disapa A Kiong tersebut, selama ini mantan menantunya itu termasuk perempuan santun.
”Saya kaget saja kok beritanya seperti itu,” tutur A Kiong saat ditemui di rumah Hendra Gunawan, menantunya yang lain, di kawasan Tambora, Jakarta Barat.
A Kiong mengenal Aisyah sekitar delapan tahun lalu, saat dia memasang plang lowongan pekerjaan untuk pegawai konfeksi di rumahnya yang lama. Rumah lama yang dimaksud adalah alamat Aisyah di data ke- pendudukan, yakni RW 3, Kelurahan Angke, Kecamatan Tambora.
Tak berapa lama Aisyah datang dan melamar pekerjaan kepada dia. Menurut A Kiong, Aisyah tergolong pegawai yang cekatan dan rajin. Sikapnya juga baik. Hingga akhirnya, Gunawan Hasyim, putranya, terpikat dan menikahinya. ”Kalau dia nggak baik, nggak mungkin saya jadikan menantu,” ujarnya.
Beberapa tahun menikah, Aisyah dan Gunawan lalu memutuskan merantau ke Malaysia untuk bekerja. Namun, belakangan Aisyah diketahui punya selingkuhan di Malaysia. Akhirnya, pasangan muda itu pulang ke Indonesia dan kemudian bercerai.
Ayah enam anak tersebut mengaku terkejut atas berita tertangkapnya Aisyah di Malaysia. Apalagi sampai ada tudingan bahwa Aisyah menjadi agen rahasia Korea Utara. ” Tapi, namanya sudah mantan (menantu), kami tidak ikut campur urusan dia,” lanjutnya.
A Kiong menuturkan, Aisyah yang berpendidikan terakhir SMP tidak pernah menggunakan bahasa asing saat berkomunikasi dengan keluarganya. Bahkan, hingga pertemuan terakhirnya 28 Januari lalu, dia selalu menggunakan bahasa Indonesia. ”Tapi, ibunya bilang dia bisa berbahasa Inggris,” tambahnya.
Berbeda dengan A Kiong, para tetangga Aisyah di Kelurahan Angke, Tambora, menyebut Aisyah sebagai sosok pendiam. Dia juga jarang bergaul dengan tetangga. ”Paling kalau lagi jajanin anaknya, dia keluar ke warung,” tutur Ida, 25, tetangga Aisyah.
Hal senada disampaikan Damayanti yang juga tetangga Aisyah di Tambora. Rumah Damayanti dengan Aisyah di perkampungan terpadat di Jakarta itu hanya terpisah jalan selebar 1,2 meter. Biasanya, kata Damayanti, Aisyah hanya keluar bila sedang menyuapi anaknya. Setelah aktivitasnya selesai, dia kembali masuk ke rumah mertuanya itu. Hanya sesekali Damayanti dan Aisyah bertegur sapa. ”Kami di sini biasa memanggil dia Neng. Tidak pernah tahu namanya Siti Aisyah,” tuturnya. (bil/byu/*/c10/ari)