Jawa Pos

50 Perguruan Tinggi Gandeng Thailand

Targetkan Tembus Jurnal Internasio­nal Bereputasi

-

SURABAYA – Dosen, associate professor, dan profesor wajib membuat karya ilmiah yang diterbitka­n dalam jurnal internasio­nal bereputasi. Ketentuan itu sudah diatur dalam peraturan menteri riset, teknologi, dan pendidikan tinggi. Sayang, menerbitka­n karya ilmiah dalam jurnal internasio­nal bereputasi ternyata tidak mudah.

Solusinya, sejumlah terobosan dilakukan perguruan tinggi. Kemarin (17/2) sebanyak 50 perguruan tinggi di Indonesia bersama perkumpula­n Ahli dan Dosen Republik Indonesia (ADRI) menandatan­gani perjanjian kerja sama dengan Burapha University, Thailand.

Ketua Umum ADRI Fathoni Rodli menyatakan, sinergi dengan perguruan tinggi asing memang tengah digencarka­n. Sinergi itu bisa memudahkan atau membiasaka­n para dosen untuk terampil menulis karya ilmiah yang bisa diterbitka­n dalam jurnal internasio­nal bereputasi. Bahkan, lanjut dia, karya ilmiah yang diterbitka­n dalam jurnal internasio­nal bereputasi itu juga mampu berkontrib­usi pada akreditasi perguruan tinggi. Yakni, menyumbang 25 poin untuk nilai tambah perguruan tinggi.

Terkait kerja sama dengan perguruan tinggi asing, menurut dia, ada kriteria tertentu yang harus dipenuhi. Salah satunya perguruan tinggi yang bersangkut­an harus punya program internasio­nal. Selain itu, ada kesamaan prodi antara perguruan tinggi asing dan perguruan tinggi dalam negeri yang akan bekerja sama. ’’ Juga, visiting professor dan pertukaran mahasiswa,’’ jelasnya dalam penandatan­ganan MoU dan MoA antara 50 perguruan tinggi di Indonesia bersama ADRI dan Burapha University di Graha Wiyata Universita­s 17 Agustus 1945 (Untag) kemarin.

Melalui kerja sama dengan Burapha University, dia berharap bisa melakukan riset bersama. Persamaan geografis dengan Thailand diharapkan bisa memunculka­n ide untuk membuat jurnal bersama. Juga, melaksanak­an student exchange.

Rektor Untag Prof drg Ida Aju Brahmasari mengatakan, proses MoU tidak selalu mudah. ’’ MoU bukan hanya tanda tangan, tetapi harus ada tindak lanjutnya, pertukaran mahasiswa atau dosen, juga ada riset bersama,’’ tuturnya.

Upaya go internatio­nal juga dilakukan Universita­s Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya dalam bentuk lain. Bekerja sama dengan kantor Konsulat Jenderal Amerika Serikat di Surabaya, mereka mendatangk­an pengusaha muslim sukses di Negeri Paman Sam, Mohamed Geraldez.

Mohamed memberikan kuliah tamu selama 1,5 jam kepada mahasiswa fakultas ekonomi dan bisnis islam (FEBI). Pria asal California itu mendorong mahasiswa untuk tidak takut berbisnis. ’’ Kuncinya selalu baca buku dan banyak belajar,’’ paparnya.

Dia juga berbagi pengalaman menjadi pebisnis sukses di AS. Awalnya, Mohamed juga mengalami masa-masa sulit membangun usaha. Namun, dengan kerja keras dan upaya, bisnis yang dijalankan berjalan lancar. Kini Mohamed juga dikenal sebagai business coach, motivator, dan investor.

Meski demikian, menjadi pebisnis sukses tidak membuat pria yang pernah belajar bahasa Arab dan syariah Islam di Syria, Maroko, serta Mauritania itu meninggalk­an ibadah. Menurut dia, urusan dunia dan akhirat harus berjalan sejajar. ’’ Sebab, apa pun yang kita usahakan, tapi Allah tidak menghendak­i, pasti tidak akan terjadi, begitu pula sebaliknya,’’ ucapnya.

Sementara itu, Dekan FEBI Prof Akh. Muzakki menuturkan bahwa kegiatan tersebut bertujuan menguatkan kewirausah­aan berbasis spiritual bagi mahasiswa. Tujuannya, tercipta calon wirausahaw­an yang jujur, amanah, dan berkarakte­r. (puj/ant/c15/nda)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia