Jawa Pos

Dari Sembilan Anak, Hanya Satu Yang Pelatnas

Delapan kakaknya mengabdika­n diri pada dunia bulu tangkis. Semua terjadi berkat didikan awal sang ayah, Sugeng Subagyo, yang mantan pebulu tangkis nasional. Tapi, Franky memiliki kebanggaan yang tak dimiliki kakak-kakaknya.

-

TERIAKAN lantangnya memecah ketegangan di DBL Arena, Surabaya, kemarin. Bertanding di lapangan 1, Franky Wijaya Putra melepaskan kelegaan setelah melalui laga berdurasi 37 menit. Berpasanga­n dengan Sabar Karyaman Gautama, dia menyumbang­kan poin kemenangan untuk Tjakrindo Masters setelah mengunggul­i ganda tim Hitachi Keiichiro Matsui/Yoshiki Tsukamoto 21-17, 21-18.

Setelah pertanding­an tersebut, Franky menyempatk­an diri menelepon keluargany­a di rumah. Masih bermandi peluh, dia mengangkat telepon genggamnya. Dari percakapan tak sampai dua menit itu, diketahui dia berbicara dengan ayahnya. ’’Hari ini menang, Yah. Terima kasih doanya,’’ ucap atlet 20 tahun tersebut dengan senyum semringah.

Wajahnya pun makin menampakka­n kelegaan. Terlepas dari kegagalann­ya meloloskan Tjakrindo Masters ke semifinal. Dari empat kali bertanding, pasangan Franky/ Sabar meraih dua kemenangan.

Di ujung sana, ayahnya, Sugeng Subagyo, juga merupakan seorang mantan atlet bulu tangkis. Sepanjang Djarum Superliga 2017, sudah dua kali Franky mengabarka­n kemenangan­nya kepada orang tuanya yang kini tinggal di Sleman, Jogjakarta. Kabar yang sangat dinantikan Sugeng, yang juga mantan penghuni pelatnas pada 1970–1980.

’’Sembilan anak ayah atlet bulu tangkis semua. Saya bangga bisa membuat ayah dan ibu bahagia karena semua yang menjadi atlet bulu tangkis, hanya saya yang lolos ke pelatnas,’’ tuturnya kepada Jawa Pos. Ya, sejak Januari, Franky menghuni Pelatnas PBSI di Cipayung.

Di ruangan ganti pemain, Franky bercerita, dirinya tumbuh menjadi atlet di bawah bimbingan langsung sang ayah. Sugeng memang memiliki klub badminton di Sleman. Namanya PB Nusantara. Sugeng pula yang menjadi pelatih pertama bagi anak-anaknya.

Tapi, polesan sang ayah tak berlangsun­g selamanya. ’’Setelah genap berusia 15 tahun, ayah memasukkan kami ke klub lain. Dengan harapan, kami bisa terus berkembang,’’ kata penghuni peringkat ke-103 ganda putra BWF (Badminton World Federation) tersebut.

Jarak usia antara Franky dan kakak-kakaknya memang tidak terlalu jauh. Selisih usia dia dengan kakak pertamanya, Hengky Kurniawan Saputra, adalah 21 tahun. Tapi, jarak usia antara Franky dan kakak perempuann­ya yang tepat di atasnya, Citra Putri Sari Dewi, hanya setahun.

Menurut Franky, tak ada paksaan atau bujukan dari sang ayah untuk menggeluti bulu tangkis sebagai jalan hidup. Semuanya mengalir.Sebab,diadansaud­ara-saudaranya kerap menyertai sang ayah saat bertanding atau berlatih di dalam dan luar kota.

’’Saya pribadi menyukai badminton sejak usia tujuh tahun. Awalnya ikut ayah saat beliau bertanding atau hanya sekadar latihan,’’ kenang Franky.

Pria 20 tahun itu pun mulai memerinci satu demi satu kakaknya yang berkecimpu­ng di dunia tepok bulu. Baik yang berskala nasional maupun internasio­nal. Istimewany­a, dari perincian itu, semua anak Sugeng Subagyo yang terdiri atas 5 pria dan 4 perempuan menggeluti nomor ganda.

Yang pertama Hengky Kurniawan Saputra, lalu Anita Kartika Sari. Mereka hanya bertanding dalam skala nasional. Berikutnya, Wandry Kurniawan saat ini menjadi pelatih di Malaysia. Wandry pernah membela Singapura dalam berbagai event internasio­nal. Wandry memiliki saudara kembar bernama Hendri Kurniawan, juga menjadi pelatih, tapi di Singapura. ’’Mas Wandry dan Hendri dulu berpasanga­n saat masih aktif,’’ jelas Franky.

Anak kelima, Hendra Wijaya, dan keenam, Shinta Mulia Sari, juga memperkuat Singapura. Anak ketujuh, Dian Permata Sari, juga sempat malang melintang di dunia bulu tangkis nasional. Kini Dian memilih menjadi pelatih di Sydney, Australia.

’’Yang kedelapan adalah Citra Putri Sari Dewi. Dia saat ini pelatnas di Singapura. Cuma belum warga negara di sana. Namun, Hendra, Hendri, dan Shinta sudah kewarganeg­araan Singapura,’’ beber Franky.

Franky juga sempat mencicipi latihan di Singapura dan bergabung dengan klub milik dua kakaknya, Hendra-Hendri Badminton Academy. Namun, pada awal tahun ini, dia dipanggil menjadi penghuni Pelatnas Cipayung.

’’Sampai hari ini, kalau anak-anaknya pulang ke Sleman, ayah selalu punya peraturan khusus pada anaknya. Harus latihan di rumah.Kalautidak,kamitidakd­iperbolehk­an ke luar rumah,’’ kata Franky. (*/c19/ady)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia