Kalau Nari, Suka Lupa Diri
Menyaksikan pertunjukan tari tradisional selalu menyenangkan bagi Mohc. Velian Muhajir. Irama musik gamelan yang khas dan gerakan gemulai sang penari memanjakan matanya. Menikmati setiap gerakannya membuat pikiran rileks.
’’ KALAU sudah nari, rasanya tidak jadi saya,’’ jelas Velian saat ditanyai perasaannya membawakan tari tradisional di atas panggung. Saat konsentrasinya mencapai puncak, remaja lakilaki itu seakan ’’lepas’’ dari dirinya sendiri seperti lupa diri karena saking menghayati tariannya. Gerakan tarinya lebih luwes tanpa bayang-bayang komentar orang terhadap penampilannya.
Hal tersebut telah dirasakan sulung dua bersaudara itu sejak kali pertama tampil membawakan tari tradisional. Patokannya gampang. Kalau masih merasa malu-malu, dia berarti masih sadar bahwa dirinya sedang menari di hadapan orang. Akibatnya, gerakan yang ditampilkan menjadi kurang punya gereget. Tapi, kalau perasaan canggung tersebut hilang, penampilannya berarti jauh lebih baik.
Bagi Velian, membawakan tarian tradisional terasa seperti relaksasi untuk lahir dan batinnya. Saat pikiran buntu, menari bisa memberikan efek menenangkan. Setelah rileks, dia baru bisa berpikir lebih jernih.
Kegemaran menyaksikan penampilan tari tradisional dilakukannya sejak SD. Kalau tidak di televisi, dia sering menontonnya di lomba tari atau pergelaran di Taman Remaja. Kemudian, di tertarik untuk mempelajarinya.
Keinginannya pun terwujud. SMPN 34 tempatnya mengenyam pendidikan menengah pertama memiliki ekstrakurikuler seni tari. Dia tanpa ragu mengikuti kegiatan itu. Tapi, Velian hanya memilih tarian tradisional yang dibawakan laki-laki. Tari Remolah yang paling dikuasainya.
Setelah lulus SMP dan masuk ke SMKN 3, kesukaannya menari nyaris terhenti. Sebab, di sekolah tersebut, tidak ada ekskul tari. Namun, putra pasangan Wajir dan Kasiati itu tak kehilangan akal. Dia tetap mengasah kemampuannya dengan berlatih sendiri.
Tak lama setelah itu, Pemprov Jawa Timur mengadakan Jatim Education Fair. Salah satu acaranya adalah lomba tari tradisional. Siswa program keahlian teknik kendaraan ringan ter se but tertarik mengikuti kompetisi itu. Karena tak bisa melakukannya sendirian, dia mengajak dua temannya untuk ikut lomba bersamanya. ’’Kami berlatih sendiri,’’ jelasnya.
Meski tak berhasil meraih juara, mereka semakin dikenal di sekolah sebagai murid-murid yang pandai membawakan tari tradisional. Akhirnya, mereka sering didapuk untuk tampil pada acaraacara penting.
Karena itu, pihak sekolah sangat mendukung kegemaran Velian dengan mendirikan ekskul seni tari untuk mewadahi potensi siswanya tersebut. Kemampuan Velian semakin terasah. Kini, dia menguasai beberapa tarian daerah. Yakni, tari remo madya, remo gagrak anyar, remo bolet, dan tari kasomber. (ant/c23/jan)