Terus Dorong Warga Bikin Taman Toga
SIDOARJO – Desa Siwalanpanji, Buduran, terus mengampanyekan pemanfaatan lahan kosong menjadi taman tanaman obat keluarga (toga). Agar gelora toga itu semakin menyala di kalangan warga, ada kompetisi atau lomba antarrukun tetangga (RT)
Sabtu lalu (25/2), toga di seluruh RT Desa Siwalanpanji dinilai.
’’Nanti pemenangnya kami beri bibit tanaman seperti lombok, terong, dan tomat. Ada lima besar yang berhak mendapatkannya,” kata Ketua PKK Siwalanpanji Titik Karyati saat mendampingi tim juri dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Sidoarjo.
Lomba toga tersebut sudah menjadi agenda tahunan desa. Event positif itu berlangsung sejak dua tahun lalu. Setiap tahun ada 31 RT yang berkompetisi. Mereka biasa bekerja semaksimal-maksimalnya untuk mengembangkan toga di kawasan tempat tinggal masing-masing.
Di setiap RT, kata Titik, ada pengelola yang rutin merawat lahan yang ditanami toga. Bisa ketua RT setempat atau warga biasa. ’’Toga itu bisa ditanam di lahan fasum atau di depan rumah pribadi,” kata istri Kades Siwalanpanji Ahmad Choiron yang memimpin 147 kader PKK tersebut.
Setelah banyak warga yang semangat membuat taman toga, Titik mengupayakan setiap rukun warga (RW) memiliki ruang terbuka hijau (RTH). Dengan demikian, suasana desa akan semakin asri dan menjadi tempat yang ramah sebagai hunian.
Tim juri dari DLHK tampak begitu kagum dengan semangat warga untuk mengembangkan toga. Di RT 1, misalnya. Pengelola taman toga di RT 1 adalah Endang Sulistyo Wahyuni dan Sri Sudayati. Endang adalah ketua kelompok kerja (pokja) bidang pendidikan, keterampilan, dan koperasi di PKK Desa Siwalanpanji. Adapun, Sri merupakan pensiunan guru. Keduanya begitu kompak mengurus lahan-lahan fasum di RT mereka menjadi taman toga yang rindang nan cantik.
Saat tim juri mendatangi salah satu lokasi taman toga RT 1, Endang terlihat sedang menyirami tanaman-tanaman yang ditata apik. Sementara itu, Sri memiliki kewajiban terhadap inventarisasi tanaman. Sri bahkan sudah memiliki buku khusus yang menjelaskan nama tanaman serta khasiatnya bagi kesehatan. ’’Totalnya 150-an jenis tanaman. Ada juga yang belum masuk daftar tanaman,” beber Sri sembari memperlihatkan buku inventaris yang dibuatnya.
Buku itu dilengkapi manfaat tanaman sekaligus sumber in- formasinya. Buku tentang tanaman seperti Trubus menjadi salah satu sumber pengetahuan. Dari seluruh kawasan RT 1, ada enam lokasi taman toga yang terpisah. Semua menjadi tanggung jawab Endang dan Sri. Mereka bukan ditunjuk, tapi dengan ikhlas mengajukan diri. Sebab, keduanya memang hobi. ’’Di sini yang paling banyak dimanfaatkan warga sekitar itu ya daun kelor buat masak. Sama sambiloto atau daun insulin buat jamu orang diabetes,” jelas Endang.
Kurang lebih 15 menit, Endang dan Sri menjawab pertanyaan Suyanto Asmoro dan Eko Yulianti, anggota tim juri dari DLHK. Dalam lomba taman toga itu, ada lima kriteria penilaian. Yakni, jumlah tanaman, kerapian penataan, banyaknya tanaman bernilai ekonomis, inovasi dan kreativitas penanaman, serta kemampuan memanfaatkan lahan kosong. ’’Kalau menanamnya di pot daur ulang atau dimanfaatkan jadi makanan yang belum banyak dibikin, kan namanya kreatif,” jelas Yuli.
Ayo, desa-desa mana lagi yang juga memiliki kegiatan positif seperti Siwalanpanji? Terus melangkah dengan inovasi dan menginspirasi desa-desa lain di Kota Delta. (via/c7/hud)