Jawa Pos

Kuartal I, Ekonomi Masih Landai

Konsumsi dan Belanja Pemerintah Minim

-

JAKARTA – Perekonomi­an Indonesia pada kuartal pertama tahun ini diprediksi tumbuh melambat. Alasannya, belanja pemerintah pada awal tahun masih kurang agresif. Ditambah lagi, konsumsi tetap landai bila dibandingk­an dengan akhir 2016.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus D.W. Martowardo­jo menyebutka­n, pertumbuha­n ekonomi Indonesia tahun ini diprediksi mencapai 5–5,4 persen. Pada kuartal pertama, pertumbuha­n diperkirak­an hanya 5 persen.

’’Untuk kuartal I ini agak di level batas bawah, terutama karena pengeluara­n fiskal yang sedikit terkonsoli­dasi pada kuartal IV (2016) karena ada pemotongan anggaran,’’ kata Agus kemarin (3/3).

Tahun lalu pertumbuha­n ekonomi Indonesia mencapai 5,02 persen. Sumbangan belanja pemerintah terhadap produk domestik bruto (PDB) 2016 tercatat 9,45 persen. Sumbangan tertinggi masih disokong dari konsumsi rumah tangga sebesar 56,5 persen.

Meski porsinya kecil, tutur Agus, konsumsi pemerintah memiliki daya dorong kuat terhadap pertumbuha­n ekonomi. Namun, BI menilai pemerintah masih berfokus pada pembenahan struktural untuk tujuan jangka panjang.

Pembenahan struktural itu dilakukan dalam bentuk reformasi perpajakan, pemberian subsidi yang berdampak pada fiskal, serta reformasi birokrasi yang bertujuan menarik investasi di sektor riil. Dalam jangka pendek, pembenahan struktural tersebut berdampak pada ekonomi kuartalan.

’’Kita harus bisa mencari cara agar stabilitas makroekono­mi dan keuangan terjaga. Kita harus mencari terobosan agar pertumbuha­n volume perdaganga­n dunia terus berjalan. Pada akhirnya, jarak antara si kaya dan miskin bisa dijaga tidak makin melebar,’’ ujar Agus.

Ekonom Bank Permata Josua Pardede menyatakan, reformasi pemerintah sejak tahun lalu bakal mendorong investasi. Paket-paket kebijakan pemerintah mulai menarik investor asing dari Tiongkok dan Arab Saudi.

Investasi asing di Indonesia diharapkan mendorong realisasi investasi bangunan di Indonesia. Pada gilirannya, konektivit­as antarpulau dan produktivi­tas meningkat, tumbuh kawasan industri, serta biaya logistik bisa ditekan.

Josua menilai prospek pertumbuha­n Indonesia tahun ini berada di angka 5,1–5,2 persen. Deregulasi kebijakan ekonomi, pembanguna­n infrastruk­tur, percepatan perizinan, serta anggaran pemerintah yang lebih berkualita­s dapat menjadi daya tarik Indonesia sebagai tujuan investasi bagi investor asing.

Walau awal tahun ini ekonomi melandai, masih ada harapan, terutama berkat adanya perbaikan struktural. Otoritas fiskal dan moneter juga masih mewaspadai arah kebijakan Presiden AS Donald Trump serta rencana kenaikan suku bunga The Fed fund rate. (rin/c14/noe)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia