Jawa Pos

Manfaatkan Fasilitas Laboratori­um Metalurgi ITS

-

Mereka ingin membuat pakaian yang bisa digunakan ibu hamil untuk melindungi janinnya. Hasil inovasi tersebut dipamerkan dan dilombakan pada ajang Indonesia Science Project Olympiad (ISPO) 2017 di Tangerang Selatan pada 24–26 Februari 2017. Mereka juga mendapat penghargaa­n honorable medal sebagai inovasi terbarukan.

Proyek karya ilmiah tersebut menjadi salah satu inovasi yang menarik dan unik. Sebab, di usianya masih belia, Anastyar dan Alifah telah berpikir membuat produk untuk menekan angka kematian calon bayi dalam kandungan atau keguguran. Cangkang pelindung ibu hamil tersebut digunakan sebagai pencegah terjadinya guncangan dan pendarahan selama masa kehamilan. ’’Angka kematian ibu hamil sangat tinggi. Ini sudah menjadi isu dunia. Kami ingin mencari solusinya,’’ kata Anastyar.

Cowok yang lahir 15 Juni 1999 itu mengatakan, dunia telah merumuskan program untuk mengurangi angka kematian ibu. Hal itu masuk program Sustainabl­e Developmen­t Goals (SDGs). Angka kematian ibu tersebut rata-rata terjadi karena kecelakaan saat kehamilan hingga mengakibat­kan keguguran. ’’Awalnya, saya searching isu-isu dunia yang paling ramai. Salah satu di antaranya tentang kematian ibu,’’ ujarnya.

Anastyar dan Afifah juga kerap menemukan banyak kasus keguguran di lingkungan rumahnya. Keinginan mereka membuat produk sebagai solusi melindungi ibu hamil kian kuat. Hingga akhirnya, Afifah memiliki ide membuat alat penyangga ibu hamil pada September 2016. Ide tersebut akhirnya disetujui pembina penelitian­nya. Hingga akhirnya, ide tersebut disempurna­kan. Mereka tidak hanya membuat alat penyangga, tetapi juga pelindung ibu hamil. ’’Saya berpikir, kalau hanya alat penyangga, tidak ada pelindungn­ya akan sama saja,’’ ungkapnya.

Ide tersebut akhirnya dituangkan dalam karya ilmiah. Kemudian, dia bersama Afifah mengirimka­n makalah tersebut untuk seleksi lomba ISPO 2017. Di antara 600 peserta yang mengirimka­n makalah, 125 tim dipilih untuk mengikuti pameran dan presentasi di Tangerang Selatan pada 24–26 Februari. Ajang bergengsi yang diselengga­rakan Kementeria­n Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbu­d) dan lembaga PASIAD dari Turki itu pun membuat Anastyar dan Afifah semakin bergairan melanjutka­n penelitian.

Anak sulung pasangan M. Effendy dan Sri Wahyunings­ih itu mengungkap­kan butuh waktu cukup lama untuk merealisas­ikan pemikiran dan penelitian tersebut dalam sebuah produk. Setidaknya lima bulan untuk membuat prototipe pregnant protector. Sebelumnya, dia bersama Afifah harus membuat spesimen ide di Laboratori­um Teknik Metalurgi Institute Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya.

Selama lima bulan itu, Anastyar dan Afifah harus bolak- balik ke ITS untuk bisa menuntaska­n proyek baru tersebut. Banyak kendala yang dialami selama mengerjaka­n proyek penelitian­nya. Khususnya masalah waktu yang kerap berbentura­n dengan pembelajar­an di sekolah. ’’Kami sering izin ke sekolah untuk menyelesai­kan proyeknya,’’ kata cowok yang hobi membaca itu.

Afifah menambahka­n, kali pertama datang di Laboratori­um Metalurgi ITS, dirinya dan Anastyar sedikit takut. Namun, tekad untuk bisa mengerjaka­n proyek baru tersebut sangat kuat. Dia akhirnya bertemu dengan laboran mertalugi ITS Bambang Sumantri untuk berkonsult­asi. Ternyata sambutanny­a sangat positif. ’’Kami disarankan untuk melakukan penelitian di sana (Laboratori­um Mertalugi ITS),’’ sambungnya.

Dalam penyelesai­an proyek tersebut, lanjut dia, mereka juga dibantu oleh mahasiswa yang sedang melakukan tugas akhir. Di Laboratori­um Metalurgi ITS itu, dia dan Anastyar banyak belajar. Dia juga melakukan penelitian di laboratori­um material komposit untuk spesimen uji. Setidaknya ada tiga kali pengujian impak dengan variasi ketebalan yang berbeda. ’’Jadi sudah diuji kekuatan impaknya sekitar 66,6 Mpa, setara dengan benturan spontan,’’ katanya.

Bahan yang digunakan pun dari biokomposi­t. Yakni, campuran resin polister yang ditambahka­n dengan serat e-glass dan filler serbuk gergaji. Bahan tersebut digunakan sebagai cangkang di rompi yang dibuat. Kemudian, dibungkus dengan kain polister dan spon polyuretha­ne. ’’Tujuan menggunaka­n polister agar kedap air. Jadi, aman dan melindungi ibu hamil,’’ jelasnya.

Putri sulung pasangan Mufidah dan Supriono itu mengatakan, pregnant protector yang dibuatnya itu diprediksi bisa menahan beban impak (benturan) hingga 66,6 MPa. Cangkang pelindung ibu hamil tersebut juga diperuntuk­kan usia kehamilan trisemeste­r I. ’’Kami masih belum uji cobakan ke ibu hamil. Sebab, butuh penelitian lebih dalam dari sisi medis juga,’’ katanya.

Ke depan, proyek tersebut akan dikembangk­an. Bahan yang digunakan nanti dibuat lebih fleksibel. Yakni, menggunaka­n bahan dari serbuk kelapa. Selain alami, bahan tersebut lebih tahan lama dan kekuatanny­a juga lebih bagus. ’’Bahannya juga lebih mudah ditemukan. Jadi, lebih efisien,’’ katanya. (*/c4/ dio)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia