Tularkan Ilmu untuk Mengurangi Sampah
KEBERHASILAN usaha Sutiyono dan Weni Indrasari mengolah limbah sak semen tidak dinikmati sendiri. Pasangan yang dikaruniai dua anak tersebut dengan senang hati memberikan pelatihan kepada mereka yang berminat. Sutiyono dan Weni berprinsip bahwa berbagi hal bermanfaat nanti kembali sebagai hal baik.
Sutiyono dan Weni pun memajang semua cenderamata tanda terima kasih sebagai pembicara dan pelatih di ruang tamu rumah. Sebut saja plakat dari Universitas Negeri Surabaya (Unesa) dan Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya (Untag). Momen sebagai pembicara di Untag merupakan paling berkesan buat Sutiyono.
’’Awalnya, ya saya kira menerangkan saja kepada mahasiswa. Lha kok ternyata pembicara lain itu berasal dari pejabat kedinasan Jatim. Bu Risma (wali kota Surabaya, Red) juga diundang,’’ ungkap pria yang akrab disapa Yono tersebut.
Dia sempat gugup dan canggung. Pengalaman mengisi berbagai seminar membuat keduanya makin cakap berbicara. Padahal, Yono maupun Weni bukan tipe public speaker yang baik. Karena melakoni sendiri seluruh pembuatan tas dan dompet daur ulang dari sak semen, Yono dan Weni tampil dengan percaya diri. ’’Kalau memang kreator asli pasti tahu mendetail sampai ke rahasia pelapisnya kenapa nggak menghitam,’’ ujar Weni.
Saat ini Sutiyono dan Weni memilih menularkan ilmu kepada siswa-siswa yang memang sedang praktik kerja lapangan (PKL). Syaratnya, harus membuat langsung di rumah Sutiyono dan menyusun desain produk masingmasing. Mereka akan menerima para siswa dari sekolah berbasis kejuruan maupun umum.
Soal referensi tren tas atau dompet terbaru, Sutiyono dan Weni tidak pernah pusing. Profesi ganda Sutiyono yang juga engineer di Sheraton Hotel Surabaya sangat menguntungkan. Melihat penampilan tamu-tamu hotel yang umumnya para sosialita, pria asli Surabaya itu mendapatkan inspirasi. ’’Saya ketemu yang modelnya up-to-date, bagus, langsung tak jepret,’’ katanya. (via/c14/dio)