AS Tangguhkan Visa Premium
WASHINGTON – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump berupaya keras merealisasikan ambisinya, America First. Salah satu caranya adalah meminimalkan jumlah kaum pendatang lewat pengetatan imigrasi. Setelah imigran gelap dibuat ketakutan lewat razia besar-besaran di seluruh pelosok negeri, kini Gedung Putih menarget imigran terpelajar.
Mulai 3 April mendatang, Badan Imigrasi dan Kependudukan AS tidak lagi menerbitkan visa premium alias visa H-1B. Selama ini visa yang biaya pembuatannya mencapai USD 1.225 atau setara Rp 16,3 juta itu selalu dipakai para pakar asing di perusahaan-perusahaan teknologi Negeri Paman Sam. Meski biayanya jauh lebih mahal, mereka memilih visa premium karena waktu pembuatannya jauh lebih cepat.
Penerbitan visa bisa memakan waktu berbulan-bulan. Namun, visa premium hanya membutuhkan 15 hari. Karena itu, banyak perusahaan multinasional, terutama perusahaan teknologi, yang mengarahkan tenaga-tenaga asingnya ke proses premium. Sayangnya, proses singkat yang menjadi solusi kelengkapan dokumen para pakar asing tersebut bakal ditangguhkan di bawah kepemimpinan Trump.
’’Penerbitan visa premium akan dihentikan sementara selama enam bulan,’’ terang badan yang dikenal dengan singkatannya, USCIS, tersebut pada Jumat (3/3) waktu setempat.
Sementara itu, Trump kembali meluapkan amarahnya kepada Barack Obama lewat Twitter. Setelah menuduh mantan presiden keturunan Kenya itu mendalangi kegaduhan Gedung Putih, kini dia menuding suami Michelle tersebut menyadap teleponnya. Penyadapan itu, menurut presiden ke-45 AS tersebut, terjadi sebelum pemilihan presiden (pilpres) November tahun lalu. ’’Saya berani taruhan, seorang pengacara jempolan akan bisa memerkarakan Presiden Obama yang menyadap telepon saya pada Oktober tahun lalu menjelang pilpres!’’ tulis Trump pada akun @realDonaldTrump. Namun, lagi-lagi tuduhan itu tidak disertai bukti kuat. (AFP/Reuters/hep/c14/sof)