Sulit Jepret Macan Kenyang
SURABAYA – Kandang macan Kebun Binatang Surabaya (KBS) tiba-tiba penuh sesak oleh peserta lomba foto satwa nasional. Mereka yang mengatasnamakan diri Prajurit Pencinta Photography (P3) itu berjibaku sebelum macan diberi makan pukul 13.00. Lokasi kandang macan di ujung barat KBS memang menjadi tempat favorit. Lima tahun silam, lomba serupa juga diadakan di KBS. Juaranya ya, foto macan.
Karena itu, keriuhan terjadi saat pengeras suara KBS menginformasikan bahwa
macan segera dimulai
Para peserta dengan seragam kaus putih berlengan hijau berlarian menuju lokasi. Satu jam sebelumnya, mereka memotret acara makan-makan komodo. Namun, mereka kurang puas dengan hasil jepretan. Sebab, kadal terbesar di dunia dari Pulau Komodo itu kurang rakus.
Pawang macan sudah naik panggung mini di tepi kandang. Dia membawa ember berisi daging kambing dan dada ayam. Para fotografer yang tak kebagian tempat berusaha menyerobot. ”Belum mulai woi, sabar!” ujar salah seorang peserta lomba yang ada di depan dengan muka kecut.
Daging berlumuran darah segar sudah terikat. Sejurus kemudian, pawang mengerek daging yang tersambung pada tali katrol. Ladalah, macannya tidur. Para peserta yang kepanasan mulai tak sabar. Para peserta memanggil nama harimau benggala tersebut. ” Nggul, Tu nggul... Bangun. Sarapan dulu,” teriak seorang peserta.
Karena suasana jadi ramai, Tunggul akhirnya menoleh. Dia turun dari batang kayu, tempat dia tidur. Wajah para peserta lomba jadi girang. Tetapi, raja hutan itu, tampaknya, tidak nafsu makan. Dia hanya memainkan daging yang bergelantungan di seutas tali pancing dengan cakarnya. ” Sampean tambahi (Anda tambahi) kecap, Pak,” celetuk peserta lomba. Pawang yang mengontrol daging dari tali hanya bisa meringis. ”Atau pawange ae sing njegur (pawangnya saja yang terjun, Red),” timpal peserta itu lagi.
Dari kejauhan, pawang lain mencoba untuk menaikkan nafsu makan Tunggul yang baru bangun tidur. Daging- daging segar dilempar dari jarak 10 meter. Hap, daging seukuran kaleng susu itu bak camilan bagi hewan karnivora yang bisa tumbuh hingga berat 325 kg tersebut.
Setelah mencicipi daging itu, Tunggul mulai tertarik lagi mendatangi daging yang bergelantungan. Dia berusaha menggapai daging, tetapi pawang menariknya dari kejauhan. Sasaran meleset. Daging lantas didekatkan lagi. Kali ini daging tersebut berhasil tergigit. Namun, peserta lomba juga kurang puas dengan jepretan mereka. Sebab, lompatan Tunggul kurang bertenaga.
Umpan daging kambing diganti dada ayam. Tunggul kembali bermalas- malasan mencari tempat teduh. Penonton pun meneriaki Tunggul lagi. Pawang juga melemparkan daging-daging kecil untuk menaikkan selera makannya. Setelah 15 menit beristirahat, Tunggul bangkit. Tatapan matanya tertuju ke daging ayam yang digoyang-goyangkan. Dengan sekali lompatan, daging ayam dilahap habis. Setelah itu, dia mengasingkan diri ke sisi kandang dan menjauh dari hadapan kerumunan. Para fotografer tambah kecewa.
Jamal Parlindungan, misalnya. Dia berkali-kali menggaruk kepalanya yang ditumbuhi rambut putih panjang. Pria asal Sedati, Sidoarjo, itu tidak yakin foto-foto macannya bisa masuk nominasi, apalagi sampai juara.
Jempolnya lalu memutar-mutar scroll di kamera Canon Eos 1-D Mark II. Kamera yang sudah menemaninya selama 12 tahun. ”Macannya lemes, tidak seperti lima tahun lalu,” jelas pria 60 tahun itu kecewa. Selain foto macan, foto komodo yang dia ambil juga tidak memiliki kualitas juara.
Dia lalu mencari file foto yang diambilnya sejak pagi. Terdapat foto kambing bukit dan burung unta. Di antara keduanya, dia akhirnya memilih burung unta. Foto itu menunjukkan bagian kepala burung unta yang difoto secara simetris. Mata kanan burung berleher panjang tersebut terlihat sehat. Sedangkan mata kirinya agak bengkak. Sepertinya harus segera ditolong. Setelah yakin, dia mengumpulkan file foto tersebut ke panitia.
Pembina P3 Mahdi membenarkan bahwa macan dan komodo kali ini lebih lemes ketimbang lomba sebelumnya. Dia menduga, hewan-hewan tersebut sudah kenyang. ” Tapi, justru ini membuat lomba berbeda dengan sebelumnya. Para peserta harus mencari alternatif foto lain sehingga foto yang dikumpulkan beragam,” jelas pria yang tinggal di Keputih tersebut.
Dugaan Mahdi benar. Lomba kemarin dimenangi oleh foto orang utan. Gagas Setiawan asal Surabaya berhasil memotret orang utan yang meminum air dengan tangan. Tetasan air berhasil diabadikan sebelum masuk ke mulut orang utan yang lagi mangap.
Foto-foto terbaik nanti dipamerkan. P3 sudah bekerja sama dengan Bandara Internasional Juanda. Mahdi sengaja memilih Juanda sebagai tempat pameran foto. Tujuannya, para wisatawan yang mendarat di bandara penasaran dengan wisata Jawa Timur. ”Sebelum KBS, kami adakan lomba foto Sapi Brujul di Probolinggo dan Bromo,” ujarnya.
Dirut KBS Chairul Anwar menerangkan, kedatangan peserta lomba sangat membantu KBS. Sebab, secara tidak langsung acara itu menjadi promosi gratis bagi KBS. Selain akan dipamerkan, foto-foto KBS tersebar di media sosial. ”Sekarang ini kami membuka pintu dan jendela untuk merangkul semua komunitas yang ingin KBS kembali berjaya,” jelas pria yang baru tiga bulan memimpin KBS tersebut. (sal/c7/dos)