Paling Jago Kecepatan Tangan
Sehari saja tidak memegang alat-alat sulap, tangan Firyal Febri Asrafi rasanya mati gaya. Menjadi magician adalah pilihannya. Dia terus mengasah kemampuan agar bisa menjadi profesional.
FIRYAL Febri Asrafi lebih dikenal dengan nama panggung Van Henrick Tian. Dia merupakan performer khusus magic show. Tampil di ratusan panggung di dalam dan luar kota telah dilakoninya. Trik permainan andalannya adalah sulap klasik.
Laki-laki 19 tahun itu mengenal sulap sejak kelas II SD. Dia senang mengikuti penampilan magic competition di televisi. Magician idolanya adalah Rhomedal Aquino. Pesulap profesional Indonesia itulah yang menginspirasinya hingga saat ini. Melihat trik-trik sulap yang dimainkan Rhomedal, Firyal merasa takjub. ’’Suatu saat aku harus bisa seperti itu,’’ ujarnya saat itu.
Ketika duduk di kelas IV SD, dia masuk sekolah sulap Alakazam. Dari situ, dia terus melatih kemampuannya. Meski demikian, usahanya untuk menjadi pesulap andal tak mudah. Keinginan itu sempat ditentang orang tua. Terutama sang ibu, Siti Khuzaimah. Siti khawatir kegiatan tersebut bisa mengganggu pendidikan akademik buah hatinya. Namun, Firyal mampu menunjukkan bahwa sulap dan sekolah bisa berjalan berdampingan.
Mulai kelas X SMA, ada agensi yang meliriknya untuk dijadikan performer. Dari situlah kemampuan sulapnya mendatangkan pundi-pundi yang lumayan untuk menambah uang saku.
Jenis sulap yang paling dikuasainya adalah kecepatan tangan. Medianya beragam. Bisa kartu, koin, atau payung. Namun, dia juga terus mengasah keterampilan lain untuk menyesuaikan dengan keinginan penonton. ’’Paling sulit belajar mentalis, sampai sekarang masih belajar,’’ tutur mahasiswa semester 2 Sastra Inggris Universitas 17 Agustus 1945 itu.
Sekali tampil, dia membutuhkan minimal tiga asisten. Satu untuk sound dan dua lainnya membantu properti. Untuk show yang cukup rumit, dia bisa membawa 7–8 asisten. Namun, untuk masalah perawatan, dia hanya memercayakan kepada satu orang yang paling mengerti dirinya. ’’Kalau ganti-ganti nggak enak, pasti ada yang nggak cocok,’’ ujarnya.
Berkali-kali naik panggung, tentu banyak hal berkesan yang telah dilalui remaja kelahiran Surabaya, 26 Februari 1998, tersebut. Pengalaman buruk pun pernah dialaminya. Yakni, ketika dia mengikuti kompetisi sulap di Surabaya. Dia kekurangan asisten. Selain itu, ada kesalahan teknis yang mengakibatkan panggung bergoyang. Otomatis propertinya jatuh.
Malu luar biasa. Tetapi, penampilannya tidak mungkin diulang. Untung, Firyal masih punya satu pak kartu di sakunya. Senjata terakhir itu dikeluarkan sembari improvisasi. ’’Jadi pas main itu sambil mikir, abis ini ngapain ya,’’ ungkapnya, lantas terkekeh.
Meski tidak berhasil memenangi lomba, Firyal mendapatkan apresiasi dari juri. Penampilannya sempat berantakan di awal. Tapi, show must go on. Remaja yang berkali-kali mencetak juara kompetisi sulap tingkat kota itu mampu menguasai panggung.
Bagi Firyal, permainan sulap cukup fleksibel. Dia bisa melakukannya kapan pun dan di mana pun dirinya mau.
Sebenar nya dia pernah mencoba hobi lain. Pada akhirnya dia tetap kembali pada sulap. ’’ Gimana ya, nggak feel sama yang lain,’’ ujarnya. (ant/c7/jan)