Jawa Pos

Semua Jalur Selokan Dipenuhi Lele

Ingin belajar mewujudkan kampung berseri alias bersih, sehat, ramah lingkungan, dan lestari? Permukiman warga RW 9, Desa Larangan, Candi, bisa menjadi salah satu jujukan. Bahkan, Badan Lingkungan Hidup (BLH) Jatim ikut memberikan pengakuan.

-

SUASANA Perumahan Mutiara Citra Graha (MCG) Candi begitu asri. Sebuah taman mini dengan ratusan pot gantung langsung menyapa begitu memasuki area perumahan. Menyejukka­n pandangan mata.

Bukan hanya area gerbang depan, halaman setiap rumah warga pun dipenuhi tanaman. Hebatnya, lingkungan itu juga mengembang­kan budi daya lele dengan memanfaatk­an selokan dan saluran irigasi yang membelah perumahan. ’’Dulu, suasananya tidak seperti ini,’’ kata Soejono Muhammad Jaim. Yono, sapaan akrabnya, merupakan ketua RW 9. Bapak dua anak itulah yang mendamping­i Jawa Pos berkelilin­g area perumahan.

Yono menceritak­an, kompleks perumahan itu awalnya tidak terlalu tersentuh penghijaua­n. Banyak lahan kosong yang tidak terawat. Dibiarkan kosong tanpa manfaat. Namun, kondisi itu perlahan berubah.

Setelah terpilih menjadi ketua RW 9 beberapa tahun lalu, Yono mengajak delapan ketua RT di wilayahnya untuk berbenah. Dia ingin kawasan tersebut lebih asri dengan penghijaua­n. Meski semuanya sepakat, prosesnya ternyata tidak semudah membalik telapak tangan. ’’Warga umumnya pendatang. Diajak kompak masih susah. Mereka punya kesibukan sendirisen­diri,’’ katanya.

Meski begitu, pria 50 tahun tersebut tidak putus asa. Yono terus mencari cara agar warga bisa berkumpul. Dia lantas membuat acara senam yang dihelat pada minggu terakhir setiap bulan

’’Ini menjadi wadah bagi warga untuk berkomunik­asi bersama,’’ jelasnya.

Sebagai langkah awal, Yono meminta warga agar merawat sejumlah tanaman di halaman rumah masing-masing. Setiap rumah setidaknya memiliki tanaman berjenis butorantas atau buah, toga, sayuran, dan tanaman hias. ’’Dinilai saat lomba 17-an. Yang paling lengkap mendapat hadiah,’’ katanya.

Seiring berjalanny­a waktu, perumahan yang awalnya tidak terlalu tersentuh penghijaua­n itu mulai tampak asri. Warga pun mulai merasakan nikmatnya tinggal di kawasan yang hijau, bersih, dan sehat. Mereka semakin termotivas­i untuk menyuaraka­n ide-idenya saat berkumpul bersama.

’’Beberapa saat kemudian ada ide untuk mengelola sampah,’’ lanjut Yono. Tanpa menunggu lama, ide itu direalisas­ikan. Bank sampah pun terbentuk. Langkah selanjutny­a memberikan fasilitas tempat sampah pintar bagi warga. Jadi, sampah yang terbuang dapat langsung dipilah antara organik dan anorganik.

Yono menjelaska­n, sampah organik dari warga dibuat menjadi kompos. Pihaknya juga berusaha mendaur ulang sampah anorganik agar tidak terbuang percuma. ’’Dibuat kerajinan tangan,’’ paparnya yang bekerja sebagai konsultan salah satu perusahaan air mineral itu.

Pengelola bank sampah sendiri berperan untuk menampung dan menjual produk kreativita­s warga dari hasil pengolahan sampah. Dengan begitu, sampah yang awalnya tidak berguna justru menghasilk­an pundipundi uang. ’’Masing-masing RT mengelola bank sampahnya sendiri,’’ katanya.

Ide-ide lain agar lingkungan semakin berseri tidak henti bermuncula­n. Setelah menemukan solusi atas problem pengelolaa­n sampah, warga ingin membudiday­akan ikan. Hasil usaha itu menjadi tambahan pemasukan anggota satpam perumahan yang berjumlah 14 orang.

Uniknya, mereka menjadikan selokan perumahan sebagai sarana budi daya ikan. Awalnya, mereka mencoba empat jenis ikan. Yakni, lele, gurami, patin, dan mujair. ’’Dievaluasi setelah tiga bulan,’’ jelas pria kelahiran 12 Juni 1966 itu. Hasil evaluasi tersebut menunjukka­n bahwa hanya lele yang bisa hidup normal di selokan permukiman warga.

Akhirnya, seluruh selokan perumahan digunakan sebagai tempat budi daya lele. Ikan-ikan itu biasa diberi pakan sampah organik. Pelet juga diberikan sebagai asupan tambahan. ’’Lele sudah dapat dipanen setiap tiga bulan sekali,’’ ungkap pria yang hobi bermain tenis meja tesebut.

Memelihara lele, kata dia, harus benarbenar jeli. Sebab, ikan ’’berkumis’’ itu termasuk kanibal. Lele bisa memakan lele lain yang lebih kecil. ’’Harus dipisah sesuai ukuran. Yang telanjur besar tidak dijual. Sengaja dipelihara untuk hiburan,’’ ucapnya.

Berbagai terobosan untuk mewujudkan lingkungan hijau dan sehat itu dilirik Badan Lingkungan Hidup (BLH) Jatim pada 2015. Beberapa perwakilan BLH yang datang menganggap kawasan tersebut layak menjadi tempat studi banding pengelolaa­n lingkungan secara keseluruha­n. ’’Di sini setiap RT juga memiliki kebun bibit untuk mendukung program penghijaua­n yang dilakukan,’’ ucapnya.

Belum lama ini datang rombongan kepala desa se-Tuban. Yono dan warganya sangat bangga lingkungan yang awalnya tidak terlalu tersentuh penghijaua­n justru menjadi jujukan perangkat pemerintah­an. ’’Banyak yang dari luar kota. Dari Mojokerto dan Kediri juga pernah ke sini,’’ ungkapnya.

Biasanya, rombongan studi banding langsung disambut di depan gerbang perumahan. Mereka lantas diajak berkelilin­g perumahan layaknya berwisata. Dalam kesempatan itu, pengunjung bisa memberi makan lele di selokan dengan pelet yang tersedia. Di bagian akhir, rombongan diajak menikmati olahan lele di sebuah kafe yang dikelola warga. ’’Sebagai penunjang, di sini juga dibuat taman baca dan bermain untuk anak-anak. Jadi, pengunjung dapat belajar sekaligus bermain,’’ jelasnya. (*/c15/pri)

 ?? BOY SLAMET/JAWA POS ??
BOY SLAMET/JAWA POS

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia