Insinerator TPST Damarsi Siap Beroperasi
SIDOARJO – Penyempurnaan fasilitas tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) di Kota Delta terus digalakkan. Salah satunya, menyiapkan tungku pembakaran sampah organik atau insinerator. Yang baru menerimanya adalah TPST Desa Damarsi, Kecamatan Buduran.
Kemarin (5/3) tim sosialisasi dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Sidoarjo menyelenggarakan pembelajaran penggunaan insinerator kepada warga pengelola TPST tersebut. Dengan sebelas pemilah sampah plus delapan operator insinerator, Ketua Timsos DLHK Budi Santoso yakin TPST Damarsi bisa segera mandiri.
Budi menjelaskan, TPST tersebut menerima bantuan pembangunan insinerator dari DLHK karena truk penjemput sampah residu tidak bisa menjangkau lokasi TPST yang masuk ke gang kecil. ’’Setelah pemilahan, langsung dibakar saja supaya sampah tidak menumpuk,’’ katanya.
Insinerator diperlukan jika masih banyak sampah yang bersifat residu setelah dipilah
Itu merupakan sampah organik yang sudah terlambat diolah alias busuk. Mau tidak mau, sampah tersebut ikut dibakar dalam tungku insinerator.
Selanjutnya, sampah tersebut dibersihkan dari polutan sebelum asapnya dilepas ke udara.Langkahlangkah insinerasi itu tentu tidak bisa dilakukan secara sembarangan.
Tidak heran, para anggota kelompok swadaya masyarakat (KSM) Desa Damarsi bersama warga lainnya sangat antusias mempelajarinya. Mereka ingin pengolahan sampah di TPST berjalan lebih maksimal. Yakni, melakukan proses lanjutan berupa pembakaran organik setelah sampah tuntas dipilah. Harapannya, TPST Damarsi bisa mencapai target nol sampah setiap hari.
Ketua KSM Desa Damarsi Shodikun mengatakan, pengoperasian tungku insinerator di TPST desanya tergolong mendesak. Sebab, masih sangat sulit menumbuhkan kesadaran warga setempat untuk memilah sampah dari rumah. Padahal, langkah itu sangat membantu pengolahan di TPST.
’’Kalau warga sudah paham pemilahan sampah di rumah, tungku hanya buat sampah residu,’’ jelas Shodikun.
Setiap hari ada sembilan gerobak sampah berukuran besar yang masuk ke TPST yang melayani sekitar 9 ribu KK tersebut. Makanya, jika sampah busuk menumpuk, satu-satunya cara adalah membakarnya di insinerator.
Pengoperasian insinerator bisa mengurangi 95 persen volume sampah, termasuk sampah medis. Meski sudah mendapat bantuan insinerator plus pelatihan penggunaannya, Shodikun tetap mendorong sosialisasi pemilahan sampah kepada warga. Agenda sosialisasi peraturan pengolahan sampah di desa segera dirembukkan pihak KSM dengan pemerintah desa. ’’Kalau semua pengolahan dilakukan operator TPST, ya tanggung jawab warga tidak ada,’’ tutur Shodikun. (via/c15/pri)