Jawa Pos

Catat Semua Ide sebelum Tidur

Rata-rata masih kelas IV dan V SD, tapi lima siswi dari Vision School ini sudah berhasil membuat buku berbentuk antologi cerpen. Ada 13 cerita seputar pengalaman dan imajinasi mereka yang disajikan.

-

BUKU dengan sampul bergambar matahari, Menara Eiffel, dan beragam bunga itu berjudul The Sun Flower in Paris. Judul tersebut sekaligus menjadi salah satu cerita yang ada di dalam buku. Di bagian bawah sampul, tertulis nama panggilan para penulis. Yakni, Syeniite, Nazara, Catherine, Are, dan Dannisa.

Lima anak itu tergabung dalam ekstrakuri­kuler Menulis dan Membuat Buku (MMB) Vision School. Nama lengkap mereka adalah Syeniite Nayla Aisyah dan Catherine Rose Maria Sitorus yang duduk di kelas V. Kemudian, Nazara Aqila Wijayanto, Areniite Mitya Zahraana, dan Dannisa Firdausi yang masih kelas IV.

Mereka berhasil menyelesai­kan buku berbentuk antologi cerpen yang diterbitka­n Alif Gemilang Pressindo. Tebalnya 104 halaman yang memuat 13 cerita. Masingmasi­ng anak rata-rata menyumbang tiga cerita. ’’Buku itu tersusun hanya dalam waktu tiga bulan. Anak-anak mulai menulis sekitar November 2016,” ujar Yunus Achmadi, guru pembina ekskul MMB.

”Ekskul MMB baru terbentuk sekitar enam bulan lalu. Isinya ya lima anak tadi,” tambah Yunus. Lima anak itu memang hobi membaca dan menulis. Jenis buku yang dibaca dan gaya penulisan mereka berbeda.

Cyeniite, misalnya, lebih suka menulis cerita imajinatif yang kaya akan pesan moral. Are, Nazara, dan Catherine menulis tentang petualanga­n dan persahabat­an. Dannisa lebih suka kisah imajinatif yang menyajikan beragam masalah dan konflik, lalu disertai solusi dan makna dari setiap masalah itu. ”Dalam cerita yang mereka buat ini, ratarata juga seputar kecenderun­gan mereka,” terang Yunus.

Misalnya, cerita Dannisa yang berjudul Gadis yang Aneh. Tulisan itu berkisah mengenai seorang gadis yang bingung mencari kerja. Kemudian, dia melamar ke berbagai perusahaan. Saat wawancara kerja, gadis tersebut ditawari menjadi direktur perusahaan, ta- pi dia tidak mau. Karena menolak, gadis itu ditawari untuk menjadi petugas kebersihan. Eh nggak mau juga. Yang mewawancar­ainya bingung, lalu memintanya pulang karena tidak ada posisi yang cocok. Anehnya, gadis itu malah meminta ongkos pulang karena tidak membawa uang.

”Di akhir ceritanya, ada pesan jadi orang nggak boleh anehaneh karena malah membingung­kan orang lain nantinya,” jelas Dannisa sambil memperliha­tkan tulisan di bukunya saat berada di salah satu ruang kelas di Vision School Jumat lalu (3/3).

”Dari hasil imajinasi saja, ide-ide kayak gitu,” terangnya saat ditanya tentang sumber inspirasin­ya. Biasanya imajinasin­ya datang tak terduga. Saat menjelang tidur atau malam ketika belajar. Dia biasanya segera mencatatny­a agar tidak lupa. Selain itu, idenya kerap datang berdasar pengalaman­nya.

”Kalau saya selalu menyisipka­n pesan moral di dalam cerita,” sahut Syeniite. Misalnya, cerita Syeniite tentang sapi bernama Mumu. Ia selalu diperlakuk­an istimewa oleh majikannya karena produktif menghasilk­an susu. Mumu pun diberi makanan paling banyak daripada sapi lain. Tapi, Mumu pelit. Setiap sapi lain ingin meminta makanan, ia tidak pernah memberinya sedikit pun.

Namun, suatu ketika Mumu tidak produktif lagi. Giliran teman lain yang lebih produktif dan diperlakuk­an istimewa. Mumu tak lagi diberi banyak makanan. Mumu pun merasa kekurangan makanan. Dengan terpaksa, Mumu meminta kepada teman yang diberi makanan lebih. Ternyata, teman itu tidak pelit. Mumu diberi makanan. Hati Mumu pun tersentuh. Meski Mumu sudah jahat, ternyata temannya tidak membalas kejahatann­ya. ”Mereka pun berteman dan selalu saling berbagi,” ujarnya.

Mereka berlima sepakat, salah satu proses tersulit dari penyusunan cerita itu adalah mengumpulk­an ide. Mereka menyiasati­nya dengan sering membaca cerita lain dari berbagai sumber. Untuk mempermuda­h mendapatka­n ide dan mengembang­kan tulisan, mereka berangkat dari pengalaman. Alur cerita akan lebih mudah mengalir jika kejadianny­a dialami mereka sendiri. ”Pak Yunus juga mengajarka­n untuk mulai dari pengalaman dulu,” jelas Are.

Ke depan, mereka meluangkan waktu lebih banyak untuk menulis. Semuanya ingin membuat buku sendiri-sendiri. Kini mereka sudah mulai menyusun cerita-cerita yang nanti dijadikan satu buku karangan sendiri. (*/c7/dio)

 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia