Jawa Pos

Tidak Bisa Tolak Investasi

Masyarakat Tambak Tak Ingin Alih Fungsi

-

SIDOARJO – Rencana alih fungsi lahan tambak di Kota Delta terus menjadi polemik. Sejumlah anggota dewan berbeda pendapat. Ada yang mendukung program tersebut karena alih fungsi merupakan konsekuens­i Sidoarjo sebagai penyangga Surabaya. Namun, ada yang menolak karena mengancam kehidupan petambak dan mengurangi serapan air.

Salah satu yang mendukung adalah Wakil Ketua Komisi B DPRD Sidoarjo Dhamroni Chudlori. Menurut dia, tambak memang sangat penting bagi Kota Delta. Selain menjadi mata pencaharia­n warga yang tinggal di pesisir, tambak bermanfaat sebagai tempat resapan air.

Namun, menurut Dhamrini, Sidoarjo tidak bisa menghalang­i perkembang­an zaman. Sebagai wilayah penyangga Surabaya, Kota Delta sangat menarik investor. Mereka berlomba datang ke Sidoarjo untuk menawarkan pembanguna­n. ’’Itu konsekuens­i sebagai wilayah penyangga metropolit­an,’’ ujarnya.

Apalagi, lanjut Dhamrini, Sidoarjo merupakan wilayah industri. Setiap tahun pasti ada investor yang masuk dan menanamkan uangnya untuk membuka pabrik serta perumahan baru. Pria asal Tulangan tersebut menambahka­n, wilayah Jabon diperuntuk­kan sebagai kawasan industri. Jadi, prioritas utama pemkab adalah mendukung pertumbuha­n pabrikpabr­ik di wilayah itu. Kondisinya sama dengan Sedati yang tumbuh dengan perusahaan dan pergudanga­n.

Dhamrini menyatakan, pemkab menyiapkan solusi bagi petambak yang lahannya berkurang. Mereka bakal dilatih untuk memaksimal­kan lahannya. Menurut dia, yang terpenting saat ini bukan kuantitas lahan tambak, tapi kualitas. ’’Perlu intensifik­asi sehingga panen ikan tambak semakin banyak,’’ jelasnya.

Sementara itu, untuk wilayah resapan air, dia menyebutka­n, pemkab berencana membangun embung di sejumlah wilayah. Nanti, air hujan disimpan di dalam embung tersebut. Selain sebagai penyimpan air, waduk kecil itu bermanfaat sebagai cadangan air bagi petani dan bisa menjadi wisata air.

Lain halnya dengan Tarkit Erdianto. Anggota Komisi C DPRD Sidoarjo tersebut menentang keras alih fungsi yang direncanak­an pemkab itu. Menurut dia, jika tambak dikurangi, Sidoarjo akan merugi. Pasalnya, Kota Delta dikenal sebagai penghasil bandeng dan udang. ’’Terus mau dikemanaka­n petambak. Bandeng dan udang sudah menjadi ikon Sidoarjo,’’ ujarnya.

Politikus PDIP tersebut menjelaska­n, sebagai ikon, seharusnya pemkab men- dorong produk tambak agar terus maju. Misalnya, memberikan pendamping­an bagi para petambak. Para petambak terus dilatih untuk memaksimal­kan hasil penen. Yang tak kalah penting adalah membangun pabrik pengolahan hasil tambak. ’’Jadi, hasil petambak langsung diserap industri,’’ tuturnya.

Pemkab berencana mengurangi jumlah tambak di Sidoarjo. Luasan yang awalnya 13 ribu hektare dikepras menjadi 1.990 hektare. Lahan perikanan itu akan dijadikan untuk perluasan terminal 3 Juanda, pembanguna­n daerah industri, serta pembanguna­n jalan.

Sekretaris Forum Komunitas Masyarakat Tambak (FKMT) Sidoarjo Achmad Syarif menambahka­n, upaya mengubah lahan tambak menjadi lahan industri dan kompleks permukiman telah diketahui jauh-jauh hari. Dia dan segenap petambak kerap menolak rencana tersebut.

Syarif menegaskan, seharusnya pemkab pro terhadap rakyat. Khususnya para petambak. Pertama, tambak menjadi ikon daerah. Menurut dia, mengurangi lahan tambak sama halnya menghapus identitas daerah. (aph/jos/c22/dio)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia