Permainan Detail Gaun Glamor
SURABAYA – Perhelatan Surabaya Fashion Trend (SFT) 2017 berakhir tadi malam (5/3). Karya delapan desainer yang bertema cocktail dress menutup kemeriahan pergelaran perdana itu.
Mereka adalah tujuh desainer dari Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) Badan Pengurus Daerah (BPD) Jawa Timur dan satu desainer asal Bandung. Yakni, Denny Djoewardi, Chindra Kirana, Djoko Sasongko, Melia Wijaya, Sheila Andina, Elok Re Napio, Anna Budiman, dan Harry Ibrahim.
Koleksi-koleksi yang diperagakan tadi malam cukup memukau penonton. Salah satunya rancangan milik Melia Wijaya. Desainer 40 tahun itu suka sekali dengan brokat bunga. Menurut dia, keindahan bunga menggambarkan sosok perempuan feminin, berani, dan elegan. ”Perempuan masa kini,” ungkap Melia.
Bertema Spring Poetry, Melia membalutnya dalam delapan jenis busana. Dia memberikan sentuhan Jepang, khususnya kimono. Cutting kimono didesain Melia menjadi
outer pada dress. ”Ada yang panjang, pendek, dan saya buat kimono yang mengembang ke belakang,” terang desainer asli Surabaya tersebut.
Potongan kimono itu, lanjut Melia, dapat dilepas. Jadi, outer kimono tersebut dapat dipadupadankan dengan busana lainnya. Saat outer dikenakan, gaun lebih cocok untuk suasana pesta malam yang glamor. Sementara itu, saat outer dilepas, busana terlihat lebih santai.
Dia menggunakan warna-warna pastel. Misalnya, krem, dusty pink, dan baby blue. Selain lebih manis, pilihan warna itu bertujuan untuk memperlihatkan detail payet dan brokat pada gaun. ”Romantis yang ceria,” terangnya.
Sebagai desainer tamu, Harry Budiman juga tak mau kalah menyumbang karya terbaiknya. De La Lumiere, yang berarti cahaya, menjadi judul desain Harry. Ada delapan gaun yang ditampilkan dalam SFT 2017. Warna silver dan biru menjadi perpaduan manis pada gaun rancangan Harry. ”Spesialis saya memang gaun malam,” kata desainer 45 tahun itu. (bri/c6/jan)