Jawa Pos

Nanti Malam Opening Festival Pesisir

-

SIDOARJO – Asyik, ini hiburan baru lagi bagi warga Kota Delta dan sekitarnya. Mulai pukul 19.00 nanti malam, ada Festival Kesenian Pesisir Utara (KPU) Provinsi Jawa Timur 2017. Pusatnya bakal berlangsun­g di Alun-alun Sidoarjo. Ada 14 kabupaten/kota turut berpartisi­pasi. Beragam kegiatan seni dan hiburan tersaji hingga Minggu mendatang.

Saat pembukaan di alun-alun, ada pentas seni dan budaya. Tiga kabupaten, yakni Sidoarjo, Gresik dan Pasuruan akan unjuk penampilan daerah masing-masing. Sabtu besok (11/3), bertempat di gedung Delta Karya lantai 3, mulai pukul 08.00, digelar sarasehan budaya. Pesertanya seniman dan budayawan dari 14 kabupaten/kota dari berbagai daerah di Jatim.

Kabupaten/kota itu antara lain adalah Sampang, Gresik, Sidoarjo, dan Tuban

Pagi itu mereka tengah menggarap perpaduan musik belly dance atau tarian perut dengan irama jaipong. Alhasil, sebuah tarian yang mengandung gaya lenggok ala masyarakat Sunda bercampur harmonis dengan gerakan khas belly dance yang bermain pada penekanan perut. ”Hari ini kami pengin coba hal baru. Jadi, nanti kalau ada penampilan lagi, lebih variatif,” ujar Anita.

Perempuan 38 tahun itu dengan serius membimbing rekan-rekannya. Gerakan awal masih layaknya belly dance. Liukan tubuh yang luwes dilakukann­ya. Tiba pada bagian tari jaipong, Anita langsung memekik. ” Eak!” ucapnya lantang pertanda perubahan ritme gerakan.

Seketika dia memendak dan melekukkan tangan serta berputar bak penari jaipong. Tarian tersebut menjadi koleksi komunitas yang dirintisny­a sejak 4 tahun lalu itu. ”Kalau nanti ada undangan yang bisa menampilka­n belly dance versi campuran, ini bisa dipakai,” katanya.

Setelah merampungk­an sesi latihan sekitar sejam, Anita membagikan kisahnya membangun BDCS. ”Awalnya berdarah-darah. Soalnya, empat tahun lalu tidak ada yang tahu belly dance. Kalau pun ada, peminatnya sedikit dan bingung mengembang­kannya seperti apa,” tuturnya mengawali.

Anita memang aktif sebagai penari sejak duduk di bangku SD. Sebagai penari yang tumbuh dari jenis tari tradisiona­l, Anita mengaku sangat tertarik dengan tarian yang memiliki unsur kebudayaan seperti belly dance. ” Ya awalnya tarian Jawa. Kayaknya kalau menari sambil mengenalka­n budaya itu terlihat indah,” ujar ibu 4 anak itu.

Tarian perut memang dikenal sebagai budaya di kawasan Jazirah Arab selama berabadaba­d lalu. Tarian tersebut biasa ditampilka­n saat upacara perayaan pernikahan, kelahiran bayi, atau festival.

Setelah memutuskan mantap mempelajar­i belly dance, dia mencari guru privat yang sudah profesiona­l. Bukan hanya satu guru. Selain itu, dia rajin mengikuti workshop di berbagai kota. Menurut dia, semakin banyak belajar, makin banyak karakter yang bisa didapat. ”Menari itu soal hati. Bagaimana membentuk karakter dan berani menunjukka­nnya,” terangnya.

Sejak 2012, Anita mempelajar­i tarian perut dari nol. Setahun kemudian, dia mengenalka­n tarian padang pasir itu ke teman-temannya di Sidoarjo. ”Aku miris. Banyak penari bagus di Sidoarjo sebenarnya. Tapi, malah ngajar dan mengembang­kan bakat mereka di tempat lain,” tuturnya.

Perempuan yang sudah mengkreasi­kan belly dance dengan tarian lain seperti tradisiona­l Jawa, zumba, dan aerobik tersebut kemudian membentuk komunitas. ”Awalnya ya benarbenar ngajarin satu-satu. Banyak yang dari nol,” ungkapnya.

Anita berharap cukup dirinya yang mendapatka­n pelajaran belly dance dengan harga mahal. Dia awalnya harus menabung untuk semua properti dan kostum belly dance. Saat ini semua kostum yang dia kumpulkan sering dipinjamka­n. Asal mereka mau berlatih bersamanya dan berani tampil. ”Aku ingat banget. Pernah tampil di DTC (Darmo Trade Center, Red) bawa 70 orang, mayoritas pakai propertiku,” kenangnya.

Saat menggeluti belly dance, banyak pengalaman yang didapat. Tampil tanpa dibayar sampai dicemooh penari striptis. Tapi, Anita tak bergeming. ”Orang berjiwa seni tahu. Bukan uang yang saya cari, tapi kehidupan para seniman tetap berlangsun­g,” papar pencinta alunan tabla untuk tariannya itu.

Kini dia dikenal sebagai salah seorang instruktur profesiona­l empat tarian sekaligus. Yakni, tari tradisiona­l, zumba, aerobik, dan belly dance. Anita pun berhasil mengenalka­n belly dance kepada masyarakat umum. Bahkan, dia memiliki murid usia anak-anak.

Itulah yang membuat Anita makin semangat belajar dan menularkan ilmu. Menurut dia, mengajari anak-anak adalah tantangan tersendiri. Sebab, dia harus memahami karakter setiap anak plus mood-nya. (c25/dio)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia