WW Kenalkan Sam kepada Dahlan Iskan
SIDOARJO – Wisnu Wardhana (WW) berusaha memutarbalikkan fakta dalam sidang kasus pelepasan aset PT PWU Jatim. Dia menyatakan tidak memperkenalkan Sam Santoso (pembeli aset) kepada Dahlan Iskan. Padahal, Dahlan ingat betul, kali pertama dirinya bertemu Sam bersamaan dengan jam makan siang di salah satu hotel di Surabaya. Saat itu Sam diajak WW.
Cerita tersebut diungkap Dahlan dalam sidang di Pengadilan Tipikor Surabaya kemarin (10/3) ketika menanggapi kesaksian WW. Saat menjadi saksi untuk Dahlan, WW mengatakan tidak pernah mengenalkan Sam kepada Dahlan. Padahal, sejumlah saksi yang sudah diperiksa menceritakan kedekatan WW dengan Sam.
Dalam sidang, Dahlan menyatakan sangat memaklumi jika WW lupa kejadian 14 tahun lalu itu
Silakan saja diurus bersama WW. Yang jelas, ikuti prosedur. Dan saya pesankan secara khusus, jangan nyogok siapa pun di PWU.” DAHLAN ISKAN, kepada Sam saat diperkenalkan WW
Sebab, dirinya juga tidak bisa mengingat persis sebagian besar kejadian kala itu. Hanya, Dahlan masih sangat bisa mengingat waktu WW memperkenalkannya dengan Sam. Sebab, ada yang sangat mengesankan ketika itu, yakni penjelasan Sam tentang rencananya menerbitkan buku mengenai pemberantasan korupsi kepada Dahlan.
Dahlan mengisahkan, saat itu dirinya dihubungi WW yang ingin mengenalkannya dengan salah seorang calon pembeli aset PWU Jatim. Tapi tanpa menyebut nama. Dahlan mempersilakan WW menemuinya di Hotel Mirama karena saat itu dirinya ada janji lain di sana.
Pertemuan diadakan bersamaan dengan makan siang. WW memperkenalkan seseorang bernama Sam Santoso kepada Dahlan. WW menyebutkan bahwa Sam itulah yang akan membeli aset PWU. Dahlan menanggapi biasa. ”Silakan saja diurus bersama WW. Yang jelas, ikuti prosedur. Dan saya pesankan secara khusus, jangan nyogok siapa pun di PWU,” terang Dahlan.
Pembicaraan mengenai aset PWU berhenti sampai di situ. Selama makan siang, mereka berdiskusi tentang buku yang akan diterbitkan Sam. Temanya korupsi. Di buku itu dia membahas kiat-kiat memberantas korupsi di perusahaan. Dahlan sangat terkesan dengan buku tersebut. Sebab, dia juga ingin memberantas korupsi di perusahaan.
”Ini kok ada orang yang mau nulis buku tentang itu,” ucapnya. Pembicaraan soal buku antikorupsi itulah yang membuat Dahlan selalu ingat perkenalan dengan Sam yang difasilitasi WW.
Kesan positif tersebut tidak berlangsung lama. Kelak Dahlan membuang buku Sam lantaran kecewa atas sikapnya. ”Dia menulis seperti itu, tapi kok wujudnya seperti itu. Nanti akan saya jelaskan pelan-pelan. Ini hanya untuk mengingatkan saja bahwa saya benar-benar ingat pertemuan ini,” paparnya.
Dahlan teringat lagi kekecewaan itu saat menjalani pemeriksaan di Kejati Jatim beberapa waktu lalu. Ada seorang jaksa yang memeriksanya yang mengaku tahu kemarahan Dahlan terhadap Sam sampai membuang bukunya.
Sementara itu, peran WW yang dominan dalam penjualan aset PWU terungkap dalam sidang kemarin. Sebab, mantan ketua DPRD Surabaya tersebut menjadi ketua tim restrukturisasi aset PWU dan ketua tim penjualan. Saat menjadi ketua tim restrukturisasi aset, WW bersama timnya sudah melakukan survei ke lokasi aset yang akan dijual. Tapi tidak sampai melakukan analisis.
Peran lebih besar dilakukan WW saat memimpin tim penjualan yang beranggota sepuluh orang. Hanya, dia kesulitan menjawab apa saja yang dilakukan bersama tim penjualan.
WW menjelaskan sepotongsepotong dan tidak sampai tuntas. Menurut dia, tim penjualan membuat penaksiran harga tanah sesuai harga pasar dengan menunjuk appraisal. Tapi, dia mengaku tidak tahu siapa yang telah menunjuk tim appraisal. ”Saya fokus di pengosongan,” kilahnya.
Bukan itu saja, WW juga mengaku tidak tahu bagaimana cara menaksir harga tanah di Kediri dan Tulungagung. Padahal, tim yang dipimpinnya tersebut yang membuat kesimpulan penaksiran harga, melakukan lelang, hingga membuat legal opinion. ”Saya tidak tahu,” ucapnya.
Menurut WW, berdasar analisis konsultan hukum dan akuntan publik, proses lelang sudah memenuhi prosedur. Apalagi, penawaran sudah melebihi harga appraisal yang dilakukan tim penjualan. Hasil dari tim penjualan itu kemudian diserahkan ke direksi.
PT SAM disebut WW sebagai penawar tertinggi untuk aset di Kediri dan Tulungagung. Karena itulah, PT tersebut yang diusulkan WW ke direksi. Pria yang pernah berpindah-pindah partai politik itu juga mengakui bahwa dirinya yang melakukan negosiasi dengan Sam. ”Saya bertemu dua kali (dengan Sam, Red),” ucapnya.
Dalam negosiasi tersebut, WW bersama Sam membahas harga penawaran, cara penyerahan aset, dan cara pembayarannya. Pembahasan itu kemudian dituangkan dalam berita acara negosiasi yang diteken WW dan Sam. Selanjutnya, berita acara tersebut yang diajukan ke direksi.
Termasuk soal pemecahan pembayaran aset di Kediri yang dihargai Rp 17 miliar. WW dan Sam sepakat untuk memecah pembayaran. Bangunan dihargai Rp 9,3 miliar, pelepasan hak Rp 3,2 miliar, sedangkan ganti rugi pengosongan Rp 4,5 miliar. Jumlahnya menjadi Rp 17 miliar. WW kemudian membuat rengrengan berita acara pemecahan itu yang lantas diajukan ke direksi.
Saat memberikan kesaksian, WW berkali-kali menyebut sudah meminta petunjuk dari Dahlan secara langsung selaku direktur utama terkait proses penjualan. Tapi, saat jaksa mencecar bagaimana jawaban Dahlan saat memberikan petunjuk, WW kesulitan menjawab. Jaksa sampai mengulang pertanyaan soal petunjuk yang diberikan Dahlan. Tapi, WW tetap tidak bisa menyebutkan petunjuk itu.
Dalam sidang juga terungkap, WW-lah yang mencairkan duit dari kas PWU. Misalnya untuk pengosongan di Kediri (Rp 390 juta), kompensasi pengosongan (Rp 150 juta, Rp 119 juta, Rp 405 juta), dan perpanjangan sertifikat (Rp 500 juta).
WW juga pernah mencairkan duit Rp 501 juta dengan dalih untuk tim penjualan. Tapi, dalam persidangan, saksi dari anggota tim penjualan mengaku hanya diberi duit Rp 1 juta selama menjadi anggota tim yang diketuai WW. ”Ada yang saya serahkan ke Sulkan. Enggak tahu dikembalikan tidak,” katanya.
Sementara itu, Dahlan tidak menampik bahwa WW sering mendatanginya di Graha Pena Surabaya. Dahlan terkadang menemui WW sambil berdiri atau menerima tamu karena menganggap tidak ada sesuatu yang penting. Istilah WW meminta petunjuk, tapi bagi Dahlan dianggap memberikan info. ”Saya dengarkan saja ala kadarnya. Karena itulah, WW kesulitan mengutip kata-kata saya seperti apa. Saya selalu berpesan, jalankan sesuai ketentuan,” ucapnya.
Mantan menteri BUMN tersebut masih ingat soal pemecahan pembayaran aset di Kediri Rp 17 miliar. Saat itu WW memberikan alasan bahwa pemecahan tersebut menguntungkan perusahaan. Ide pemecahan itu tidak berasal dari Dahlan karena sama sekali tak memiliki ilmu tentang pemisahan-pemisahan seperti itu.
Begitu juga halnya tentang uang yang dicairkan WW. Dahlan mau menyetujui pencairan karena menganggap uang tersebut sebagai kasbon yang harus dipertanggungjawabkan WW. ”Tentang pembayaran uang, saya sama sekali tidak tahu,” tegas Dahlan. (rul/bjg/tel/c9/ang)