Harus Pintar Bagi Waktu Kuliah
SYANTI Soraya adalah duta putri Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pertama. Sejak dinobatkan sebagai duta putri UIN pada Mei 2016, mahasiswi jurusan bahasa dan sastra Inggris fakultas adab dan humaniora angkatan 2013 itu harus pintar membagi waktu. Dia harus menyeimbangkan kuliah dan kesibukan nonakademik.
Aya –sapaan akrab Syanti Soraya– menjelaskan, kesibukan sebagai duta putri UIN sangat padat. Ketua divisi eksternal himpunan mahasiswa jurusan bahasa dan sastra Inggris tersebut bertugas menemani Rektor UIN Dede Rosyada dalam berbagai acara. Bukan hanya itu, Aya juga harus mengawal tamu penting yang berkunjung ke kampus.
Dara kelahiran Medan, 11 Januari 1996, tersebut juga bertugas mempromosikan UIN. Baik di dalam maupun di luar kampus. ”Duta UIN juga bertugas sebagai delegasi kampus jika mendapat undangan dari pihak eksternal,” terang bendahara Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) komisariat fakultas adab dan humaniora tersebut.
Meski disibukkan dengan berbagai kegiatan nonakademik, kuliah harus tetap berjalan. Jika ada kegiatan yang bentrok dengan waktu kuliah, Aya mencari cara supaya tetap bisa mengikuti materi. ”Terkadang memang harus memilih. Izin sekali dua kali tidak masuk kuliah pasti ada. Namun, yang jelas, kegiatan akademik tidak boleh ditinggalkan,” ujarnya.
Sebagai duta putri UIN, ketua departemen penelitian dan pengembangan dewan eksekutif mahasiswa fakultas adab dan humaniora itu harus menjadi contoh yang baik bagi para mahasiswa. Sebab, duta putri UIN dituntut harus pandai dalam bidang akademik. ”Syarat menjadi duta UIN minimal memiliki IPK 3,25,” tutur Aya.
Meski dituntut harus bisa mengatur waktu, dia mendapatkan banyak pengalaman seru sejak menjadi duta putri UIN. Salah satunya, banyak bertemu dengan tokoh penting. ”Saya juga pernah terlibat dalam aksi sosial di Lebak. Di sana ikut nyemplung ke sungai membersihkan jembatan,” ucapnya, lalu tertawa. (fiq/ c21/ano)