Jawa Pos

PEMBERI HARAPAN PALSU

-

LYON – Europa League dan klub Italia sungguh bukan jodoh. Sejak berganti format dari Piala UEFA ke Europa League pada 2009–2010, klub Spanyol lima kali juara, klub Inggris sekali, dan klub Portugal sekali. Italia nol. Bahkan, kali terakhir klub Italia juara terjadi 18 tahun lalu melalui Parma saat masih Piala UEFA.

Setelah era Parma, tidak ada lagi klub Italia yang berjaya. Bahkan, mencapai final pun tak pernah. Musim ini, tampaknya, tidak jauh berbeda dari musim-musim sebelumnya. Sebab, satu-satunya wakil Italia yang tersisa di Europa League, yakni AS Roma, dalam situasi sulit.

Kekalahan 2-4 oleh tuan rumah Olympique Lyon dalam first leg babak 16 besar Europa League di Parc Olympique Lyonnais kemarin dini hari WIB membuat Roma sulit diharapkan. Meskipun, belum habis peluang. Kalau menang 2-0 pada second leg babak 16 besar di Olimpico (16/3), Roma yang lolos.

Problemnya, dengan performa Daniele De Rossi dkk yang payah dalam beberapa laga terakhir, rupanya memburu dua gol itu tidak akan mudah. Selama Maret, tiga laga dijalani Roma dan hasilnya selalu kalah. Sebelum ditaklukka­n Lyon, mereka kalah oleh Napoli 1-2 di Serie A (4/3) dan Lazio 0-2 di Coppa Italia (1/3).

Melawan Lyon, Roma memulai laga dengan cukup baik. Seolah memberikan harapan kepada fansnya. Namun, itu ternyata harapan palsu. Sempat tertinggal oleh gol Mouctar Diakhaby pada menit kedelapan, Roma membalikka­n keadaan menjadi 2-1 via gol Mohamed Salah (20’) dan Federico Fazio (33’).

Memainkan skema 3-4-3 dengan Salah, Edin Dzeko, dan Radja Nainggolan di lini depan, serangan Roma dari sayap sulit dihadang. Apalagi, Bruno Peres dan Emerson sangat menopang dari sisi sayap pertahanan. Namun, pada babak kedua, pelatih Lyon Bruno Genesio mengubah pendekatan taktiknya.

’’Selama jeda laga, pelatih berbicara dan memberikan ide baru soal taktik. Kami memulai babak kedua dengan gaya yang berbeda,’’ kata gelandang kanan Lyon Corentin Tolisso kepada Sky Sport Italia. ’’Roma memiliki pemain sayap yang sangat menekan dan kami habis-habisan menutup pergerakan mereka,’’ lanjut dia.

Hasilnya, Tolisso mencetak gol penyama skor pada menit ke-47. Lalu, Nabil Fekir yang masuk sebagai pengganti pada menit ke-71 membawa Lyon unggul 3-2 menit ke-74. Kemudian, gol pemungkas klub berjuluk Les Gones itu diciptakan Alexandre Lacazette pada menit ke-90.

Meski unggul, Genesio menolak dikatakan bahwa timnya sudah satu kaki ke perempat final. ’’Ini belum selesai,’’ katanya kepada Le Equipe. ’’Laga berat tengah menanti kami di Roma. Saya pikir hasilnya 50-50. Kami harus bermain sangat kuat supaya tidak kebobolan,’’ ujar pelatih kelahiran Lyon itu.

Di sisi lain, pelatih Roma Luciano Spalletti tidak puas dengan mentalitas pasukannya. Dia menilai, timnya tidak memiliki karakter untuk bangkit dalam tekanan. Sebab, setelah unggul di babak pertama, mereka tertekan selama babak kedua karena lawan mengambil alih kontrol permainan.

’’Mereka memiliki kualitas, pemainpema­in muda dengan pendekatan yang memukau. Kami berusaha merebut bola dari mereka, tetapi mereka bisa menemukan ruang untuk melepaskan tembakan dari jarak jauh,’’ ungkap Spalletti kepada Sky Sport Italia.

Bek Roma Juan Jesus juga mengakui, dirinya dan kawan-kawan kurang konsentras­i dalam pertanding­an tersebut. Itu tidak boleh kembali terjadi pada second leg. ’’Kami harus konsentras­i 100 persen. Lyon tidak berlari lebih banyak dari kami. Kami hanya perlu fokus pada pertanding­an berikutnya,” ucap bek asal Brasil itu.

Direktur Roma Ricky Massara menyesalka­n ketidakmam­puan timnya mengunci kemenangan setelah unggul 2-1. ’’Kami harus mulai berpikir bagaimana caranya untuk comeback pada second leg,’’ lanjutnya. (okt/c4/ham)

 ?? GUIDO KIRCHNER/DPA VIA AP ??
GUIDO KIRCHNER/DPA VIA AP

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia