Jawa Pos

Kalau Sudah Tak Bahagia, Out Saja

-

KONTEN negatif seperti berita hoax, barisan haters, hingga pengabaian unsur SARA di medsos memang membuat timeline jadi kurang nyaman bagi banyak orang. Tapi, itu bukan satu-satunya hal yang bikin membuka Facebook, Twitter, Instagram, dan Path tak asyik lagi. Teman yang kebanyakan pamer, simpatisan partai atau calon gubernur, hingga mempertent­angkan keyakinan kadang bikin enek.

Nah, jika medsos tidak lagi memberikan apa yang kita butuhkan, detoks media sosial boleh dicoba. Terlebih, kalau kita sudah kecanduan medsos sampai mengganggu kehidupan sehari-hari. ”Kalau dari awal ingin cari hiburan, tapi justru tak mendapat hiburan dari medsos atau malah mendapat kebalikann­ya, rehat saja,” ujar Ike Herdiana MPsi, psikolog.

Hal itu bisa diawali dengan mengurangi frekuensi membuka medsos. Jika biasanya buka Instagram 10 menit sekali, bisa dikurangi jadi 30 menit sekali. Lalu, sejam sekali dan seterusnya. Jika sudah terbiasa, kita bisa mulai vakum secara penuh. Awalnya akan sulit. Terutama bagi digital

native atau generasi yang lahir dan dibesarkan dengan dunia digital.

Manfaat yang didapat dari detoks medsos bergantung pada kebutuhan kita pada medsos itu sendiri. Yang jelas, rehat sejenak dari medsos bisa lebih merilekska­n pikiran. Studi dari Journal of Social and Clinical Psychology menyebutka­n, pengguna medsos cenderung membanding­kan dirinya dengan orang lain. Padahal, kehidupan media sosial belum tentu sama dengan kehidupan nyata.

Hal itu sangat berbahaya karena dapat menimbulka­n rendahnya self-esteem hingga berujung depresi. Nah, dengan rehat sejenak, kita jadi lebih fokus pada kehidupan nyata. Dengan demikian, kita tidak punya waktu membanding­kan diri di dunia maya. Mood pun akan lebih stabil.

Sadar atau tidak, saat kita terhubung dengan orang lain di medsos, sebetulnya kita tidak terhubung di dunia nyata. Detoks medsos menjadi waktu yang tepat untuk memperbaik­i komunikasi dengan orang lain. Misalnya, orang tua atau sahabat.

Satu hal yang harus digarisbaw­ahi saat melakukan detoks media sosial, jangan sampai membiarkan diri kita vakum di kehidupan nyata. ”Perbanyak interaksi dengan orang lain di dunia nyata,” tegas Ike. ’’Dengan begitu, kita masih bisa menyerap informasi terkini,’’ jelas psikolog dan dosen Universita­s Airlangga Surabaya itu.

Kapan saat yang tepat untuk kembali? ”Kapan pun kita merasa siap mengendali­kan situasi di medsos, berarti kita sudah siap,” jelas Ike. Jika akun lama tidak bisa dikendalik­an, membuat akun baru bisa jadi pilihan. (adn/c6/na)

 ?? SURTI SUNANTO FOR JAWA POS ?? TETAP PRODUKTIF: Surti Sunanto meninggalk­an Twitter karena isinya terlalu keras dan tidak sesuai minatnya.
SURTI SUNANTO FOR JAWA POS TETAP PRODUKTIF: Surti Sunanto meninggalk­an Twitter karena isinya terlalu keras dan tidak sesuai minatnya.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia