Pelaku Tenggak Miras sebelum Rampas Motor
Tim Antibandit Cegat di Jembatan Suramadu
SURABAYA – Ruang gerak bandit jalanan semakin sempit dengan mobilitas tim antibandit. Termasuk dengan memperketat penjagaan di Jembatan Suramadu. Satu per satu pelaku kejahatan 3C (curas, curat, dan curanmor) dijebloskan ke penjara.
Terbaru, tim antibandit membekuk empat kawanan begal yang biasa beraksi dengan berbekal senjata tajam. Kawanan tersebut menamakan diri Putra Madas. Yang bikin miris, dua di antara empat pelaku masih berusia di bawah 17 tahun.
Empat bandit yang diringkus itu adalah Hanafi, Vicky Aulia, MS, dan RA. Modus yang mereka pakai adalah memepet korban sambil mengancam dengan menggunakan sajam. Tak jarang, mereka mengeroyok korban apabila tidak mau menyerahkan sepeda motornya.
Berdasar catatan kepolisian, Hanafi cs beraksi sepuluh kali. ’’Sepak terjang mereka dimulai enam bulan lalu,’’ terang Kasatres- krim Polrestabes Surabaya AKBP Shinto Silitonga kemarin (10/3).
Dia menjelaskan, terungkapnya komplotan tersebut berawal dari Jembatan Suramadu. Awal bulan lalu, tim antibandit menghentikan sepeda motor bernopol S 2693 LI. Dua orang yang membawa motor itu adalah Hanafi dan RA.
Polisi lantas meminta kelengkapan suratsurat motor tersebut. Namun, Hanafi tidak bisa menunjukkannya. Setelah itu, korps berseragam cokelat tersebut memeriksa nopol itu pada database. ’’Ternyata, pemiliknya berasal dari Lamongan,’’ kata Shinto.
Awalnya, Hanafi dan RA berbelit-belit saat memberikan keterangan kepada polisi. Namun, akhirnya mereka mengakui perbuatannya. Keduanya juga menyebutkan anggota kawanan yang lain. Dari situ, polisi lantas membekuk Vicky dan MS.
Pihak kepolisian kemudian mencoba merangkai lokasi-lokasi yang pernah disasar komplotan Hanafi. Lokasinya menyebar, mulai Sawahan, Asemrowo, hingga Bubutan. Anggota kawanan Hanafi sebenarnya berjumlah tujuh orang. ’’Kami masih memburu tiga DPO sisanya,’’ ucap mantan Kasatreskrim Polresta Tangerang tersebut.
Hanafi mengakui, sebelum beraksi, mereka lebih dulu menenggak miras di beberapa klub malam. Tujuannya, lebih pede saat menggertak korban. Namun, hal itu tidak terlihat saat pria 22 tahun tersebut ditunjukkan kepada awak media di kantor polisi kemarin. Dia malah merengek.
’’Malu ke mertua kalau nggak bisa menafkahi, makanya merampas motor. Saya ingat anak istri di rumah,’’ ujar warga Genteng Tambak Dalam itu sambil mengusap air matanya.
Pria berbadan tambun itu menambahkan, setiap anggota komplotannya memiliki peran masing-masing. Hanafi berperan sebagai eksekutor. Dia yang merampas motor. Sedangkan Vicky bertugas menganiaya korban.
Motor-motor hasil rampasan tersebut selanjutnya dijual ke Madura. Biasanya, mereka bergantian mengirim ke Pulau Garam. Namun, yang paling sering adalah MS dan RA. ”Hasilnya dibagi rata,” kata Hanafi. ( did/c22/fal)