Jawa Pos

Belajar Hargai Terumbu Karang

-

OMBAK laut di Kepulauan Seribu menyapa. Deru kapal kayu terdengar lugas. Pulau demi pulau terlewati. Selepas kapal Napoleon 12 itu berangkat dari Muara Angke, rombongan mahasiswa Universita­s Muhammadiy­ah Sidoarjo (Umsida) yang menjalani rangkaian visit company pun riuh

Mereka begitu antusias menantikan kedatangan kapal tersebut ke Dermaga Pulau Tidung.

Pada hari kedua kemarin (10/3), agenda visit company 262 mahasiswa Prodi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Umsida adalah refreshing. Setelah menimba pengetahua­n di Garuda Indonesia Training Center (GITC), mereka belajar nuansa lain. Yakni, belajar menghargai alam. Pulau Tidung terkenal sebagai pulau utama dalam jajaran tempat wisata di Kepulauan Seribu. Karena luas geografisn­ya yang paling besar, fasilitas pariwisata di sana juga lebih gampang.

Butuh waktu sekitar tiga jam untuk berlayar dari Pelabuhan Muara Angke ke Dermaga Pulau Tidung. Meski begitu, para peserta visit company tampak begitu riang. Sembari tetap menggunaka­n live jacket untuk standar keselamata­n, mereka bernyanyi riang. Sebagian yang lain menikmati suasana lautan lepas dari pinggir kapal yang dikemudika­n Ahsani tersebut.

Pria 60 tahun itu mengaku sudah empat tahun mengemudik­an kapal wisatawan. Meski kapalnya masih tradisiona­l, dalam satu bulan, dia bisa membawa hingga 8 ribu pengunjung. Jangan tanya kalau weekend atau hari libur. Jumlah itu bisa tercapai dalam sehari. ”Pulau Tidung sudah banyak berubah. Sejak dua tahun lalu, fasilitas wisata mulai diperhatik­an pemerintah,” ujar Ahsani.

Kepulauan Seribu masuk ke destinasi wisata yang bakal dipriorita­skan pasca-KTT IORA. Karena itu, para peserta pun menunggu saat-saat mereka bisa menikmati keindahan bawah laut dengan snorkeling. Setelah salat Jumat, mereka dibawa ke lautan dengan kedalaman 1–6 meter untuk snorkeling. Banyak yang masih baru pertama melakukann­ya. Salah satunya, Dyah Ainur Nisa. ”Nervous,” ujarnya sebelum nyemplung ke laut.

Kegugupan juga merayapi Sofi Ainun. Dia mengaku tak bisa berenang. Gadis 18 tahun itu tampak kebingunga­n membenahi kacamata air yang dia kenakan. ”Duh, ribet. Gimana nanti kalau lepas,” keluhnya parau. Namun, semua keresahan itu hilang saat para life guard hadir di atas kapal yang sama. Rombongan snorkeling sebanyak 90 orang tersebut ditemani delapan life guard. ”Nah, jelasin Mas, jelasin,” sontak Nindya Intan berteriak.

Akhirnya, semua peserta berani menceburka­n diri satu per satu ke dalam laut. Byur! Selama sekitar 2,5 jam, para rombongan menikmati terumbu karang yang masih alami. Mereka juga menerima penjelasan agar tak menginjak terumbu karang hidup. ”Bedakan ya, mana yang masih hidup, sama yang sudah batu. Kalau berlendir, ia hidup,” papar Daniel Bustomi, ketua panitia Visit Company Umsida.

Para peserta tampak sangat menikmati. Mereka juga berfoto di bawah laut dan banyak yang bertanya tentang cara menjaga terumbu karang tersebut kepada life guard. Selepas snorkeling, mereka masih dimanjakan dengan berbagai wisata air di area Jembatan Cinta Pulau Tidung Besar. (via/c25/hud)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia