8 Ribu Pengendara Kena Tegur
Selama Operasi Simpatik 2017
SURABAYA – Selama pelaksanaan Operasi Simpatik 2017, polisi terus memelototi para pengendara yang melakukan pelanggaran lalu lintas. Kepada mereka, polisi tidak menilangnya. Hanya memberikan teguran. Selama sepekan operasi berlangsung, tercatat 8.305 teguran sudah diberikan.
”Petugas di lapangan tetap kami tekankan untuk memberi tahu pelanggaran yang dilakukan. Setelah itu, diarahkan agar tidak diulangi lagi,” jelas Kasatlantas Polrestabes Surabaya AKBP Adewira Negara Siregar kepada Jawa Pos kemarin (10/3).
Setiap hari polantas menyebar ke seluruh wilayah. Saat jam-jam padat, mereka akan hadir di traffic light di jalan protokol. Misalnya, yang terlihat di pertigaan Raya Darmo dekat Masjid Al Falah kemarin. Saat lampu merah, mereka meminta sepeda motor yang berhenti melebihi stop line agar mundur.
Selain itu, mereka mobile ke beberapa titik jalan. Biasanya tim urai dan tim khusus aktif menggelorakan kesadaran tertib berlalu lintas dengan menunggangi sepeda motor. Mereka akan mencari orangorang yang mengenakan earphone saat berkendara. ”Berkendara itu harus fokus. Kalau pakai headset, terkadang tidak terdengar apabila kendaraan di belakang mengklakson,” tambah Adewira.
Meski memberikan teguran, polisi tetap tidak menoleransi pelanggaran yang fatal. Sejauh ini, mereka sudah menilang 709 pengendara. Adewira memaparkan, pelanggaran yang mereka lakukan bisa membahayakan orang lain.
Misalnya, melawan arus. Kalau pengguna jalan yang lain tidak sigap, bisa-bisa terjadi kecelakaan. Selain itu, tidak memakai helm. ”Pelanggaran yang berisiko tetap ditilang,” ujar polisi asal Sumatera Utara tersebut.
Menilang pengendara pun dengan cara yang santun. Polantas akan tetap menebarkan senyum. Pada intinya, mereka ingin menunjukkan bahwa polisi bisa mengedukasi mematuhi aturan berlalu lintas. ”Kesadaran warga Surabaya ini sudah bagus. Kerja kami juga jadi lebih ringan,” kata Adewira.
Pendidikan tertib berlalu lintas memang cukup efektif. Terbukti, selama pelaksanaan operasi simpatik kali ini, polisi cuma menangani 24 kasus kecelakaan. Itu pun tidak ada kasus menonjol yang mengakibatkan korban meninggal dunia.
Adewira menjelaskan, angka kecelakaan tersebut minim juga berkat pelaksanaan beberapa program. Misalnya, Surabaya Smart Riding. Sosialisasi ke sekolah dan perusahaan-perusahaan jadi kunci keberhasilan untuk membentuk pengendara yang tertib.
Terutama bagi mereka yang masih bersekolah. Unit dikyasa satlantas dalam setiap kunjungannya selalu mewantiwanti kepada murid-murid agar tidak memikirkan gengsi. Tak perlu risi diolok-olok temantemannya tidak gaul karena tidak naik sepeda motor. ”Yang paling penting adalah punya SIM. Sebab, kalau sudah punya SIM, tentu mental pengendara itu sudah teruji,” ujar alumnus Akademi Kepolisian (Akpol) 1999 tersebut.
Setelah itu, polisi akan mengunjungi kampung-kampung tempat banyak warga berpartisipasi. Ajang itu juga dijadikan satlantas untuk terus menanamkan kesadaran berlalu lintas selama pelaksanaan operasi simpatik hingga 21 Maret mendatang. (did/c10/git)