Pertaruhan Rutte dan Wilders
Diperkirakan Raup Suara Banyak, PVV Tak Kuasai Pemerintahan
DEN HAAG – Pemilihan umum (pemilu) Belanda menjadi sorotan dunia. Bukan semata-mata karena naiknya pamor politikus garis keras Geert Wilders, tapi karena pemilu di Negeri Kincir Angin itu menjadi tolok ukur pemilu Eropa. Tahun ini, Prancis dan Jerman juga akan menggelar pemilu. Populisme pun menggejala di sana.
Hingga menjelang pemungutan suara kemarin (15/3), Partai VVD (Volkspartij voor Vrijheid en Democratie) yang dipimpin Perdana Menteri (PM) Mark Rutte masih unggul dalam poling. ’’Ketika berbicara tentang kepemimpinan, orang-orang akan langsung merujuk kepada saya,’’ jelas pemimpin 50 tahun itu dengan mantap. Jika partainya kembali unggul, Rutte akan menjabat PM untuk kali ketiga.
Bagi 12,9 juta pemilih, pesona Rutte dan Wilders sangat kuat. Ada 28 partai politik yang memperebutkan 150 kursi parlemen dalam pemilu kali ini dan sebagian besar di antaranya tidak populer. Karena itu, perhatian rakyat justru tersita pada Rutte dan Wilders. Suara pun bakal terkonsentrasi pada Partai VVD dan Partai PVV (Partij voor de Vrijheid) yang dipimpin Wilders.
Popularitas Wilders yang memiliki darah campuran Indonesia dan Belanda memang melejit belakangan ini. Sebab, dia kerap melontarkan kritik terhadap pemerintah. Gagasan-gagasan yang dilontarkannya kerap memicu kontroversi.
Kemarin sebagian besar tempat pemungutan suara (TPS) buka sejak pukul 07.30 waktu setempat (sekitar pukul 13.30 WIB). Antusiasme para pemilih pun cukup tinggi meski sebagian besar mengaku belum punya pilihan. Sejak TPS belum buka pun, antrean sudah terlihat di beberapa kota. Biasanya, angka kehadiran pemilih dalam pemilu Belanda selalu tinggi. Pada 2012, angka kehadiran pemilih mencapai 74 persen.
Hingga pukul 19.00 waktu setempat, para pemilih masih bisa menggunakan hak mereka di TPS. Kemarin pagi Wilders dan Rutte terlihat memberikan suara di TPS yang paling dekat dengan tempat tinggal masing-masing di Kota Den Haag. Jesse Klaver, pemimpin Partai GroenLinks yang belakangan naik daun, pun tidak melewatkan kesempatannya untuk ikut menentukan masa depan pemerintahan.
Klaver yang oleh media dijuluki sebagai Justin Trudeau-nya Belanda itu sukses mendongkrak pamor GroenLinks. Para pakar politik yakin kali ini GroenLinks bertengger di posisi lima besar dengan prediksi perolehan sekitar kursi 18.
Begitu TPS tutup, hasil penghitungan cepat bisa langsung dipublikasikan. Tapi, penghitungan suara secara resmi membutuhkan waktu panjang. Sebab, di Belanda, penghitungan suara dilakukan secara manual untuk meminimalkan risiko peretasan. Apalagi, dua situs resmi milik komite pemilu sudah bobol. Situs berisi panduan dan petunjuk bagi para pemilih pada hari H itu tidak bisa diakses.
Untuk bisa membentuk pemerintahan, sebuah partai membutuhkan minimal 76 kursi di parlemen. Sejauh ini, tidak ada partai yang bisa mencapai kuota tersebut. Karena itu, pemerintahan Belanda pun hampir selalu berbentuk koalisi. Partai VVD yang digadang-gadang menjadi pemenang pun hanya akan bisa memenangkan maksimal 28 kursi, sedangkan partai PVV diperkirakan memperoleh 24 kursi.
Maurice de Hond, periset di lembaga poling pemerintah, menyatakan bahwa pembentukan pemerintahan baru akan memakan waktu sekitar tiga bulan. Kali ini, koalisi akan lebih sulit terbentuk. Sebab, dua partai yang diunggulkan hampir mustahil berkoalisi. ’’ Tidak akan pernah,’’ tegas Rutte terkait dengan kemungkinan berkoalisi dengan PVV. (AFP/Reuters/ BBC/hep/c23/any)