UNDERDOG YANG DITAKUTI
LEICESTER – Sebuah raksasa yang ditampilkan fans Leicester di tribun King Power Stadium kemarin (15/3) tak ubahnya sinyal. Bergambar pria berpakaian rapi yang merantai itu seakan menunjukkan transformasi spirit para pemain Leicester City.
Yakni, The Foxes –julukan Leicester City– yang dihadapi Sevilla bukan lagi seekor rubah kecil, melainkan
yang besar, galak, dan buas. Ditambah tulisan besar
yang dipetik dari naskah drama Julius Caesar karya penyair paling masyhur di Inggris, William Shakespeare.
Dukungan cerdas fans Leicester itu muncul bukan tanpa alasan. Pelatih baru Leicester, Craig Shakespeare, tidak sekadar memiliki nama belakang yang sama dengan William Shakespeare. Keduanya juga sama-sama berasal dari West Midlands.
Hasilnya, Leicester secara mengejutkan menyingkirkan Sevilla di 16 besar Liga Champions. Jawara Premier League itu menang 2-0 lewat gol Wes Morgan (27’) dan Marc Albrighton (54’) untuk melenggang ke perempat final dengan agregat 3-2. Keberhasilan The Foxes tak lepas dari kesuksesan Kasper Schmeichel menggagalkan penalti gelandang Sevilla Steven N’Zonzi pada menit ke-80.
Leicester yang berstatus debutan itu kini bersanding dengan raksasa-raksasa Liga Champions yang lebih dulu mengamankan posisi di delapan besar. Di antaranya, Real Madrid, Bayern Muenchen, Barcelona, Juventus, dan Borussia Dortmund.
Dua tiket sisa diperebutkan Manchester City atau AS Monaco dan Atletico Madrid atau Bayer Leverkusen yang sama-sama bertanding dini hari tadi (16/3). Sementara itu, undian perempat final dilakukan besok (17/3) di Nyon, Swiss.
Seiring dengan capaian sensasionalnya, Leicester sukses bikin jeri kontestan perempat final lainnya. Lihat saja komentar kapten sekaligus kiper Juventus Gianluigi Buffon. Sebagaimana diberitakan
Buffon berharap terhindar dari per- temuan dengan Leicester. ’’Tim mana yang saya hindari untuk jadi lawan? Leicester. Mereka sangat berbahaya. Gairah Leicester yang tinggi bisa menjadikan masalah bagi lawan mereka,’’ ungkapnya.
39 tahun itu menilai kepasrahan ala Leicester bisa saja mengulang kisah Cinderella di Premier League musim lalu ke Liga Champions musim ini.
Keputusan revolusioner memberhentikan Claudio Ranieri dan memberikan kepercayaan kepada Craig Shakespeare juga membuat Leicester trengginas lagi. Tiga laga bersama pelatih yang akrab disapa Shakes tersebut (dua di Premier League dan satu di Liga Champions) dimenangi Leicester.
Gelandang bertahan Leicester Danny Drinkwater menyatakan, Shakes mampu membuat strategi permainan lebih simpel dan mudah dipahami pemain. Formasi 4-4-2 ala Shakes sangat fokus dengan efektifitas serangan. ’’Kami mengenalnya dalam beberapa tahun (Shakes adalah asisten pelatih Leicester pada 2008–2010 dan 2011–2017, Red) dan beberapa di antara kami cukup mengenalnya. Kami mendukungnya dengan semua cara yang kami bisa,’’ ujarnya kepada
Di sisi lain, kiprah Leicester sampai di perempat final dengan status debutan di Liga Champions memang istimewa, namun bukan yang terspesial. Masih ada Bayer Leverkusen (musim 1997–1998), Lazio (1999–2000), Deportivo La Coruna (2000– 2001), dan Tottenham Hotspur (2010–2011) yang lebih dulu melakukannya.
Capaian paling wow untuk debutan masih dipegang Villarreal. Saat dilatih Manuel Pellegrini pada musim 2005–2006, Villarreal berhasil mencapai semifinal. ( dra/c23/dns)