Bangkit dari Kegagalan, Berbagi Inspirasi untuk Masyarakat
Jangan pernah meremehkan kegagalan. Karena dari sana, barangkali bukan sekadar pembelajaran baru yang didapat. Tapi, juga menunjukkan jalan rezeki selanjutnya.
AYU Kyla Amanta Ardiva adalah salah satu sosok yang merasakan hikmah kegagalan. Dia bangkit dari kegagalan atas usaha konfeksi yang dirintisnya pada 2008. Kerugian materi dialaminya. Tak terkecuali kerugian mental yang membuatnya menjadi drop.
”Kalau sudah jatuh, orang hanya melihat buruknya saya. Itu membuat saya sangat drop,” katanya. Usaha konfeksinya tidak berbuah manis. Tidak ada sinkronisasi antara Ayu dan pemesan. Apalagi, saat itu Ayu masih tergolong pemula di dunia usaha. ”Saya bingung gimana bangkit lagi,” kenangnya.
Dia kecewa pada diri sendiri. Tidak ada semangat untuk memulainya lagi. Bahkan, sikap itu merambat menyalahkan orang lain. Tapi, bukan Ayu namanya kalau terus-terusan drop. Perempuan yang meraih penghargaan Wanita Inspirasi Jalasenastri 2014 itu pun berusaha bangkit.
Kalau sudah menyalahkan orang lain, kata Ayu, sikap itu akan berulang. Saat ada kegagalan sekecil apa pun, pasti yang akan disalahkan adalah orang lain. Ayu tidak ingin seperti itu. Dia pun meyakinkan bahwa dirinya bisa kembali bangkit. ”Kalau ada kemauan, pasti bisa,” ujarnya optimistis.
Ayu menyusun manajemen baru. Dia tidak ingin terus-terusan terpuruk. Dia tidak mau menyalahkan orang lain. Dalam waktu sekitar 1,5 bulan, usaha Ayu kembali berjalan. ”Cepet karena memang motivasinya dari diri saya sendiri,” katanya.
Istri Ardiva Ardian tersebut mengevaluasi diri. Dia penasaran mengapa bisa gagal. Padahal, semuanya dilaksanakan
Ayu juga masih penasaran untuk meraih keberhasilan. ”Saya melihat, oh di bagian ini, manajemen harus dibenahi,” tuturnya.
Upayanya berhasil. Perlahan-lahan Ayu belajar tentang suatu hal. Tentang kegagalan yang merupakan pintu menuju keberhasilan. Andaikan jatuh lagi, Ayu sudah tahu jalan untuk bangkit. ”Ditekuni. Kalau sudah ada kemauan, jalan menuju ke sananya akan lebih mudah,” imbuhnya.
Kalau bukan diri sendiri yang memotivasi, kata Ayu, lalu siapa lagi? Motivasi itu harus tumbuh dari dalam diri. Karena itu, dia senang jika berbagi inspirasi atau motivasi. Dia tak segan memberikan semangat kepada orangorang yang sudah lumpuh motivasinya. Tak terkecuali orang-orang yang ada di dalam rumah tahanan. ”Mohon maaf karena terkadang mereka seperti tidak mengenali dirinya lagi,” ungkapnya.
Perempuan yang lahir di Bekasi, 10 November 1985, itu yakin bahwa orang yang mendapat motivasi akan bisa berlari. Capaiannya pun bahkan bisa melebihi orang lain. Asalkan, mindset atau pola berpikirnya sudah terbuka. Nah, cara berpikir seseorang terhadap suatu hal itulah yang menjadi motor penggerak keberhasilan seseorang.
Kini Ayu sering diminta untuk memberikan motivasi. Bukan hanya di dalam rutan, tetapi juga pada perkumpulan istri-istri tentara. ”Saya orangnya usil, saya tidak mau di satu bidang,” ujarnya. Ada beberapa bidang yang ditekuni Ayu. Ada yang berhasil, ada yang benar-benar gagal. ”Harus mau merintis dulu, support-nya dari dalam diri,” katanya.
Kalau sudah ada jiwa pemenang, imbuh dia, pasti cepat recovery jika ada kegagalan. Terkadang orang tidak bersemangat untuk bangkit. Kata Ayu, itu karena mereka tidak tahu. Menurut dia, ada tiga hal yang menyelubungi pikiran seseorang. Tidak percaya diri, tidak fokus, dan tidak tahu arah tujuan hidupnya. ”Karena itu, mari bulatkan tekad bahwa apa yang dilakukan pasti bisa sukses,” tuturnya.
Jika tidak benar-benar tahu apa yang diinginkan, harus dicari tahu. ”Tanyakan pada diri, apa yang sebenarnya dimaui, kalau tidak tahu dan putus asa, ya selesai sampai di situ,” katanya. Akan berbeda jika seseorang sudah mengetahui apa yang dilakukan, dia akan termotivasi lebih banyak. Melaju menuju keberhasilan pun akan lebih cepat.
Penghargaan Wanita Inspirasi Jalasenastri kala itu tidak diraihnya secara tiba-tiba. Penghargaan tersebut diperoleh dengan ide-ide yang kreatif. Ide-ide yang diaplikasikan. Misalnya, dia merangkul ibu-ibu untuk membuat packaging suatu produk menjadi lebih menarik. Dia terjun ke lapas wanita di Manado. Dia memberikan motivasi dan semangat kepada mereka yang akan bebas sekitar 2–3 bulan kemudian.
Perempuan lulusan Jurusan Manajemen Universitas Gadjah Mada, Jogjakarta, itu mulanya tidak berpikir untuk menjadi motivator. Dia malah berkecimpung di dunia perbankan. Saat berada di dunia perbankan itulah, banyak pengalaman yang dilaluinya. Dia berinteraksi dengan aneka ragam orang. Terutama tentang permasalahan yang dialami di bidang keuangan dan bisnis. Ayu sering menerima curhat.
Sebagai seorang petugas perbankan, Ayu memberikan semangat kepada para nasabahnya itu. Ayu mengajak mereka untuk percaya diri. Bahwa sukses yang diimpikan oleh para nasabahnya bisa tumbuh jika dimulai kembali.
Dari situlah Ayu merasa bisa lebih membantu orang lain. Orang membutuhkan motivasi untuk bangkit. Dari pengalaman pribadi dan melihat jatuh bangun orang-orang di sekitarnya, Ayu merasa harus berbagi semangat dan motivasi kepada orang lain. ”Pengalaman jadi guru terbaik. Saya punya keinginan, pengetahuan saya bisa menjadi milik orang lain,” tuturnya.
Inspirasi dan motivasi itu yang lantas disampaikan kepada banyak orang. Termasuk ke perkumpulan istri tentara hingga penghuni lapas dan rutan.
Ibu tiga anak tersebut ingin masyarakat, terutama perempuan, bisa memiliki wadah untuk ruang aktualisasi mereka. Bisa mempunyai kepedulian sosial yang sebenarnya. Bukan terbatas pada program kerja. ”Kita tampung, kita wujudkan. Berkumpul, berbagi ilmu,” ujarnya.
Menurut dia, masih banyak yang bisa dilakukan para perempuan atau ibu-ibu dari sekadar program kerja instansi. Saat berkunjung ke panti asuhan, misalnya. Tidak cuma selesai sampai di pemberian buku. Tapi, juga mendampingi, bahkan mengundang guru untuk hadir. Dia yakin jika kegiatan sosial benar-benar tulus, akan banyak yang membantu. ”Jadi, sebaiknya tidak hanya berpatokan pada program kerja,” katanya.
Perempuan yang memiliki sekolah kepribadian Gavra Mandiri itu tidak muluk-muluk terhadap suatu hal. Ayu tidak menuntut orang-orang yang didampinginya menjadi seperti yang diinginkannya. Dia ingin mereka bisa menjadi diri sendiri, tapi dengan skill yang lebih baik.
Ibu atau perempuan yang bukan pekerja pun tak boleh berkecil hati. Ayu berharap para ibu rumah tangga tidak menjadi ibu rumah tangga biasa. ”Jangan tinggalkan dunia luar. Ayo membaca,” ujarnya. Meski hanya berkiprah di rumah, sebaiknya ibu rumah tangga tetap menyalurkan inspirasi. ”Sharing. Tetap sumbangkan ilmu atau ide. Punya ide tapi tidak bisa melaksanakan, ayo di- share,” terangnya.
Yang terpenting, kata Ayu, jangan pernah melupakan ilmu. Dia mengajak para ibu rumah tangga dan perempuan lain untuk membuat program yang nyata. Bisa bermanfaat secara sosial. Dalam waktu dekat, Ayu juga ingin memberikan inspirasi dan motivasi kepada para siswa di sekolah.
Kepada para perempuan di Indonesia, Ayu mengajak mereka untuk menjadi perempuanperempuan yang hebat. Yang memperjuangkan hak dan menjalankan kewajiban sebagai perempuan, berprestasi, belajar, dan berusaha. Dia tidak ingin perempuan menyalahartikan emansipasi. ”Tempatkan dengan benar kodrat sebagai perempuan,” tuturnya.
Dia tidak ingin perempuan bersaing dengan laki-laki atau bahkan menjadi sosok laki-laki. ”Tetap menjadi perempuan yang andal dalam menjalankan kewajiban,” katanya. Perempuan harus bisa menimba ilmu. Juga, menjaga sikap dan tingkah laku. Supaya menjadi sosok perempuan yang pintar dan berbudi pekerti.
Yang terpenting, imbuh Ayu, jaga hati agar tetap punya kepedulian sosial yang tinggi. Perempuan sudah selayaknya bekerja sesuai dengan kemampuannya. Juga, berkarya sebisanya. Asalkan, tidak lepas dari tanggung jawab sebagai sosok ibu dalam rumah tangga. (*/c7/dos)