Jawa Pos

Stok Blangko Kartu Keluarga Menipis

Dampak Warga Makin Paham Regulasi

-

SIDOARJO – Jumlah keluarga di Sidoarjo terus bergerak dinamis. Karena itu, pemkab membutuhka­n cetak blangko kartu keluarga (KK) yang lebih banyak. Awal tahun ini, pemkab menggelont­orkan dana Rp 964 juta untuk memenuhi kebutuhan blangko KK.

Kepala Dinas Kependuduk­an dan Catatan Sipil (Dispendukc­apil) Medi Yulianto menyatakan, pengadaan blangko KK biasanya dilakukan setahun sekali. Meski demikian, pengadaan cetak blangko juga dapat dilakukan beberapa kali dalam setahun. ’’Bisa, jika jumlah anggota keluarga terus berubah seiring dengan bertumbuhn­ya penduduk dan beberapa warga yang pindah ke luar daerah,” jelasnya.

Menurut dia, kebutuhan terhadap cetak blangko KK makin sulit diprediksi. Sebab, warga semakin sadar akan aturan kependuduk­an, khususnya mutasi penduduk. Misalnya, bila ada anggota keluarga yang tak lagi serumah, warga langsung melapor. Begitu pula jika ada tambahan anggota keluarga yang tinggal serumah, menikah, dan pindah ke tempat lain. ’’Banyak warga yang sudah memahami regulasi dan langsung memperbaru­i KK begitu ada perubahan data kependuduk­an,’’ ujarnya.

Ayah dua anak tersebut menambahka­n, pemkab dapat mengeluark­an lebih dari 500 blangko KK dalam sehari. Warga melakukan pendataan di kecamatan seperti mengisi data dan identitas diri keluarga. Kemudian, pencetakan dilakukan di kantor dispendukc­apil.

Setelah mempertimb­angkan banyaknya kebutuhan blangko, pihaknya melakukan pengadaan blangko dengan nominal yang cukup tinggi. Medi menuturkan, kuota blangko KK menipis dalam beberapa bulan ke depan. Untuk mengantisi­pasi lonjakan jumlah pemohon, dia kembali mengadakan lelang blangko KK.

Dia juga menjelaska­n UndangUnda­ng (UU) Nomor 24 Tahun 2013 tentang Administra­si Kependuduk­an. Setiap orang yang mengurus administra­si kependuduk­an tidak dipungut biaya alias gratis. Hal itu berlaku di mana pun. Karena itu, dia berharap warga lekas melapor bila dipungut biaya dalam melengkapi data administra­si kependuduk­an.

Camat Waru Fredik Suharto mengungkap­kan hal senada. Dia berkali-kali menginstru­ksikan jajarannya agar tidak memungut suatu apa pun kepada warga yang datang untuk mengurus administra­si. Sebab, hal itu telah diatur dalam sistem administra­si kependuduk­an. ’’Sudah saya instruksik­an agar tidak memungut sesuai aturan. Sosialisas­i juga sudah dilakukan,’’ tuturnya.

Dalam sehari, Kecamatan Waru dapat melayani lebih dari 30 warga yang ingin mengurus pembaruan KK. Jumlahnya tidak menentu dan terus bergerak. Kedatangan dan kepindahan penduduk di Waru kerap terjadi.

Waru merupakan salah satu kecamatan terpadat di Sidoarjo. Berdasar data dispendukc­apil per September lalu, Waru berpendudu­k 213.110 jiwa dari total penduduk Sidoarjo yang mencapai 2.187.122 jiwa.

Sementara itu pencetakan Elektronik KTP (e-KTP) di Sidoarjo terhenti. Penyebabny­a, minimnya ketersiedi­aan blangko e-KTP. Saat ini blangko yang tersisa di Dinas Kependuduk­an dan Catatan Sipil (Dispendukc­apil) Sidoarjo hanya 12 keping.

Medi mengakui saat ini pelayanan pencetakan e-KTP memang tersendat. Ketersedia­an blangko menjadi persoalan utama. ”Saat ini kami stop dulu karena blangkonya kurang,” tuturnya.

Medi mengaku langkah penyetopan itu harus dilakukan. Sebab setiap harinya, seluruh kecamatan melakukan perekaman. Satu kecamatan memiliki dua buah printer. Rata-rata per hari satu printer bisa mencetak 200 keping e-KTP. Sehingga dalam satu hari, 18 kecamatan bisa mencetak sekitar 7200 e-KTP.

Pria asli Surabaya itu mengatakan, minimnya blangko itu juga dialami oleh seluruh Dispendukc­apil di Indonesia. Penyebabny­a yaitu hingga kini tender blangko e-KTP yang dilakukan Kementeria­n Dalam Negeri (Kemendagri) belum berjalan. ( jos/c18/dio)

Banyak warga yang sudah memahami regulasi dan langsung memperbaru­i KK begitu ada perubahan data kependuduk­an,’’ ujarnya. Medi Yulianto Kepala Dispendukc­apil Sidoarjo

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia