Jawa Pos

Inovator dan Rutin Kunjungi Pasien

-

SEBAGAI perawat, Ayu Dewi Puspitasar­i harus selalu memberikan pelayanan terbaik kepada pasien. Karena itu, perempuan yang berdinas di Puskesmas Kedungsolo, Kecamatan Porong, tersebut terus menciptaka­n inovasi untuk meningkatk­an pelayanan kesehatan. Salah satu yang diciptakan adalah layanan Smito, SMS ( short message service) informasi tuberkulos­is (TBC).

Selain menjadi perawat pasien rawat jalan, Ayu mengemban tugas sebagai pemegang program TBC, HIV, hepatitis, dan haji. Keduanya memiliki fungsi tugas yang sama. Yakni, merawat pasien. Meski memiliki tugas ganda, Ayu sangat menikmatin­ya. ”Kalau untuk program, sudah ada jadwalnya. Jadi, waktunya bisa diatur dengan baik,” katanya saat ditemui di Puskesmas Kedungsolo kemarin (15/3).

Layanan Smito membuat Ayu me- nyabet runner-up tenaga kesehatan (nakes) teladan di bidang perawat Kabupaten Sidoarjo. Inovasi tersebut diterapkan sejak enam bulan lalu. Alasan utama inovasi itu adalah banyaknya pasien TBC yang drop out berobat di Puskesmas Kedungsolo. ”Saya sudah memegang program TBC selama enam tahun. Angka drop out tinggi,” ujarnya.

Total ada 40 pasien TBC di wilayah layanan Puskesmas Kedungsolo. Mereka sudah menjalani pengobatan. Namun, 20 persen dari total pasien TBC justru drop out. Pasien rata-rata tidak teratur mengambil obat. Ada juga yang sudah merasa sembuh lantas berhenti minum obat. ”Padahal, risikonya kan lebih tinggi,” ungkapnya.

Karena itu, dia memiliki ide membuat layanan Smito. Layanan tersebut memberikan pesan singkat kepada seluruh pasien TBC setiap Senin pagi. Isinya mengingatk­an seluruh pasien untuk mengambil obat setiap Selasa dan memeriksak­an dahak. ”Kadang, jadwal ambil obat Selasa, pasien baru datang ke puskesmas Rabu. Ada juga yang lupa membawa dahak, padahal sudah saatnya periksa dahak,” ucap istri Fani Yanuardi itu.

Layanan tersebut, lanjut dia, mampu mengurangi angka drop out pasien TBC yang berobat di Puskesmas Kedungsolo. Bahkan, banyak pasien yang merasa senang dengan Smito. ”Banyak yang bekerja di pabrik. Kalau sudah pulang malam, kadang mereka lupa minum obat,” katanya.

Ayu mengakui, sebelumnya memang pernah ada layanan pesan singkat untuk mengingatk­an pasien. Tetapi, layanan itu biasanya diberikan hanya untuk pasien yang tidak mengambil obat. Nah, layanan Smito tersebut ditujukan untuk seluruh pasien TBC, baik yang rajin minum obat maupun tidak. ”Mereka senang kalau diingatkan. Jadi lebih semangat,” ujar dia.

Meski begitu, Ayu menyatakan tidak segan-segan mendatangi rumah pasien jika sama sekali tidak datang ke puskesmas untuk mengambil obat atau memeriksak­an dahak. Kesempatan berkunjung ke rumah pasien TBC itu tentu tidak semua disambut baik. Namun, dia terus memberikan pengertian kepada keluarga dan pasien hingga akhirnya mau berobat rutin. ”Kami lihat ventilasin­ya, kebersihan rumah, kamar mandi, dan cara pasien membuang ludah,” katanya.

Lambat laun, respons para pasien TBC sangat baik. Bahkan, para pasien sangat senang ketika dikunjungi. Keakraban pun semakin terasa. (ayu/c6/dio)

 ?? GRAFIS ANDREW/JAWA POS - FOTO HANUNG HAMBARA/ JAWA POS ??
GRAFIS ANDREW/JAWA POS - FOTO HANUNG HAMBARA/ JAWA POS

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia