Hapus Citra Judes dan Galak
SERING kali perawat dianggap sebagai pembantunya dokter. Karena itu, tidak sedikit pasien yang kadang meremehkan tugas perawat. Padahal, perawat adalah orang yang paling dekat dengan pasien selama di rumah sakit.
Hal itu disadari betul oleh Hani Riska Ariyanti SKep NS, perawat sekaligus kepala Instalasi Pendidikan Keperawatan dan Kebidanan RSUD Sidoarjo. Selama tujuh tahun menjadi perawat, perempuan 32 tahun tersebut banyak belajar memberikan pelayanan kepada pasien. Baik dari segi kesehatan fisik maupun psikososial. ” Yang paling susah ketika pasien menganggap kerja perawat gitu-gitu saja,” katanya.
Dalam kondisi tersebut, seorang perawat dituntut tetap memberikan pelayanan yang terbaik. Tetap tersenyum meski pasien memiliki banyak permintaan. Di situlah fungsi perawat sesungguhnya. Tidak hanya merawat pasien selama masa penyembuhan ( caring), tetapi juga harus siap mendengarkan dan memberikan pemahaman kepada pasien dan keluarganya. ”Ada fungsi sharing juga,” ucapnya.
Hani menyatakan, kesembuhan pasien tidak hanya menjadi tanggung jawab perawat, tetapi juga keluarga. Perawat pun harus mampu mengedukasi pasien dan keluarga pasien. Karena itu, perawat harus memiliki kemampuan lebih. ”Kebutuhan pasien harus dipenuhi perawat. Tetapi, perawat juga harus mengetahui batasan empati,” ujarnya.
Hal seperti itu tentu masih sulit dilakukan perawat. Hani pernah mengalaminya. Sebab, perawat dituntut tetap profesional ketika sudah bertugas merawat pasien. Meski banyak masalah, sebisanya tidak dibawa dalam pekerjaan. ”Nah, akhirnya kadang pasien menganggap perawat judes dan galak. Padahal, tidak semuanya begitu,” katanya.
Dari situlah, Hani mulai tergerak untuk terus mengevaluasi pelayanan para perawat di RSUD. Dia ingin citra perawat yang selama ini sedikit buruk menjadi baik. Sebab, bagaimanapun, perawat memiliki tugas penting dalam masa penyembuhan pasien selama di rumah sakit, bahkan hingga di rumah. ”Pagi saya selalu jaga. Setelah itu, saya evaluasi apa saja yang sudah dilakukan perawat dan diberikan penilaian agar kinerjanya lebih bagus,” ungkapnya.
Hani mengaku kerap memberikan pendidikan kepada perawat-perawat di RSUD untuk meningkatkan pelayanan terhadap pasien. Selain itu, dia kerap memberikan pelatihan seminar untuk pengembangan potensi diri. Sebab, perawat juga harus memberikan edukasi mobilisasi kepada keluarga pasien selama perawatan di rumah. ”Kadang pasien kurang puas dalam pelayanan. Mereka bisa saja komplain. Biasanya, saya mencarikan solusi karena saya juga menjadi case manager rumah sakit,” katanya. ( ayu/c6/dio)