Jawa Pos

Misi Pertama Datangi Pasien di Pulau Saparua dan Haruku

Klinik Apung Said Tuhuleley yang diresmikan Presiden Joko Widodo pada 24 Februari kini makin sibuk menjalanka­n misi kemanusiaa­n. Masyarakat di pulau-pulau terpencil di kawasan perairan Maluku pun bisa mendapatka­n pelayanan kesehatan dengan cepat dan memad

- MULYADI ISMAIL DAGASULI, Ambon

SEHARI setelah diresmikan Presiden Jokowi, Klinik Apung Said Tuhuleley langsung melakukan misi kemanusiaa­n ke Desa Kulur, Pulau Saparua, dan Desa Ori di Pulau Haruku. Keduanya berada di Kabupaten Maluku Tengah. Balai pengobatan milik Muhammadiy­ah tersebut memang diperuntuk­kan masyarakat di daerah-daerah terpencil di sekitar Laut Maluku. Klinik itu melayani masyarakat tanpa memandang latar belakang sosial, ekonomi, suku, dan agama

Bukan hanya untuk warga Maluku, umat Islam, atau warga Muhammadiy­ah.

”Semua kami layani. Klinik apung ini memang untuk misi kemanusiaa­n di Maluku,” ujar Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiy­ah Maluku H Latua kepada Rakyat Maluku ( Jawa Pos Group) di Ambon, Selasa (14/3).

Sebagaiman­a diketahui, Klinik Apung Said Tuhuleley didatangka­n dari Jakarta ke Ambon sebagai bagian dari pelaksanaa­n Tanwir Muhammadiy­ah di kota itu, 24–26 Februari lalu. Setelah menempuh perjalanan lima hari dari ibu kota, klinik tersebut berlabuh di samping kawasan Islamic Center Ambon pada 22 Februari malam.

”Perjalanan kami ternyata lebih cepat sehari dari jadwal. Semua berjalan lancar, tidak ada hambatan yang berarti. Gelombang laut seolah memberi jalan bagi lancarnya perjalanan kami,” ungkap Syafii Latuconsin­a yang memimpin perjalanan klinik apung.

Misi pertama, Klinik Apung Said Tuhulely membelah gelombang laut menuju Pulau Saparua dan Pulau Haruku. Dua pulau di tengah laut itu memang jauh dari Ambon, ibu kota Maluku. Dengan demikian, bisa dimaklumi bila kebutuhan pelayanan kesehatan bagi masyarakat di dua pulau tersebut selama ini kurang memadai.

”Inilah langkah awal Klinik Apung Said Tuhuleley melakukan misi kemanusiaa­n untuk perawatan dan pengobatan bagi pasien nun jauh di Pulau Saparua dan Pulau Haruku. Mudah-mudahan ini menjadi awal yang baik bagi Muhammadiy­ah dalam memberikan pelayanan kesehatan di Maluku,” kata Latua.

Mengapa yang dipilih kali pertama Desa Kulur, Pulau Saparua? Menurut Latua, Desa Kulur dipilih semata-mata untuk mengenang dan menghormat­i nama kampung halaman Said Tuhuleley. Said adalah tokoh Muhammadiy­ah yang banyak jasanya di bidang pengembang­an pendidikan di lingkungan organisasi perserikat­an itu. Sebelum me- ninggal di Jogjakarta, 9 Juni 2015, Said Tuhuleley pernah menjabat ketua Majelis Pemberdaya­an Masyarakat (MPM) PP Muhammadiy­ah dan sekretaris Majelis Pendidikan Tinggi Muhammadiy­ah yang mengelola seluruh perguruan tinggi Muhammadiy­ah se-Indonesia.

Sejak hari pertama beroperasi pada 25 Februari 2017, Klinik Apung Said Tuhuleley sudah melayani ratusan pasien dengan berbagai keluhan penyakit. Klinik itu beroperasi hampir seharian full. Mulai pukul 07.00 hingga 22.00. Pada hari pertama, pasien ditangani para dokter dan perawat yang saat itu mengikuti Sidang Tanwir Muhammadiy­ah di Ambon. Pengelola juga mendatangk­an dokter dari Rumah Sakit Pondok Cempaka Putih Jakarta dan RSU Muhammadiy­ah Jakarta.

”Begitu besarnya animo masyarakat yang ingin mendapatka­n perawatan medis di klinik apung menunjukka­n bahwa persoalan pelayanan kesehatan di Maluku perlu perhatian serius dari semua pihak. Ini menjadi tanggung jawab kita bersama,” tutur Latua.

Klinik Apung Said Tuhuleley bekerja secara mobile melayani pasien di pulau-pulau kecil di Maluku. Bahkan hingga ke Papua. Tim medis klinik apung akan blusukan ke kampung-kampung di pulau itu untuk menjemput bola. Dengan begitu, masyarakat yang ingin periksa kesehatan tidak perlu jauh-jauh pergi ke Ambon lagi. Mereka bisa memanfaatk­an klinik tersebut.

Pasien yang perlu penanganan khusus akan dirujuk ke Kota Ambon. Tim medis klinik apung dengan sukarela akan mendatangi pasien dan mengantarn­ya ke rumah sakit rujukan di rumah sakit terdekat. ”Ini langkah ikhtiar kami agar klinik ini bisa berfungsi maksimal dalam melayani kesehatan masyarakat di Maluku,” ujar Latua.

Selain membawa pasien ke rumah sakit terdekat, di klinik apung juga disiapkan ruang pemeriksaa­n khusus dan ruang operasi. Adapun tenaga medisnya terdiri atas dokter jaga, dokter spesialis, dan tenaga perawat. Mereka tim medis dari Muhammadiy­ah yang bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Pemprov Maluku.

”Kalau tenaga perawat dan dokter dari Muhammadiy­ah di Maluku kurang, kami akan minta tenaga dokter dari PP Muhammadiy­ah untuk dikirim ke Maluku secara berkala,” tegas Latua.

Untuk biaya operasiona­l dan penyediaan obat-obatan di klinik apung, Latua mengakui masih belum mendapat solusi yang efektif dan jangka panjang. Selama ini masih mengandalk­an anggaran dari Muhammadiy­ah. Ke depan disinergik­an dengan pemerintah setempat.

Selain itu, pengelola klinik menerapkan pembiayaan subsidi silang. Caranya, saat sedang tidak beroperasi sebagai klinik apung, kapal akan disewakan sebagai kapal pesiar. Pendapatan dari penyewaan kapal itulah yang digunakan untuk biaya operasiona­l klinik.

Untuk diketahui, Klinik Apung Said Tuhuleley memiliki kecepatan tempuh 30 knot per jam dengan daya 750 PK. Kapal itu dinakhodai Mores Jogya dengan asisten Dirgantara Banda dan enam ABK (anak buah kapal) serta seorang teknisi mesin.

Menurut Koordinato­r Klinik Apung Said Tuhuleley Muhammad Rivai Tuhuleley, klinik tersebut diperuntuk­kan semua komunitas di Maluku. Itulah bentuk syiar Muhammadiy­ah sebagai pelopor pemberdaya­an kesehatan bagi semua komunitas di Bumi Raja-Raja tersebut.

”Kami ingin menjalanka­n misi kemanusiaa­n almarhum Pak Said Tuhuleley sebagai tokoh pemberdaya­an umat, khususnya bagi kaum mustadafin atau kaum lemah di Maluku,” papar Rivai yang tak lain adalah keponakan almarhum Said Tuhuleley.

Dia berharap klinik apung itu bisa menjadi pelopor pemberdaya­an kesehatan di daerahdaer­ah terpencil, terluar, dan terdepan sebagaiman­a yang digaungkan presiden. Untuk maksud tersebut, pihaknya telah berkoordin­asi dengan Gubernur Maluku Said Assagaff agar dapat mengoptima­lkan kerja sama penanganan kesehatan masyarakat agar tidak tumpang tindih.

 ?? MULYADI ISMAIL DAGASULI/RAKYAT MALUKU/JPG ?? TERAPUNG: Salah satu ruangan di Klinik Apung Said Tuhuleley yang diusahakan steril untuk perawatan pasien yang perlu tindakan medis.
MULYADI ISMAIL DAGASULI/RAKYAT MALUKU/JPG TERAPUNG: Salah satu ruangan di Klinik Apung Said Tuhuleley yang diusahakan steril untuk perawatan pasien yang perlu tindakan medis.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia