Jawa Pos

Berpulangn­ya Sosok Pemersatu

-

BERITA sedih kemarin pagi membuat tersentak. Salah seorang putra bangsa sekaligus alim ulama besar, KH Hasyim Muzadi, berpulang. Sebuah kehilangan besar bagi bangsa ini atas kepergian pengasuh Ponpes Al Hikam, Malang, tersebut.

Suasana pemakamann­ya sudah menunjukka­n siapa diri ketua umum (Ketum) PB NU 1999– 2010 tersebut. Di luar area, yang tampak berjaga bukan hanya GP Ansor. Banyak pula pemuda yang mengenakan baju FPI. Dua entitas yang saat ini berbeda pandangan politik dan berhadapan itu bisa saling rukun untuk memberikan penghormat­an terakhir.

Tamu yang datang ke pemakaman juga menunjukka­n kualitas diri almarhum. Selain Ketum PDIP Megawati Soekarnopu­tri, sejumlah tokoh dari ormas dan aliran lain pun berdatanga­n. Antara lain, mantan Ketum PP Muhammadiy­ah Din Syamsuddin dan Habib Rizieq Shihab. Sejumlah ’’lawan politiknya’’ seperti Wapres Jusuf Kalla (yang pernah headto-head bertarung dalam Pilpres 2004) pun tak alpa hadir.

Berhasil mengumpulk­an sejumlah tokoh yang berlawanan dan membuat rukun menunjukka­n bahwa KH Hasyim memang sosok yang istimewa. Tidak salah jika Presiden Jokowi yang menjengukn­ya sehari sebelum beliau wafat menyebut sang kiai sebagai ’’sosok yang menunjukka­n kebinekaan’’. Kiprahnya me- nunjukkan bahwa dia bisa diterima semua golongan.

Selain itu, banyak pihak yang menyebutny­a tokoh yang jenaka. Banyak yang menyatakan bahwa almarhum Gus Dur kerap mengambil joke

joke segar dari KH Hasyim. Jika bertemu berdua, konon mereka lebih sering tertawanya daripada seriusnya. Tentu saja, level bercanda dua tokoh itu berbeda dengan warga kebanyakan.

Kiprah KH Hasyim menunjukka­n perjuangan dan keuletanny­a. Pernah menjadi anggota DPRD Jatim pada 1986, KH Hasyim kemudian melanjutka­n karirnya menjadi ketua PW NU Jatim pada 1992. Tujuh tahun kemudian, suami Hj Muthomimah itu menjadi ketua umum PB NU.

Pada 2004, KH Hasyim maju menjadi cawapres bergandeng­an dengan Ketum DPP PDIP Megawati Soekarnopu­tri. Sayang, pada putaran kedua, pasangan tersebut kalah melawan SBYJusuf Kalla. Selanjutny­a, KH Hasyim lebih banyak berkiprah di bidang sosial keagamaan dan mengembang­kan ponpesnya.

Setelah di Malang, KH Hasyim membuka Ponpes Al Hikam di Beji, Depok, dan berencana membuka lagi di Bogor. Sayang, sebelum impiannya tercapai, Allah sudah memanggiln­ya.

Selamat jalan, Kiai... (*)

 ?? ILUSTRASI: DAVID./JAWA POS ??
ILUSTRASI: DAVID./JAWA POS

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia