Jawa Pos

Berhias Gading Plus Tempat Minum Keramik Kuno

Memandangi sangkarnya saja hati sudah damai. Itulah Effendy Kuncoro Tjio, kolektor sangkar burung asal Kota Pahlawan. Dia merupakan pemburu sangkar burung langka dan unik asal Tiongkok. Sangkar burung menjadi bernilai tinggi dengan detail dan bahan yang p

- ASA WISESA BETARI

TAK ada satu pun burung yang bertengger. Yang ada malah gantungan balok kapur barus dan silica gel. Ya, itulah yang terdapat di dalam deretan sangkar burung di galeri milik Effendy Kuncoro Tjio. Sejak tiga tahun lalu, pria 44 tahun itu menjadi penghobi sangkar burung

Namun tanpa burung dalam sangkar. Kosong.

Sebanyak 120 sangkar burung dipajang berderet di atas rak kaca. Ada juga yang digantung. Sangkar burung tersebut disimpan di sebuah ruangan dan dijaga seorang pegawai. ’’Sementara waktu saya menyimpan koleksi di ruangan ini. Rencananya sih akan ekspansi. Di sini dikasih semacam teras dengan beberapa kursi. Temanteman bisa berbincang sambil memandangi sangkar,’’ ucapnya kepada Jawa Pos saat ditemui di Jalan Diponegoro.

Mungkin banyak yang bertanya apa yang dicari dari hanya memandangi sangkar burung kosong. Seindah apa sih sangkar burung tersebut hingga ada orang, bahkan banyak orang, yang terpukau hanya dengan memandangi­nya.

Kemudian, Effendy mengambil salah satu koleksi favoritnya. Yakni, sebuah sangkar berbentuk tabung dan memiliki empat kaki.

Sangkar itu diangkat perlahan dari tempat penyimpana­n. Sangkar tersebut diperkirak­an berusia 60 tahun, tapi masih tampak seperti baru. Diameterny­a 36 sentimeter, terbuat dari bambu. Warnanya menampakka­n warna natural bambu, cokelat kekuningan. ’’Bambunya tanpa difinishin­g. Tak mengilap, namun warna aslinya terlihat. Cantik, kan,’’ kata Effendy, lalu tersenyum. Dia lantas menengok lagi ke sangkar yang masih berada di tangan kanannya tersebut.

Saat dilihat lebih dekat, sangkar itu punya desain yang khas. Tampak seperti benda yang selalu ada di rumah-rumah kuno. Memang betul. Atmosfer antik dan klasik itulah yang menonjol. Suasana tersebut kian terasa tatkala mata memandang sangkar itu lebih dalam.

Bak taburan kembang melati, ukiran bunga-bunga dan burung merpati berwarna putih menghiasi slot pintu, gantungan tempat minum, alas, dan keempat kaki sangkar. Ada pula beberapa ukiran pada lekukan di gantungan sangkar. Ukiran-ukiran putih itu terbuat dari gading.

Gading memang memiliki nilai yang fantastis. Meski banyak pro dan kontra, gading masih menjadi barang elite yang banyak diburu. ’’Di Indonesia, gading memang sudah tidak boleh dijual. Namun, di negara lain seperti Thailand dan Tiongkok masih ada,’’ katanya.

Sangkar memiliki tiga buah tempat minum keramik yang dihiasi lukisan bunga kecil-kecil berwarna biru khas Tiongkok. ’’Kalau keramik tua memang tipis-tipis. Jadi, kalau pegang harus hati-hati,’’ tambah ayah tiga anak itu.

Tiga tempat minum keramik digantungk­an di dekat pangkringa­n (tempat burung bertengger). Ada kejutan yang menarik jika jeli melihat pangkringa­n tersebut. Di sana terdapat ukiran berbentuk dua naga yang sedang berhadapan. Tubuh naga melilit di seputar bambunya. ’’ Pangkringa­nnya saja ada penggemarn­ya. Bisa juga dibeli terpisah kalau mau, lho,’’ candanya.

’’Saya dapat sangkar ini saat berkunjung ke Guangzhou, RRT. Saat itu kebetulan ada expo,’’ kenangnya. Sangkar itu ditaksir seharga Rp 150 juta oleh sang pemilik. ’’Ini mungkin kalau dijual kisaran harganya segitu. Tapi, sementara ini tidak saya jual dulu,’’ tambah Effendy sambil meletakkan sangkar kembali ke tempatnya.

Di samping sangkar berhias gading, terdapat sangkar dengan ukiran yang terlihat lebih timbul. ’’Ini temanya kera emas,’’ katanya. Ya, tampak hiasan kera-kera dengan beragam aktivitas. Beberapa kera bergelantu­ngan di gantungan sangkar, pintu, dan beberapa sisi sangkar yang berbentuk tabung itu.

Ukiran tersebut dibuat seniman pahat asal Tiongkok bernama Ho Kwok Nien. Tanda tangan sang seniman terdapat di belakang slot pintu sangkar dan ditulis dengan menggunaka­n kanji Tiongkok. ’’Ini adalah limited edition. Yakni, diproduksi hanya satu. Senimannya juga sudah meninggal,’’ kenang Effendy.

Ho Kwok Nien adalah seniman pahat asal Guangzhou. Dia meninggal sekitar 15 tahun yang lalu di usia 80 tahun. ’’Dia awalnya hanya seniman pahat spesialisa­si gading gajah. Suatu saat ada orang Indonesia mampir ke rumahnya dan minta dibuatkan sangkar burung menggunaka­n bambu,’’ lanjutnya.

Setelah percobaan pertama berhasil, karya Ho Kwok Nien laris manis. Kemudian, dia terkenal dengan sebutan seniman sangkar burung. ’’Sayang, saya belum bisa bertemu langsung dengan sang seniman. Namun, saya sangat menyukai karyakarya­nya,’’ ungkap Effendy.

Sangkar burung bertema kera emas dilengkapi dengan tiga tempat minum keramik. Keramik dilukis dengan gambar panda yang sedang makan. Satu set berisi tiga tempat minum. Tempat minum itu dibeli Effendy terpisah dari sangkarnya dengan harga Rp 3 juta.

Keunikan tempat minum adalah salah satu faktor yang membuat sangkar dilirik. Jika tempat minum dibuat dari keramik, pertimbang­annya adalah apakah keramik itu disablon atau dilukis. ’’Yang dilukis tentu memiliki nilai yang lebih tinggi,’’ tegasnya. Jenis lain terbuat dari kayu, tembaga, emas, gading, dan lainlain. Setelah memilih bahan, usia dan motif ukiran atau lukisan menjadi faktor selanjutny­a untuk mengukur harga.

Namun, tak semua sangkar disandingk­an bersama dengan tempat minum premium. Misalnya, sebuah sangkar burung yang digantung di sudut ruangan. Sangkar memiliki desain yang sangat simpel. Tampak tua, namun bersih. Tak ada ukiranukir­an di kaki-kakinya, pun tak dihiasi gading atau emas. Sangkar berbentuk tabung, berdiamete­r sekitar 30 sentimeter. Seng berbentuk piringan berwarna kekuningan dijepit di bawah sangkar. Gunanya menampung kotoran burung.

Saat ditanya mengenai sangkar tersebut, mata Effendy sejenak memandang jauh. Tampak tebersit kenangan dari benda mungil itu. ’’Itu adalah sangkar burung pertama saya. Usianya 100 tahun,’’ ucapnya pelan.

Matanya masih memandang tajam ke sangkar yang tergantung. Sangkar dibeli di sebuah tempat di Tiongkok. ’’Waktu saya beli, penjualnya berusia 80 tahun. Kata dia, sangkar itu adalah mainannya sejak kecil. Pemberian bapaknya. Eh, kok tiga hari kemudian si pemilik itu meninggal,’’ lanjutnya. Cerita itu membuat Effendy berjanji kepada dirinya sendiri tak pernah menjual sangkar tersebut.

Semenjak mencintai sangkar burung, Effendy kerap menyambang­i Tiongkok. Selain untuk berwirausa­ha, perjalanan tersebut digunakan untuk berburu sangkar. ’’Di sana (Tiongkok, Red) memang banyak sekali penggemar sangkar. Bahkan, sering pula diadakan event seperti pameran sangkar,’’ terangnya.

Sangkar burung dengan detail dan bahan yang premium memang memiliki pangsa pasar khusus. Yakni, para arsitek atau orangorang yang gemar dengan seni. ’’Sangkar biasanya dibeli untuk dekorasi rumah. Biasanya sih dijadikan pelengkap rumah dengan arsitektur Jawa,’’ tambahnya.

Di Asia Tenggara, kebanyakan penggemar sangkar burung terdapat di Singapura, Indonesia, dan Vietnam. ’’Di Indonesia, setahu saya komunitas besar baru ada di Jakarta dan Bandung. Semoga nanti saya dan temanteman bisa bikin komunitas di Surabaya, ya,’’ paparnya.

Merawat sangkar burung tak terlalu sulit bagi Effendy. ’’Gampang, tinggal dikasih kapur barus dan silica gel supaya tidak dirusak tikus,’’ jelasnya. Selain itu, merawat sangkar cukup dilap dengan menggunaka­n lap yang sedikit dibasahi supaya debu tidak menempel. ’’Bagusnya dilap setiap hari. Tapi, kalau tidak sempat, ya cukup dilap secara berkala dua atau tiga hari sekali,’’ tambahnya. (*/c19/dos)

 ??  ??
 ?? ARYA DHITYA/JAWAPOS ?? KOLEKSI NYENI: Effendy Kuncoro Tjio menata sangkar burung koleksinya. Foto atas, ukiran gading yang menghiasi salah satu sangkar.
ARYA DHITYA/JAWAPOS KOLEKSI NYENI: Effendy Kuncoro Tjio menata sangkar burung koleksinya. Foto atas, ukiran gading yang menghiasi salah satu sangkar.
 ??  ??
 ?? ARYA DHITYA/JAWAPOS ?? TEMA KERA EMAS: Sangkar dengan hiasan kera karya Ho Kwok Nien, seniman pahat asal Tiongkok. Sangkar itu langka. Hanya satu di dunia. Senimannya juga sudah meninggal.
ARYA DHITYA/JAWAPOS TEMA KERA EMAS: Sangkar dengan hiasan kera karya Ho Kwok Nien, seniman pahat asal Tiongkok. Sangkar itu langka. Hanya satu di dunia. Senimannya juga sudah meninggal.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia