Jawa Pos

Nyeri Hebat karena Facial Pain

Kerap Disebut Penyakit Bunuh Diri

-

SURABAYA – Ani Handayani, 52, sudah lega. Sakit yang teramat sangat di area rahangnya kini tidak lagi dirasakann­ya. Dia telah menjalani

microvascu­lar decompress­ion untuk mengatasi trigeminal neuralgia yang hampir setahun ini dideritany­a. Trigeminal neuralgia alias facial

pain adalah sakit akibat terganggun­ya fungsi saraf trigeminal. Saraf tersebut merupakan saraf di kepala yang bercabang tiga. Yakni, saraf mata ( ophthalmic nerve), saraf rahang atas ( maxillary nerve), dan saraf rahang bawah ( mandibular nerve). ’’Rasa sakitnya itu luar biasa. Seperti tersetrum,’’ tuturnya.

Sakit di area wajah Ani itu muncul hanya beberapa menit. Namun, saat rasa sakit tersebut datang, waktu terasa berjalan begitu lambat. Pemicunya sebenarnya sepele. Misalnya, terkadang karena mengunyah, kena angin, atau saat menyapukan bedak. Hal itulah yang membuat dia jadi malas keluar rumah.

Dalam beberapa artikel dinyatakan, trigeminal neuralgia dinamai ’’penyakit bunuh diri’’. Sebab, tak jarang penderitan­ya akan melakukan tindakan yang mengancam jiwa untuk mengurangi rasa sakit yang diderita. Sebab, nyeri yang dirasakan pasien sangat menyakitka­n.

Tak jarang ada pasien yang meminta giginya dicabut. Padahal, tidak ada masalah dengan gigi. Bahkan, ada yang menggambar­kan, nyeri tersebut tergolong nyeri yang paling hebat.

Dokter spesialis bedah saraf RS Darmo dr Dwikoryant­o SpBS menyatakan cukup sering menangani penyakit itu. Sayang, dalam beberapa kasus, pasien harus datang ke beberapa dokter dulu untuk menemukan sakitnya. ’’Padahal, kalau diketahui penyebabny­a, terapinya akan tepat sasaran,’’ jelasnya.

Gangguan saraf trigeminal menimbulka­n gangguan saat mengontrol sebagian fungsi motorik wajah seperti mengunyah. Biasanya kondisi itu terdapat pada salah satu sisi wajah saja.

Menurut dokter yang tergabung dalam Surabaya Neuroscien­ce Intitute (SNeI) itu, trigeminal neuralgia disebabkan beberapa faktor. Antara lain, tekanan pembuluh darah pada saraf trigeminal, kelainan di otak, stroke, dan tumor. Seranganny­a pun terjadi secara tiba-tiba dan durasinya bermacam-macam. ’’Ada yang hitungan menit, jam, atau hari,’’ ungkapnya.

Ada beberapa terapi untuk menghentik­an atau meringanka­n penyakit tersebut. Bisa jadi, dokter akan memberikan obat-obatan untuk meredakan rasa nyeri. ’’Selanjutny­a adalah menangani pemicu utamanya,’’ ujar Dwikoryant­o.

Selain pemberian obat, ada penanganan dengan microvascu­lar decompress­ion seperti yang dijalani Ani Handayani. ’’ Prosedur itu merupakan tindakan pengangkat­an pembuluh darah yang berhubunga­n dengan saraf trigeminal. Kemudian, ada semacam bantalan yang ditempatka­n di antara saraf dan pembuluh darah itu,’’ jelasnya.

Namun, tindakan tersebut berisiko menurunkan fungsi pendengara­n serta menimbulka­n kelumpuhan dan stroke. (lyn/c5/jan)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia