Produksi Smelting Mulai Normal
GRESIK – Setelah mengalami krisis bahan baku gara-gara penghentian izin ekspor PT Freeport Indonesia, perusahaan pengolahan dan pemurnian mineral PT Smelting mulai beroperasi sejak 1 Maret. Perusahaan yang mayoritas sahamnya dimiliki Mitsubishi Materials Corp tersebut optimistis produksi segera kembali normal.
Presiden Direktur PT Smelting Hiroshi Kondo mengatakan, perusahaannya selama ini telah menyerap 40 persen bahan baku konsentrat produksi PT Freeport Indonesia di Papua. ”Dengan demikian, perusahaan kami telah memberi nilai tambah dari bahan baku alam yang diambil dari bumi Indonesia,” ujarnya dalam syukuran di Gresik, Jawa Timur, kemarin. Wakil Gubernur Saifullah Yusuf juga hadir dalam acara tersebut.
Selain krisis bahan baku, PT Smelting sempat mengalami masalah ketenagakerjaan. Bulan lalu lebih dari 300 pekerjanya mogok karena masalah upah. Hiroshi pun berterima kasih kepada pekerja yang berkontribusi pada dimulainya lagi operasi perusahaan. ”Karena merekalah kami telah berhasil memulai operasi dan meningkatkan jumlah produksi pabrik,” ungkapnya.
Meski demikian, PT Smelting tidak langsung beroperasi 100 persen. Plant Manager PT Smelting Antonius Prayoga mengungkapkan, aktivitas produksi baru berjalan 85 persen.
”Apalagi, banyak tenaga kerja yang masih baru. Kami masih butuh proses karena sempat mengalami kerugian selama sebulan kemarin,” ujarnya.
Terkait dengan ketersediaan bahan baku, PT Smelting akan memanfaatkan sisa yang masih bisa digunakan. ”Yang jelas, kami masih menggunakan bahan baku dari PT Freeport. Jika memang tidak ada, baru mencari bahan baku dari sumber yang lain,” tegasnya. Dia berharap PT Freeport Indonesia dan pemerintah bisa segera menemukan kata sepakat tentang sejumlah klausul kontrak yang tengah dinegosiasikan.
Mitsubishi Materials Corp yang merupakan perusahaan pengolahan dan pemurnian mineral asal Jepang menguasai 60,5 persen saham PT Smelting. Sementara itu, raksasa tambang asal AS Freeport-McMoran memiliki 25 persen saham di perusahaan yang beroperasi di Gresik tersebut. Sebesar 9,5 persen sisanya dimiliki Mitsubishi Corporation Unimetal Ltd dan 5 persen punya Nippon Mining and Metals Co Ltd. (pus/c11/sof)