Sisir Gudang Toko Mainan, Ketemu Isabella Setinggi 1 Meter
Boneka tidak hanya identik dengan anak-anak perempuan. Bagi para kolektor, boneka ibarat aset berharga yang harus diburu ke mana pun. Itulah yang kini dilakoni Muhammad Rudy Mustapha.
SEBAGAI kolektor barang antik, Muhammad Rudy Mustapha tidak hanya memburu perabotan porselen berusia tua. Rudy juga hobi mengumpulkan boneka. Tentu saja, boneka yang antik dan tak banyak dijual di pasaran. Sebanyak enam boneka antik disertakan Rudy pada pameran Soerabaia Heritage Festival yang berlangsung hingga besok (19/3) di Plaza Surabaya.
Sekilas, boneka tersebut tidak jauh berbeda dengan boneka-boneka keluaran sekarang. Masih menampilkan wajah bule dan rambut pirang khas perempuan Eropa. Yang membuat terlihat antik adalah bahan pembuatannya. Yakni, porselen untuk bagian kepala, tangan, dan kaki. Tentu saja, disenggol sedikit, boneka itu bisa pecah berantakan.
Selain berbahan unik, boneka tersebut ternyata berusia lebih dari 30 tahun. Rudy mendapatkan boneka itu dari gudang toko-toko mainan di kawasan Pecinan Surabaya. Tadinya boneka tersebut banyak dipasarkan di Eropa.
Boneka yang diproduksi pada 1970– 1980 tersebut kini menjadi barang yang diminati para kolektor boneka. Awalnya, Rudy mengumpulkannya hanya karena bentuknya yang cantik. Rudy juga memberi nama bagi setiap koleksi miliknya. ”Ada Poppy, Isabella, dan Suci,” ujar pria kelahiran Surabaya, 58 tahun silam itu. Khusus Isabella, tingginya hampir 1 meter. Isabella adalah koleksinya yang paling unik. Boneka-boneka lain milik Rudy kebanyakan hanya setinggi sekitar 40 sentimeter.
Isabella kini sudah berpindah tangan. Bukan lagi milik Rudy. Dia menjualnya seharga Rp 10 juta. Padahal, dahulu Rudy membelinya dengan harga hanya Rp 200 ribu. Maklum, saat itu Isabella hanya barang sisa di gudang toko mainan.
Upaya Rudy berkutat dengan debu di gudang toko-toko mainan telah menghasilkan l70 boneka yang mengisi galerinya. Saking banyaknya, Rudy sudah tidak sanggup memberi nama bonekanya satu per satu.
Tidak mudah merawat sekian banyak boneka tersebut. Karena terbuat dari porselen, beberapa boneka sempat pecah. Padahal, Rudy mendapatkannya dengan susah payah. Apalagi sekarang kegiatan hunting Rudy jarang membuahkan hasil. Kegiatannya menyisir toko mainan lama di Surabaya Timur acap kali sia-sia.
Meski mengaku sempat kecewa, Rudy tidak berhenti menggeluti pekerjaan tersebut. Menurut dia, mengumpulkan barang antik merupakan pekerjaan yang sangat menantang. Pekerjaan itu tidak membutuhkan modal besar. Bahkan, bisa membuatnya untung banyak ataupun rugi besar-besaran. ”Ini bisnis yang kejam. Tapi, kalau sudah cinta, ya seneng aja,” ujar pria berdarah Madura tersebut.
Rudy kini suka hunting boneka antik hingga ke luar pulau. Upayanya berbuah manis. Beberapa waktu lalu, Reno Halsamer, pemilik D’Topeng Museum, memborong boneka koleksi Rudy. Sebanyak 100 boneka yang dikumpulkan Rudy sejak dahulu sudah berpindah ke tangan kolektor barang seni sekaliber Reno Halsamer.
Selain diborong oleh Reno, belasan boneka koleksi Rudy juga laris manis di pameran. Enam boneka yang dipajang di stannya laku terjual. Satu boneka dijual dengan harga Rp 1 juta.
Menurut Rudy, saat ini hanya tersisa 16 boneka di galerinya. Namun, dia tidak begitu merasa kehilangan meski koleksinya berkurang. Pasalnya, koleksinya berpindah ke orang-orang yang memang gemar mengoleksi boneka. ”Kebanyakan adalah kolektor fanatik boneka,” ujarnya.
Selain itu, bonekanya yang terus berkurang menjadi alasan bagi Rudy untuk kembali berpetualang mencari Isabella-Isabella yang lain. Mantan pegawai perusahaan asuransi itu memang mendedikasikan hidupnya untuk mencari benda-benda antik ke penjuru negeri. ”Pokoknya, yang berbau porselen, keramik, enamel, saya suka,” tandasnya. (*/c6/oni)