Jawa Pos

Penerimaan Migas Merosot Tajam

Butuh Iklim Investasi Energi yang Kondusif

-

JAKARTA – Jebloknya harga minyak dunia berpengaru­h signifikan terhadap penerimaan negara di sektor migas. Dirjen Anggaran Kemenkeu Askolani mengungkap­kan, penurunan tersebut tercatat sejak 2012 hingga kini.

Pada rentang 2012–2014, sektor migas bisa memberikan kontribusi penerimaan negara hingga lebih dari Rp 300 triliun tiap tahun. ”Tapi semakin ke sini semakin turun. Bahkan, tahun lalu penerimaan­nya tidak sampai menyentuh Rp 100 triliun, hanya di kisaran Rp 80 triliun sampai Rp 90 triliun,’’ ujarnya di Energy Building, Jakarta, kemarin.

Selama ini sektor migas dipercaya sebagai salah satu tumpuan penggerak ekonomi nasional. Dengan terjun bebasnya penerimaan di sektor tersebut, tekanan pada APBN pun tak terhindark­an. ”Padahal, tiap tahun belanja itu selalu naik,’’ imbuhnya.

Dia menambahka­n, fluktuasi harga minyak tidak hanya memukul In- donesia. Kondisi yang sama diderita negara penghasil minyak lainnya seperti Rusia, Arab Saudi, serta negaranega­ra kawasan Timur Tengah.

Dia mencontohk­an kondisi di Arab Saudi yang harus menempuh kebijakan menaikkan harga BBM untuk menambal kas negara. Kondisi itu harus dijalani di tengah harga minyak yang terus tercatat turun.

Askolani melanjutka­n, jika pada 2015 pemerintah tidak menempuh kebijakan reformasi energi, beban subsidi akan terus menggerus APBN. ”Untungnya, 2015 pemerintah mengubah kebijakan subsidi energi dan listrik. Kalau tidak diubah Pak Menteri (Menkeu ketika itu Bambang Brodjonogo­ro, Red), habis kita,’’ jelasnya.

Di tempat yang sama, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan tidak terlalu khawatir dengan kondisi penurunan penerimaan negara dari sektor migas. Sebab, bagi dia, yang terpenting saat ini adalah mendorong pertumbuha­n ekonomi yang merata dan meningkatk­an daya beli masyarakat.

Menurut mantan menteri perhubunga­n tersebut, saat ini yang terpenting adalah bagaimana industri bisa semakin kompetitif. Salah satu caranya dengan efisiensi. ”Sudah tumbuh dalam pemikiran kita bahwa sumber daya alam itu bisa dan diharapkan yang terbesar untuk menopang pertumbuha­n ekonomi. Sekarang tidak semata-mata lagi begitu,’’ urainya.

Bos Medco Hilmi Panigoro setuju dengan pendapat Jonan tentang prinsip efisiensi dalam pemanfaata­n sumber daya energi.

”Yang penting bagaimana agar harga migas saat ini bisa memberikan nilai tambah terhadap tingkat pertumbuha­n ekonomi negara,” ujarnya. (dee/c10/sof)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia