Warga Bebas Melintas di Badan Tol
Saat Petani Tebu Memasuki Panen
MADIUN – Lenyapnya akses di Dusun Mantren, Desa Bagi, Kecamatan/ Kabupaten Madiun, menunjukkan lemahnya komunikasi yang terjalin selama ini. Seharusnya, pembangunan ruas tol Mantingan–Kertosono (Manker) yang membelah jalan dusun itu tersosialisasikan sebelum dilakukan pengurukan agar tak menyulut kegaduhan bagi ratusan warga setempat.
Manajer Pengendalian Proyek Ngawi Kertosono Jaya (NKJ) I Agus Hariyanto memastikan, pembangunan tol Manker tidak serta-merta menghilangkan jalan eksisting yang sudah mati. Terlebih, jalan itu merupakan akses utama bagi warga di wilayah setempat.
Jauh hari, pihak pelaksana telah menyadari dampak dari pembangunan megaproyek nasional yang tengah dikebut tersebut. Akses sekitar ( frontage) telah dipersiapkan sebagai pengganti. ’’Jadi, warga Dusun Mantren nantinya tetap bisa mengakses area pemakaman,’’ jelasnya.
Menurut Agus, frontage selebar 5 meter yang sudah disiapkan itu bakal dibangun memanjang hingga ke paket II tol Manker. Dengan begitu, terang dia, warga bisa menerobos jalan tol melalui underpass yang sudah dibangun di sebelah barat Sungai Golonggong. Pihak NKJ I pun sudah berkoordinasi dengan NKJ II untuk pembangunan frontage tersebut. ’’Bahkan, kondisi jalan nantinya lebih bagus dari yang semula sebatas makadam. Selain melebarkan, juga ditingkatkan kualitasnya,” paparnya.
Hanya, frontage yang dijanjikan itu, lanjut Agus, sama sekali belum tampak pada pembangunan tol Manker paket I yang baru menginjak 54 persen itu. Sebab, pelaksana membutuhkan lahan tambahan untuk pembangunan. Namun, pejabat pembuat komitmen (PPK) tol Manker hingga kini tak kunjung membebaskan tanah yang sedianya bakal dijadikan area frontage tersebut. ’’Karena belum bebas, kami juga tidak berani menguruk,’’ ungkapnya.
Karena itu, pihak pelaksana sejauh ini memberikan toleransi kepada warga untuk bebas melintas di badan jalan tol. Alasannya, terang Agus, sebulan ke depan, para petani tebu sudah memasuki masa panen. Agar tak kebingungan mengangkut hasil bumi, truk muatan diperbolehkan melewati area megaproyek nasional. ’’ Kemungkinan satu hingga dua minggu panen akan selesai. Jika mau lewat, ya silakan,’’ imbuhnya.
Namun, sebelum melintas, warga tetap diminta berkoordinasi lebih dulu dengan pihak pelaksana. Nantinya, disiapkan jalan alternatif bagi para petani tebu tersebut.
Sebab, ada rambu-rambu yang harus dipatuhi truk pengangkut tebu lantaran medan yang mereka lewati bukanlah medan biasa di mana aktivitas pekerjaan masih berlangsung. ’’Semua bisa dikomunikasikan,’’ jelasnya.
Lebih lanjut, pihak pelaksana tak berani menggarap tanah yang belum dibebaskan secara sah oleh PPK. Namun, karena dikejar target, akhirnya dilakukan penyewaan terhadap bidangbidang tanah yang belum bebas tersebut.
’’Itu bagian dari upaya kami agar target dapat tercapai. Sebab, kondisi di lapangan sangat berbeda dengan perencanaan, terutama soal pembebasan lahan,’’ terangnya.
Pihak pelaksana terus mengintensifkan koordinasi dengan PPK tol Manker dan Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Madiun agar percepatan pembebasan lahan pembangunan tol paket I sepanjang 20 kilometer itu tetap dapat dikebut. Sebab, akibat pembebasan lahan yang terlambat, progres pekerjaan mulai Klitik, Geneng, Ngawi, hingga Bagi, Madiun, ikut molor dari target. ’’Bagaimanapun, kami tetap optimistis kelar,’’ terangnya. (bel/fin/c17/diq)