Jawa Pos

Suvenir Asli Perang Vietnam yang Siap Tempur

Di garasi rumah Iwan, ada dua buah jip militer jenis Tipe M151 A2. Keduanya dilengkapi berbagai perangkat operasi militer dalam berbagai skenario tempur. Semuanya orisinal dan masih berfungsi 100 persen. Dua jip itu favorit pejabat untuk properti arak-ara

-

utility truck.

YANG membuat dua jip itu istimewa adalah kondisinya yang siap tempur. Mustofa alias Topa Jip dan Iwan Efendi alias Iwan Jip memang tak mau tanggung-ta- nggung. Mereka menginvest­asikan waktu dan uang yang tidak sedikit. Karena itu, dua kendaraan tersebut tampak benar-benar seperti saat mereka beroperasi di hutan-hutan Vietnam pada 1955–1975.

Mobil yang cokelat tua metalik berseri kesatuan US Army. Yang kedua, hijau gelap, berasal dari US Marine Force. Iwan dan Topa membelinya pada 2011. Waktu itu masih berbentuk jip hutan pada umumnya.

Dengan sabar, keduanya mencari aksesori dan onderdil militer. Dengan sabar memesan dan mengantre dari supplier di Amerika

Setelah lima tahun, dua mobil itu tampak benar-benar seperti masa jayanya dahulu.

Kaki-kaki dilengkapi pegas keong yang lentur. Kalau berjalan, suspensiny­a benar-benar lentur. Bannya tubeless. Tanpa ban dalam. Tepat di tengah as roda, terdapat ring untuk mengaitkan sebuah sling (tali besi) yang ditalikan ke helikopter.

”Jadi, jipnya diluncurka­n dari udara langsung ke daerah musuh,” kata Iwan.

Meski peredam kejut kedua jip mati, Topa menggeber mobilnya di jalanan kampus Universita­s Negeri Surabaya (Unesa) yang rusak dan bergeronja­l parah kemarin. Hasilnya, jalannya mulus. Minim guncangan. ”Tambah cepat, tambah empuk, ” kata Topa kemarin (24/3).

Mesin diesel 2.200 cc bertengger gagah di bawah kap depan. Semua komponenny­a dipercaya dibangun dari bahan komposit yang ringan dan tahan air. Tujuannya, jip itu bisa beroperasi dalam format semi- amfibi. Dirancang untuk bisa melaju dengan posisi terendam total.

Untuk mendukung peran itu, jip tersebut dilengkapi dengan deep water fording. Semacam snorkel raksasa tempat mesin bisa ”bernapas”. Tombol snork valve ditarik untuk mencegah air masuk ke karburator. Kedalaman air yang bisa dilalui jip itu hanya dibatasi oleh pucuk fording dan kepala si sopir. Tinggi fording bisa sampai 2 meter. Tinggal si sopir mau ngebut sambil kelelep atau tidak.

Tidak cukup itu, ada propeller (baling-baling) kecil di bagian bawah mobil. Menghadap ke belakang. Propeller tersebut berputar untuk menyediaka­n tenaga dorong bantuan pada roda saat melaju di bawah air. ” Propeller- nya berputar ikut gardan,” kata Anang, salah seorang kawan Iwan.

Interior dalam mobil ditaburi aksesori militer. Ada ratusan panel, kenop, sakelar, dan meter indikator. Di kursi belakang, ada sebuah stasiun radio mini yang dilengkapi dengan repeater sinyal.

Sebuah speaker khusus melekat di bawah jok. Cukup keras untuk didengar oleh seluruh kru dalam mobil. Sebagai cadangan, radio transmiter punggung terikat di belakang kursi pengemudi. Jika suatu saat jip tak bisa lagi meneruskan perjalanan, radio punggung bisa digendong ke mana-mana.

Karena bernama utility truck, kedua jip punya semua perlengkap­an agar mereka bisa survive secara mandiri. Ada mesin kompresor untuk pompa ban. Bisa juga berfungsi untuk vacuum. ”Katanya, kompresor juga bisa dibuat alat untuk operasi darurat prajurit yang terluka,” papar Iwan. Selain kompresor, masing-masing membawa mesin las sendiri.

Untuk mengatasi medan yang berat, di bumper depan terdapat alat towing (penarik) yang bisa menarik beban seberat 2 ton. Jika satu mobil dalam konvoi terperosok, mobil lain bisa menarik. Jika terperosok sendirian, tinggal melilitkan ujung towing ke pohon, kemudian mesin penggulung akan membantu menarik. Hanya, alat towing itu masih manual. Ditarik dan dikendalik­an dengan semacam tuas tangan. ”Kalau yang pakai mesin, malah tidak seperti jip militer zaman itu,” kata Iwan.

Di atas jip terdapat berbagai macam peralatan yang memungkink­an prajurit melaksanak­an bermacam skenario tempur. Mulai pengintaia­n, bantuan tembak, sampai sapu ranjau. Jip hijau gelap punya seperangka­t alat bernama high profile chemical detector (CB). Fungsinya mendeteksi senjata kimia berupa gas beracun. Komplet dengan termometer dan alarm.

Kalau di udara terdeteksi gas beracun, sebuah kotak yang dipegang oleh penumpang sebelah sopir akan berbunyi. Para penumpang jip atau anggota konvoi lain akan serentak refleks untuk memasang masker antigas beracun. ”Alarm juga akan berbunyi jika ada ranjau tanah yang terdeteksi sejauh 100 meter,” jelas Iwan.

Lalu, bukan jip militer namanya jika tidak punya senjata. Masingmasi­ng jip punya sebuah tonggak meriam serbu. Jip cokelat memilikiny­a di kursi kanan. Dipegang oleh seorang penembak yang duduk di samping sopir. Terdiri atas satu kotak besar magazin peluru kaliber 30 mm.

Untuk jip hijau, meriam bertengger di atas tiang ( pedestal mount) yang berdiri di tengahteng­ah mobil. Di atasnya ada kota magazin kaliber 50 mm. Namun, hanya kotak magazin dan tonggak meriamnya yang asli. Laras meriam hanya replika.

Tentu saja. Kalau benar Iwan memiliki M2 Browning sungguhan, sudah pasti ditangkap aparat. Orang sipil tidak mungkin diperboleh­kan memiliki set meriam serbu yang bisa menghancur­kan truk kurang dari satu menit tersebut. ”Kalau ada acara-acara penting saja dipasang,” kata Mustofa.

Persenjata­an tidak hanya untuk jip. Para prajurit dan kru juga dibekali persenjata­an. Tiga slot senapan. Satu di samping sopir, dua di kursi. Untuk tambahan, ada satu kapak besar di kiri dan satu sekop besar di kanan bodi mobil.

Dua jip bersaudara itu favorit para pejabat. Ditumpangi oleh Tri Rismaharin­i dan Whisnu Sakti Buana ketika hari pelantikan­nya pada pertengaha­n 2016. Biasanya, Topan tidak pernah mengizinka­n orang lain untuk mengemudik­an kedua jip. Hanya dia dan adiknya yang boleh. Namun, untuk Whisnu Sakti Buana, wakil wali kota Surabaya, Topa bersedia meminjamka­n. ”Tapi sebelum jalan, saya ajari Pak Wawali caranya nyetir,” ungkap Topa.

Selain wali kota dan wakil wali kota Surabaya, kalangan militer juga menyukai jip mereka berdua. ”Terakhir, kemarin dipakai untuk upacara di STTAL (Sekolah Tinggi Teknologi Angkatan Laut, Red),” katanya.

Harga jip plus segala usaha mereka bisa miliaran rupiah. Namun, Topa dan Iwan enggan menyebut jumlah pastinya. Alasannya sungkan.

Di Lidah Wetan, hampir seluruh anggota keluargany­a memang gila jip. Hampir semuanya punya jip berbagai jenis. Khalil, ayah Mustofa, sampai dijuluki Mbahnya Jip alias Khalil Jip. Sementara itu, anak dan keponakann­ya yang lain juga dipanggil jip. Topa Jip dan Iwan Jip.

Bahkan, dalam waktu dekat, mereka ingin membangun kendaraan militer lagi. ”Rencananya, mau bangun Humvee yang asli operasi Timur Tengah. Tapi, masih rencana,” kata Iwan sambil tersenyum. Lalu, apakah kemudian akan dilanjutka­n dengan membangun APC atau bahkan tank?

” Hehe, belum berani, Mas,” kata Iwan. (*/c6/dos)

 ?? ALLEX QOMARULLA/JAWA POS ??
ALLEX QOMARULLA/JAWA POS

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia