Solidaritas Tinggi, Bisa Nabung untuk Naik Haji
SURABAYA - Ada banyak tujuan orang saat bergabung menjadi mitra driver GOJEK, mulai dari waktu yang fleksibel hingga penghasilan yang tak terbatas. Buat Agus Purnomo, GO-JEK ibarat sebuah sekolah kehidupan. Dengan bergabung di GO-JEK ia mempelajari manusia beserta wataknya. Inilah kisah Agus yang telah bergabung dengan GO-JEK sejak September 2016.
Sebelum bergabung dengan GO-JEK, pria berusia 44 tahun ini merupakan seorang programmer bagian customer manage
ment dan retention di sebuah perusahaan. Ia juga aktif di komunitas blogger Mojokerto, Paguyuban Pengguna Blankon Linux Surabaya dan Paguyuban Blankon Linux Malang. Dan hingga kini masih menjadi pengurus website komunitas Debian Indonesia serta aktif di Drupal Indonesia.
“Kalau hanya sebatas mendapatkan penghasilan tambahan, itu bukan faktor utama, Mas. Ketertarikan saya ya karena GO-JEK itu ibarat sekolah kehidupan, karena saya menjumpai banyak watak dan manusia. Di sini saya juga menemukan sebuah solidaritas yang kuat,” ujarnya pada Jawapos.
Di GO-JEK, ia dapat bertemu dengan berbagai komunitas dalam masyarakat dan turut berinteraksi. Itu hal yang tidak ia dapatkan saat bekerja di depan komputer dan kerja kantoran.
Selain mendapatkan penghasilan tambahan, Agus amat menikmati keakraban yang terjalin diantara sesama driver GO-JEK. “Di sini kita ngopi, ngobrol dan bercanda bareng-bareng,” ujarnya. Bahkan, saat ada salah satu mitra driver yang meninggal, rekan-rekan GO-JEK berbondong-bondong melayat ke rumah duka dan mengantarkan jenazah hingga ke peristiraha tannya yang terakhir, “Solidaritas inilah yang saya lihat amat kuat dan berarti,” ujarnya.
Lain lagi cerita yang diutarakan Daru, pria bernama lengkap Daru Ari Widodo bergabung dengan GO-JEK sejak Mei tahun lalu. Pekerjaannya sebagai kontraktor engi
neering bagian surveyor sering membuatnya bepergian ke berbagai kota hingga berbulanbulan. “Jika sedang tidak ada kontrak kerja, saya narik GO-JEK, mas” ujarnya.
Daru juga aktif kegiatan kemasyarakatan di lingkungannya. Saat ini ia dipercaya warga menjadi ketua RT. Selain itu, pria berusia 38 tahun ini juga aktif di sebuah majelis pengajian. “GO-JEK itu waktunya fleksibel, sehingga saya masih bisa melayani masyarakat. Dan saya nyaman dengan hal tersebut,” paparnya.
Ia merasa tidak malu berprofesi sebagai mitra driver GO-JEK. Bahkan menurutnya rekan-rekan kerja di kantornya sudah mengetahui profesinya, begitu juga dengan warga sekitar dan anggota majelis pengajian. “Mereka semuanya tahu dan sejauh ini tidak ada persoalan. Bahkan pernah rekan kantor saya mengorder dan saya yang ternyata mengantar, tidak masalah,” sambungnya.
Daru bersyukur dapat bergabung dengan GO-JEK. Sejak bergabung, dirinya dapat menabung lebih banyak untuk melaksanakan impiannya sejak kecil. “Saya bercita-cita ingin menunaikan ibadah haji dari hasil menabung yang disisihkan dari penghasilan selama di GO-JEK,” tutupnya. (swn/c11/wir)