Jawa Pos

Ikon Lingkungan dan Tempat Pembelajar­an

Keterbatas­an lahan di kawasan perumahan tidak menjadi kendala untuk membuat taman. Memanfaatk­an lokasi-lokasi strategis dengan bidang vertikal ternyata memberikan nilai plus. Misalnya Perumahan Mutiara Citra Graha di Desa Larangan, Candi.

-

PEMANDANGA­N asri langsung menyapa saat memasuki wilayah Perumahan Mutiara Citra Graha (MCG) di Desa Larangan, Candi. Sebuah gerbang besar bertulisan selamat datang terlihat jelas. Namun, gapura itu tak tampak seperti pada umumnya. Tanaman sulur berjenis markisa dan melati belanda tumbuh subur dan merambati pintu gerbang yang terbuat dari besi tersebut. Alhasil, suasana rindang bisa dinikmati setiap orang yang lewat.

Selain itu, ada pagar pembatas jalan yang dibuat dari besi berjenjang. Di setiap tingkat tergantung pot-pot berisi tanaman hias beragam jenis yang tumbuh segar. Saat malam, pemandanga­n makin indah karena dihiasi lampu-lampu taman.

Masuk lebih dalam, bukan hanya gapura yang tampak hijau oleh tanaman merambat. Hampir setiap gerbang RT memiliki kebun vertikal. Kawasan MCG tersebut merupakan wilayah RW 09, Desa Larangan. ’’Total ada delapan RT. Setiap RT punya ciri khas masing-masing,” ujar Ketua RW 09 Soejono Muhammad Jain.

Kemarin (24/3) Jawa Pos berkesempa­tan berkelilin­g lingkungan yang keasrianny­a sudah diakui Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Pemprov Jatim itu. ’’ DLH sering merekom endasikan lingkungan ini buat studi banding. Tahun ini MCG mengikuti lomba desa berseri (bersih dan lestari, Red) tingkat Jatim,” ungkap lelaki 51 tahun tersebut.

Dia membina kawasan MCG sejak delapan tahun lalu. Bersama sang istri, Wulan Anwar yang juga aktif sebagai ketua PKK dan kader lingkungan RW, Soejono menggerakk­an warga agar lebih mencintai lingkungan. ’’Dulu ya individual, namanya perumahan biasanya begitu. Di sini 90 persen pendatang, jadi susah diajak satu visi,” ucap Wulan.

Menurut mereka, awalnya, banyak cibiran dan keraguan yang dilontarka­n warga. Mulai iuran, pemakaian lahan, sampai perawatan kebun. ’’Ada saja yang ngomporng omporin supaya jangan ikut program kami,” kenang Wulan.

Namun, pendekatan personal dan buktibukti manfaat yang dirasakan warga membuat halangan itu tinggal kenangan. Kini, seluruh warga MCG memiliki kebun di rumah masing-masing. Salah satu pemanfaata­n lahannya berupa kebun vertikal. Metode bercocok tanam dengan penempatan lahan secara vertikal tersebut memang tepat untuk wilayah perumahan yang tak mempunyai banyak lahan.

Pembibitan dilakukan di lahan kosong di pojok lingkungan RT 46. Warga RT itu bergotong royong menjaga pembibitan miana dan hidroponik yang baru diadakan. Selain itu, setiap rumah di MCG menyediaka­n tanaman buah dalam pot (tabulampot) minimal satu. Misalnya, di RT 40, hampir semua warga bisa memetik kelengkeng, sawo, dan tomat dari kebun minimalis di rumah mereka.

Tabulampot tersebut disempurna­kan dengan tumbuhan jenis lain. ’’Kalau wilayah lain, punya toga (tanaman obat keluarga, Red) saja. Di sini kami lengkapi dengan butorantas (buah, toga, sayuran, dan tanaman hias),” jelas Wulan. (via/c18/dio)

 ??  ??
 ??  ?? JEMBATAN YANG ASRI: Ibu-ibu PKK merawat tanaman di kebun vertikal jembatan saluran irigasi wilayah RT 47. Foto kiri, Soejono dan Wulan Anwar memantau tanaman di lingkungan RT 40, RW 09, Kelurahan Larangan, Candi, kemarin.
JEMBATAN YANG ASRI: Ibu-ibu PKK merawat tanaman di kebun vertikal jembatan saluran irigasi wilayah RT 47. Foto kiri, Soejono dan Wulan Anwar memantau tanaman di lingkungan RT 40, RW 09, Kelurahan Larangan, Candi, kemarin.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia