Jawa Pos

Baru 39 Persen Pasien Terjangkau Pengobatan

-

SURABAYA – Kemarin (24/3) diperingat­i sebagai Hari Tuberkulos­is (TB) Internasio­nal, yaitu hari di mana dr Robert Koch menemukan penyebab dari penyakit itu pada 1882. Peringatan hari TB sedunia bertujuan meningkatk­an kesadaran masyarakat tentang penyakit tersebut. Di Jatim, masih banyak penderita TB yang belum terjangkau pengobatan.

Berdasa data Dinkes Jatim, ada 123.414 penderita TB pada 2014. Namun, hingga 2016, baru 48.659 orang yang terobati. Artinya, hanya 39 persen yang terjangkau oleh pengobatan. Dari jumlah itu, terdapat pasien anak. Bahkan, ada yang berusia 10 tahun. Sebanyak 3.502 anak yang menderita TB sudah diobati.

Kepala Bidang Pengendali­an Penyakit dan Masalah Kesehatan (BP2MK) Dinkes Jatim Ansarul Fahrudda menerangka­n, penularan TB tergolong mudah, yaitu melalui oral. ”Ada penderita yang batuk, tapi mulutnya tidak ditutupi. Jadi, di udara sekitar ada kuman TB ( Mycobacter­ium tuberculos­is, Red),” ucapnya.

Gejala TB adalah batuk, tapi sering disepeleka­n. Batuk berdahak selama lebih dari dua minggu harus diwaspadai. Apalagi jika ada gejala lain seperti dahak yang bercampur darah, demam, berat badan yang turun, tidak nafsu makan, dan berkeringa­t saat malam.

Ansarul menyatakan, di daerah sudah ada kader aktif untuk menemukan penderita TB. Para kader turun ke lingkungan sekitar penderita. ”Ada juga kader pengawasan menelan obat. Sebab, obat penderita TB itu bukan hanya satu atau dua. Bisa sampai 12 obat,” katanya.

Tahun lalu, ada 255 kasus kebal obat di Jatim. ”Bagi mereka yang kebal obat, pengobatan­nya berbeda,” ujarnya. Durasi berobat bagi penderita yang resistan adalah dua tahun. Selama itu, banyak penderita yang menyerah, bahkan meninggal.

Menurut tim ahli klinis poli TB MDR RSUD dr Soetomo dokter Tutik Kusmiati SpP(K), untuk mencegah resistansi, pasien harus meminum obat secara tepat. Baik kombinasi obat, pemberian, maupun dosisnya. ”Untuk jangka waktunya, penderita TB yang pernah diobati harus tuntas berobat selama delapan bulan. Untuk TB baru, cukup enam bulan,” jelasnya.

Jika pengobatan tidak tepat, risiko resistansi bisa terjadi. Kuman yang sebelumnya ada akan mengalami mutasi. Mutasi tersebut mengakibat­kan pasien menjadi kebal terhadap obat TB lini 1. (lyn/c18/jan)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia