Kualitas Air Kian Memprihatinkan
JAKARTA – Dalam rangka peringatan Hari Air Sedunia Ke-25, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menggelar sosialisasi di area car free day (CFD) Jakarta kemarin (26/3). Peringatan Hari Air Sedunia kali ini mengambil tema Air dan Air Limbah. Dalam kesempatan itu, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengajak masyarakat untuk introspeksi diri.
”Apakah kita masing-masing sudah berperilaku dan beretika baik terhadap lingkungan? Ini bukan soal teknologi ataupun sarana dan prasarana. Ini tentang perilaku kita terhadap lingkungan dan air,” kata Basuki kemarin (26/3).
Basuki menjelaskan, jumlah air di dunia sangat melimpah. Sayang, untuk yang bisa dimanfaatkan, jumlahnya sedikit sekali. Sisa lainnya tidak bisa termanfaatkan karena secara kualitas tidak baik. Banyak faktor yang mempengaruhi kualitas air. Salah satunya kondisi lingkungan pada daerah tangkapan dan badan-badan air.
Hal tersebut dibenarkan Dirjen Sumber Daya Air Imam Santoso. Dia menyatakan, kondisi tersebut menjadi pekerjaan rumah yang harus segera dituntaskan. ”Kita concern pada kualitas dan kuantitas air karena kita tidak bisa hidup tanpa air,” ucapnya.
Kondisi air bersih, terutama di kota besar seperti Jakarta, memang cukup memprihatinkan. Di Jakarta ada dua masalah air yang dihadapi masyarakat. Yakni, intrusi air laut dan kondisi air tanah yang kritis. Eksploitasi air tanah yang terus-menerus memicu intrusi air laut. Akibatnya, di beberapa lokasi di Jakarta air yang mengalir adalah perpaduan dari keduanya alias air payau.
Intrusi air laut terjadi karena kondisi air tanah yang kritis. Selama ini warga kota-kota besar memang masih memanfaatkan air tanah untuk kebutuhan mereka sehari-hari. Hal tersebut kemudian membuat jumlah air tanah semakin susut. Di Jakarta warga harus mengebor hingga kedalaman 30 meter untuk mendapatkan air tanah.
Kondisi air sungai di Jakarta pun tidak kalah kritis lantaran masih banyak warga yang membuang sampah ke sungai sehingga menimbulkan pencemaran. Padahal, jika kondisinya bersih, air sungai bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan masyarakat. Hal itu kemudian menggugah komunitas peduli lingkungan, komunitas peduli sungai, komunitas peduli sampah 3R, dan komunitas sanimas untuk berkomitmen menjaga kelestarian lingkungan.
Pada kesempatan itu, mereka membuat deklarasi yang berisi komitmen menjaga kelestarian sungai. Mereka juga akan menularkan komitmen tersebut kepada masyarakat agar ikut menjaga sungai. ”Mereka juga siap secara aktif melaksanakan fungsi pengawasan dan melaporkan kepada pemerintah atas tindakan yang berpotensi merusak kelestarian sungai,” tutur Basuki. (and/c10/oki)