Jawa Pos

Industri Lokal Kian Tertekan

-

SURABAYA – Industri keramik lokal saat ini semakin tertekan dengan maraknya impor. Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) mencatat enam pabrik keramik berhenti berproduks­i. Penyebabny­a adalah kalah bersaing dengan harga keramik dan granit impor dari Tiongkok. Juga karena harga gas industri yang tak kunjung turun.

Ketua Dewan Penasihat Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) Hendrata Atmoko mengungkap­kan, berhentiny­a enam pabrik keramik tersebut tentu berdampak buruk bagi ekonomi dalam negeri. ’’Banyak terjadi PHK (pemutusan hubungan kerja) sehingga penyerapan tenaga kerja berkurang. Selain ada enam pabrik yang berhenti beroperasi, setengah dari industri keramik lokal mengurangi produksi mereka,’’ katanya kemarin (26/3). Hendrata menambahka­n, sebenarnya permintaan keramik di dalam negeri saat ini tidak terlalu buruk.

’’Permintaan­nya stagnan dibandingk­an tahun lalu. Tetapi, pasarnya diisi produk impor,” ujarnya. Jumlah keramik dan granit impor di dalam negeri mengalami kenaikan sebesar 28 persen. Misalnya, keramik porselen kelas B1 A dan B1 B dengan total impor 48 juta meter persegi atau 2 kali kapasitas produksi di dalam negeri. Sedangkan produksi granit dan keramik lokal drop 20 sampai 30 persen.

Pihaknya meminta pemerintah membatasi pelabuhan untuk impor keramik dengan hanya dua pelabuhan, yakni di Dumai (Kepulauan Riau) dan Bitung (Sulawesi Utara). Dua pelabuhan tersebut sengaja dipilih lantaran berada di luar Jawa. Menurut Hendrata, mayoritas pabrik dan pasar keramik berada di Jawa. ’’Jika impor masuk dari luar Jawa, saat dipasarkan di Jawa masih terkena ongkos logistik. Jadi harganya tidak terlalu murah. Saat ini kirim barang dari Tiongkok ke Medan lebih murah daripada Medan ke Jakarta,” beber Hendrata.

Pihaknya pun meminta pemerintah segera menurunkan harga gas industri untuk industri keramik. Dia menambahka­n, konsumen menuntut harga keramik dan granit murah.

Saat ini industri keramik masih harus membayar harga gas senilai USD 9,1 per mmbtu. Padahal, pemerintah telah menjanjika­n per 1 Januari 2017 harga gas turun menjadi USD 6 per mmbtu. (vir/c17/sof)

 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia